CINTA NKRI, ORMAS PONOROGO TOLAK GERAKAN ANTI PANCASILA
lpmalmillah.com, (06/05/17) Ponorogo- Aksi penolakan masyarakat Ponorogo terhadap gerakan makar pancasila
berlangsung damai. Aksi ini dilaksanakan di depan taman Pemkab Ponorogo. Menurut
Kapolres Ponorogo aksi tersebut dihadiri kurang lebih 1000 orang dari beberapa
ormas di kabupaten Ponorogo. Terdiri dari mahasiswa INSURI (Institut Sunan
Giri) Ponorogo, Gerakan Pemuda Anshor, Banser, Grup Reyog, Forum Komunikasi
Putra-Putri Purnawirawan TNI/POLRI, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, Lembaga
Swadaya Masyarakat Wengker dan tidak ketinggalan Mahasiswa IAIN Ponorogo.
Mahasiswa asal IAIN Ponorogo berangkat
pukul 08.40 WIB dari jalan Pramuka menuju bundaran Pasar Pon. Sejenak berorasi di bundaran tersebut dengan
dikawal oleh beberapa polisi dari polres Ponorogo. Selanjutnya para
demonstran bergerak ke arah barat dan berkumpul di INSURI dengan ormas NU yang
lain. Perjalanan demonstran tersebut dikontrol oleh polisi secara ketat. Aksi
ini berlanjut melalui jalan Bathoro Katong, dilanjutkan ke jalan Kyai Haji
Ahmad Dahlan, jalan Soekarno Hatta, Jaksa Agung, dan berakhir di alun-alun kota
Ponorogo.
Di sepanjang rute yang dilalui
terdapat beberapa orator bergantian dari kampus IAIN Ponorogo yang menyampaikan
orasi. Rizki Wahyudatama, selaku ketua SEMA IAIN Ponorogo dalam orasinya menyampaikan
bahwa aksi ini dilakukan untuk penolakan keras terhadap ormas-ormas penentang
NKRI. Hal serupa dinyatakan oleh Hafidz Munawirulloh, salah satu orator aksi
perwakilan PMII IAIN Ponorogo, bahwa latar belakang dilaksanakannya aksi demo
ini akibat dari kegelisahan dan kegalauan yang lama di kalangan masyarakat.
Menurutnya, Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI) disebut sebagai ormas yang menolak keras pancasila dan
melakukan provokasi kepada masyarakat. Provokasi tersebut menurutnya melecehkan
para pejuang Indonesia dan para ulama yang dengan perjuangannya telah
menciptakan ideologi pancasila. “Kami masyarakat yang cinta NKRI, merasa
gelisah dengan HTI karena ketika NKRI digerogoti, pemerintah kota hanya diam
tanpa gerakan apa-apa, tegas Nawir, panghilan akrabnya. Dia juga
menambahkan bahwa sebagai pembela NKRI mereka menuntut keras untuk membubarkan
HTI. “Ini bukan masalah agama lagi, tapi menyangkut negara, imbuh Nawir.
Pagelaran seni reyog dari
beberapa paguyuban Reyog se-Ponorogo di tengah unjuk rasa menambah semaraknya
aksi. Paguyuban kesenian juga menyatakan tuntutannya kepada pemerintah untuk
bertindak tegas. Salah satu Warok perwakilan paguyuban Reyog se-Ponorogo yang akrab
dipanggil Mbah Pur mengatakan dalam orasinya. "Kita
adalah bangsa yang berdiri karena perjuangan para pahlawan. Mereka - HTI - beranggapan
bahwa pancasila adalah taghut dan kafir. Masyarakat Indonesia makmur karena
pancasila. Rahayuning NKRI rahayuning bumi reyog, tukas Mbah Pur saat orasi.
Selanjutnya dalam aksi tersebut
dibacakan empat poin ikrar oleh Iwan Mahendra, selaku perwakilan dari GP
Anshor. Pertama, adalah menolak segala macam bentuk gerakan yang mengancam
keutuhan NKRI dan Pancasila. Kedua, menuntut kepada pemerintah untuk
membubarkan HTI karena makar nyata-nyata melanggar perundang-undangan yang
berlaku (UU NO. 17 Th. 2013 tentang ormas). Ketiga, mengajak elemen organisasi
baik ormas, Organisasi ke-Pemudaan, pihak kampus, akademisi, birokrat,
politisi, dan kelompok masyarakat lainnya untuk melakukan tindakan pencegahan
terhadap masuknya gerakan anti pancasila dan NKRI. Keempat, meminta kepada
segenap masyarakat untuk selalu waspada terhadap segala bentuk provokasi dan
hasutan yang merongrong NKRI dan Pancasila serta merusak Persatuan dan Kesatuan
Bangsa.
Para demonstran mengakhiri aksi
demonya pada pukul 11.15 WIB. Dari alun-alun kota ke utara menuju bundaran Tambak
Bayan belok ke timur sampai perempatan Pasar Songgolangit. Berikutnya belok ke kanan melewati jalur satu arah
hingga bundaran Ngepos dan diakhiri di jalan Gajah Mada. AKBP Suryo Sudarmadi
selaku Kapolres Ponorogo mengatakan, Aksi ini menurut saya sudah berjalan
dengan tertib tanpa ada kericuhan. Kelanjutannya pihak pemerintah akan
memproses masalah ini ke pusat. Biarkan pusat yang memutuskan, ungkap Suryo Sudarmadi.
Menanggapi aksi penuntutan
tersebut, pihak HTI Agus Kholid, berkomentar aksi ini merupakan hak untuk
menyampaikan pendapat. Setiap orang maupun kelompok berhak menyampaikan
aspirasinya termasuk penolakan. Jadi mengenai esensi dari unjuk rasa ini
merupakan serangkaian proses dakwah dari pihak HTI. “Nabi Muhammad saw. pun
dalam menyampaikan dakwahnya ada penentangan dari pihak-pihak lain. Sehingga kami
tetap menganggap pengunjuk rasa tersebut sebagai saudara. Tetap menjalin
ukhuwah meskipun sekarang berbeda pendapat,” pungkas Agus Kholid.
Reporter: Arini, Adzka, Mofik, Riza, Fida,
Maulid.
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.