Bayangan yang Tertinggal
Bayangan yang Tertinggal
Oleh Airyn
Vina bersenandung pelan
sembari mengambil 2 potong kue brownies dari kulkas lalu meletakkannya diatas 2
piring kecil. Kemudian, ia membawa kue itu menuju kamarnya. Ibu yang baru saja
masuk ke dapur tersenyum melihat putrinya. Selalu saja memiliki semangat
belajar walaupun malam ini hujan mengguyur bumi dengan deras. Menciptakan
suasana dingin yang menyebarkan hawa kantuk. Ibu masih menatap Vina. Gadis
kecil itu mulai menapaki tangga yang mengarah ke kamarnya di lantai 2.
Pintu kamar terbuka lebar
setelah Vina mendorongnya dengan kaki kanan. Vina melempar seulas senyum ke
arah Vino yang tengah asyik dengan game di ponsel pintarnya. Ia mengambil
tempat duduk disamping Vino, lalu menggeser salah satu brownies ke arah
laki-laki itu. Seperti biasa, Vino hanya meliriknya sebentar lalu kembali
tenggelam dalam dunianya sendiri.
Vina meraih pensilnya, bersiap
menyelesaikan soal matematikanya ketika mendengar suara pintu diketuk pelan.
Vina menolehkan pandangannya
dan berseru, “Masuk saja Ibu..”
Ibu tersenyum lalu melangkah
masuk ke dalam kamar dan meletakkan secangkir teh hangat diatas meja belajar
Vina.
“Kok cuma satu bu? Buat Vino
mana?” Protes Vina.
“Hm??” Alis Ibu terangkat.
Kenapa untuk Vino juga?
Vina menghela nafas, ia
memutar tubuhnya menghadap ibu. “Ibu kan biasanya bikin 2 cangkir, buat aku
sama Vino. Kok sekarang cuma satu?”
Ibu mengerjap, menghela nafas
berat. Ia menatap nanar ke arah kursi kosong disamping Vina. Kursi yang telah
kosong sejak 2 hari yang lalu. Kini kursi itu tak hangat lagi. Dan Vina masih
menganggap kursi itu bernyawa.
Vina memiringkan kepalanya.
Kenapa Ibunya masih saja terdiam. “Bu?” Vina membuyarkan lamunan Ibu
“Oh, iya.. Ibu ke dapur dulu
kalau begitu. Kamu belajar yang rajin”
Vina tersenyum masam. Ada
sendu yang mendalam di balik kelopak mata Ibu. “Iya bu”
Sejenak Ibu mengukir senyum
tipis, menepuk bahu Vina dengan lembut lalu kembali menuju dapur. Menahan
beberapa bulir air mata yang hendak jatuh membasahi pipi.
Vina mendesah, ia melempar
pandangan ke arah dinding kamar. Kamar bernuansa merah jambu itu nampak kosong.
Sunyi. Lalu pandangannya beralih pada setangkai mawar putih yang bertengger di atas
meja. Mawar putih yang masih saja bernafas hingga detik ini. Mawar putih yang
telah membawa pergi saudara kembarnya.
Hari itu. Di hari Minggu yang
terik, Vina dan Vino terlibat pertengkaran hebat. Cukup hebat. Vino dengan
sengaja merusak bunga mawar putih yang ditanam Vina di halaman belakang rumah.
Laki-laki itu menginjak mawar-mawar Vina. Hal itu membuat Vina kesal hingga
mengunci kamar dan tidak membiarkan Vino mengucap kata ma’af. Sebenarnya, Vino
tidak benar-benar sengaja merusak bunga itu, ia hanya ingin menggoda Vina
karena telah berhasil mendapat juara 1 di kelas. Ia ingin membuat Vina marah,
lalu memberinya boneka beruang yang telah disiapkannya sebagai hadiah. Namun,
hingga senja datang menjemput, Vina tak kunjung membuka pintu kamar.
Vino memutuskan pergi ke toko
bunga untuk mengganti bunga milik Vina yang dirusaknya. Ia mengayuh sepedanya
dengan cepat. Berkejaran dengan malam. Karena hari yang mulai gelap, seorang
pengendara mobil tidak menyadari keberadaan Vino yang hendak menyeberang jalan
dan tanpa sengaja menabaraknya. Vino masih menggenggam bunga mawar putih di
tangannya sebelum ambulance membawa tubuhnya ke rumah sakit.
Vina mendesah lagi, kali ini
lebih panjang. Ia mulai bergumam lirih, “Vino, kenapa kamu pergi? Aku hanya
menginginkan saudara kembarku pulang ke rumah, bukan bunga mawar yang menjadi
penghias ruangan.”
Ceritanya sedih: kehilangan saudara kembar.
ReplyDeleteAgak membingungkan:
Pintu kamar terbuka lebar setelah Vina mendorongnya dengan kaki kanan. Vina melempar seulas senyum ke arah Vino yang tengah asyik dengan game di ponsel pintarnya. Ia mengambil tempat duduk disamping Vino, lalu menggeser salah satu brownies ke arah laki-laki itu. Seperti biasa, Vino hanya meliriknya sebentar lalu kembali tenggelam dalam dunianya sendiri.
(itu hanya terbayang atau ini penggalan cerita...??)
Vina meraih pensilnya, bersiap menyelesaikan soal matematikanya ketika mendengar suara pintu diketuk pelan.
Vina menolehkan pandangannya dan berseru, “Masuk saja Ibu..”
Ibu tersenyum lalu melangkah masuk ke dalam kamar dan meletakkan secangkir teh hangat diatas meja belajar Vina.
“Kok cuma satu bu? Buat Vino mana?” Protes Vina.
baca juga "Arjunaku Tak lahir kembali" http://www.ladangcerita.com/2016/11/arjunaku-tak-lahir-kembali.html
Terimakasih atas komentarnya. Itu adalah tokoh vina yang sedang membayangkan keberadaan vino. Dibuktikan dengan kalimat "vino hanya meliriknya sebentar lalu tenggelam dalam dunianya sendiri. Dan terimaksih atas saran linknya.
Delete