Mimbar Aspirasi Berakhir Ricuh
lpmalmillah.com- Puluhan dosen menggelar aksi Mimbar Aspirasi Civitas Akademika Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo secara terbuka di halaman kampus.
Aksi ini dilakukan Selasa (01/11) pukul 08.00-11.00 WIB. Anwar Mujahidin selaku
moderator aksi menyebutkan bahwa aksi tersebut bertujuan untuk menuntut
birokrasi kampus yang dirasa kurang adanya transparansi antara birokrat kampus
dengan dosen maupun karyawan.
Dia juga menjelaskan bahwa tidak adanya transparansi itu terletak pada manajemen
birokrasi serta pemblokiran dana penelitian dan pengabdian masyarakat. “Aksi
Mimbar Aspirasi ini ingin membenahi lembaga STAIN Ponorogo, seperti yang kita
ketahui bahwa lembaga ini bukan milik satu pihak di tangan pimpinan”, tuturnya.
Seperti yang tertera dalam grand desaign yang tersebar via WhatsApp
bahwa aksi tersebut sudah terencana sejak 26 Oktober 2016. Akan tetapi
pihaknya sama sekali tidak mendapatkan tanggapan dari pimpinan STAIN Ponorogo. “Dosen
sudah mencoba melakukan dialog beberapa kali tapi tidak ditanggapi,” tambah
Anwar.
Selain itu, Aries Fitriani selaku salah satu dosen yang ikut dalam
aksi Mimbar Aspirasi menekankan bahwa aksi tersebut bukan serta merta hanya
alasan uang. Akan tetapi merupakan rentetan permasalahan yang muncul sejak
lama. Hal senada juga diungkapkan oleh Atik Abidah, dosen Jurusan Syariah yang
menuturkan terkait tidak adanya komunikasi antara pihak manajemen kampus dengan
para dosen.
“Rentetan permasalahan ini sebenarnya sudah lama, contohnya dalam
pembentukan Prodi Zawa (Program Studi Zakat Wakaf). Saya selaku dosen fak-nya
tidak pernah dilibatkan, tahu-tahu ketika sudah jadi diminta jadi Kaprodi
(Ketua Prodi)”, jelasnya.
Bukan hanya itu, Anwar Mujahidin dalam orasinya juga mengungkapkan
penempatan dosen yang tidak sesuai kualifikasi keilmuannya secara sepihak.
Seperti dirinya yang ditempatkan di Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI). Padahal
kualifikasi keilmuannya di bidang Al-Qur’an dan tafsir.
Aksi Mimbar Aspirasi yang dilakukan oleh beberapa dosen tersebut diwarnai
dengan penyampaian orasi secara bergantian. Baru berjalan beberapa jam, aksi yang
menuntut persoalan transparansi birokrasi kampus dan pembekuan dana yang berimbas
pada dosen dan mahasiswa itu mendapat interupsi dari mahasiswa karena tidak
kunjung diberi kesempatan untuk menyampaikan aspirasinya.
Di sisi lain, ada sejumlah mahasiswa yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa
Peduli Intelektual menentang tindakan dosen tersebut. Mereka membubarkan secara
paksa aksi dosen dengan membakar banner dan pamflet yang
terpasang di beberapa titik kampus. Sempat terjadi bentrok antara dosen dan
mahasiswa, meskipun tidak terjadi gesekan fisik.
Rizki Wahyudatama selaku ketua Senat Mahasiswa berdalih bahwa hari
yang digunakan aksi para dosen yang notabene suri tauladan adalah hari efektif
kuliah. Dia dan pihaknya tidak terima apabila perkuliahan diliburkan secara
sepihak tanpa ada konfirmasi secara resmi sebelumnya. “Kalau saya atas nama
pribadi maupun atas nama SEMA menganggap bahwa kegiatan ini adalah kegiatan
yang goblok. Dalam artian begini, kita ketahui hari ini hari aktif kuliah,
tetapi hari ini yang mengajar kita (dosen) malah meliburkan mahasiswa STAIN
Ponorogo secara sepihak”, tuturnya.
Menanggapi tudingan para mahasiswa tersebut, Martha Eri Safira,
dosen yang juga ikut dalam aksi mimbar aspirasi ini menjelaskan bahwa
perkuliahan tidak diliburkan, tapi dialihkan di hari lain sesuai kesepakatan.“Perkuliahan
apakah libur? Tidak kan? Itu dialihkan, akan diganti di lain hari, bukan
diliburkan”, imbuhnya.
Mimbar Aspirasi akhirnya dihentikan setelah mahasiswa semakin keras
berteriak dan bertindak di luar kendali menuntut pembubaran. Sementara itu, tidak
terlihat kehadiran Ketua STAIN Ponorogo, Wakil Ketua 1, Wakil Ketua 2, maupun Wakil
Ketua 3 saat aksi berlangsung. Dari pihak birokrat hanya ada beberapa yang
terlihat, akan tetapi mereka bungkam saat kru aL-Millah mencoba meminta klarifikasi
terkait aspirasi yang diungkapkan beberapa dosen serta peristiwa pembubaran
mimbar aspirasi oleh beberapa mahasiswa.
Reporter: Khusna, Rina, Hatika
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.