WARNA-WARNI KESAN PBAK 2017
WARNA-WARNI
KESAN
PBAK 2017
Oleh
Ariny
Kamis (31/08/2017) lalu
menjadi hari dimana pelaksanaan PBAK
2017 berakhir. Agenda terakhir dari seluruh rentetan acara ialah dilakukannya pengenalan seluruh UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) IAIN Ponorogo, dengan nama lain “ekspo UKM”. Ekspo UKM ini sekaligus bertujuan untuk
menggugah semangat mahasiswa baru. Terlihat antusiasme mereka dalam agenda ini saat memilih ekspo UKM yang diminatinya. Tak hanya satu, bahkan mereka berkeliling dari satu stan UKM ke
stan UKM lainnya, guna mengenali
wadah-wadah yang dirasa cocok untuk menampung kreativitas serta hobi mereka.
Dengan
begitu sangat diharapkan bagi kampus untuk lebih meningkatkan eksistensinya di
kancah regional, nasional, hingga internasional. Hal tersebut bukanlah sebuah ekspektasi, akan
tetapi harapan-harapan untuk kampus
dan khususnya bagi mahasiswa sendiri sebagai bekal di masa depan. Namun, berkaitan dengan berakhirnya PBAK 2017 ini
terdapat beragam kesan dari pihak-pihak yang terkait, yakni Maba dan panitia.
Kira-kira seperti apakah tanggapan mereka tentang PBAK 2017?
Suara
Mahasiswa Tentang PBAK
Melihat suasana hari
terakhir PBAK, para peserta tetap terlihat kondusif. Bisa dikatakan PBAK tahun
ini aman terkendali bahkan terkesan “adem
ayem”. Pelaksanaan PBAK
yang dipegang dosen secara langsung,
membuat seluruh acara PBAK berjalan lurus dan biasa-biasa saja. Bahkan banyak
anggapan dari beberapa panitia dari pihak mahasiswa bahwasannya PBAK ini seperti
tidak ada kenangan mendalam bagi Maba selain “bersenang-senang” saja. Jelaslah beda apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, yang menjadikan
mahasiswa sebagai otak dan eksekutor jalannya acara. Sehingga acara benar-benar
murni gagasan mahasiswa dan tentu lebih berkesan berdasarkan
pengalaman-pengalaman mahasiswa lama.
Memang dapat dipahami bahwa SK Dirjen PI No. 4962 tahun 2016 tersebut menjadikan mahasiswa kurang leluasa dalam melaksanakan ide-ide yang beralasan dan memiliki tujuan positif. Disamping itu, terdapat mahasiswa baru yang juga kurang menyukai pelaksanaan PBAK yang dianggap melenakan. Beberapa diantara mereka mengkritisi kemudahan hukuman akibat terlambat. “Kita yang dari jauh dibelain berangkat pagi mbak, karena kata panitia jam lima harus sudah di sini. Tetapi ternyata banyak yang datang siang, dan mereka hanya dapat hukuman ringan seperti menyanyi. Kalau begitu caranya banyak yang memilih berangkat terlambat,” kata Ama Rohana, Maba jurusan PGMI.
Memang dapat dipahami bahwa SK Dirjen PI No. 4962 tahun 2016 tersebut menjadikan mahasiswa kurang leluasa dalam melaksanakan ide-ide yang beralasan dan memiliki tujuan positif. Disamping itu, terdapat mahasiswa baru yang juga kurang menyukai pelaksanaan PBAK yang dianggap melenakan. Beberapa diantara mereka mengkritisi kemudahan hukuman akibat terlambat. “Kita yang dari jauh dibelain berangkat pagi mbak, karena kata panitia jam lima harus sudah di sini. Tetapi ternyata banyak yang datang siang, dan mereka hanya dapat hukuman ringan seperti menyanyi. Kalau begitu caranya banyak yang memilih berangkat terlambat,” kata Ama Rohana, Maba jurusan PGMI.
Senada dengan Ama Rohana, Umi Rohana pun juga mengungkapkan keluhannya.“Kalau
kami pribadi lebih suka yang disiplin mbak, dengan begitu maba itu ndak
nglunjak sama panitia,” terangnya saat kami temui.
Dari pernyataan
tersebut dapat dilihat bahwa
dari
2.233 jumlah peserta PBAK,
masih ada mahasiswa yang memiliki kesadaran
akan pentingnya sebuah pendidikan kedisiplinan. Memang ini bukanlah lahan
militer, akan tetapi mahasiswa akan merasakan buah dari kedisiplinan. Menimbang
hal tersebut,
disiplin adalah hal yang
sangat
diperlukan sebagai awal dari proses Maba di kampus. Konsekuensi yang tidak
membuat jera akan membuat Maba tak memperdulikan agenda waktu yang telah
ditetapkan.
Sehingga kurangnya
ketegasan mengakibatkan beberapa Maba tak menghiraukan hukuman yang diberikan
eksekutor. Panitia sendiri mengaku bahwa kewenangannya tersendat akibat
pengawasan yang ketat dari dosen dan karyawan di setiap
apel dan di sela-sela pelaksanaan PBAK. Hal ini memang dapat disetujui sebagai antusiasme dosen dan kayawan dalam menjalankan perannya sebagai pengawas.
Dengan begitu, mahasiswa tidak
semena-mena dalam memberikan konsekuensi serta berperilaku yang sewajarnya selama acara.
Akan tetapi berbeda
dengan mereka, yaitu Maba
yang mengungkapkan keseruan PBAK tahun ini. Menurut sebagian Maba yang berhasil
diajak berbincang terkait kesan selama acara PBAK mengatakan bahwa dengan
adanya PBAK sesama mahasiswa baru saling mengenal, dan yang paling membahagiakan adalah
menjadikannya merasa seperti saudara. Empat hari adalah waktu yang lumayan mampu membuat mereka
dekat secara lahir dan batin. Juga keseruan-keseruan lainnya dari agenda-agenda
yang telah disiapkan oleh panitia fakultas masing-masing.
Puaskah Panitia Terhadap Teknis dan
Hasil Pelaksanaan Kegiatan yang Telah Dilakukan dalam PBAK?
Sebagai ide dan
pelaksana kegiatan, panitia mengaku telah berusaha semaksimal mungkin untuk
mensukseskan acara. Secara teknis mereka mengatakan kepuasannya dalam upaya
mewujudkan acara PBAK yang terlaksana
secara kontributif. Mengingat persiapan kinerja panitia yang kurang lebih hanya dua minggu saja, merupakan penghargaan dan kebanggaan tersendiri dari sebuah pencapaian.
Seperti contoh dari
panitia Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, yang mengatakan bahwa mereka puas
dengan rencana-rencana yang telah mampu diaplikasikan. Berbagai keluh dan kesah
serta usaha menjadi hal yang mewarnai kepanitian dengan bumbu-bumbu yang
semakin lengkap. Karena sebuah
pencapaian mustahil terwujud tanpa adanya kerja sama semua pihak.
Adapun ketidakpuasan
yang terlihat dari panitia. Sebab, semaksimal apapun usaha apabila direncanakan
secara mendadak, maka hasilnya pun dirasa masih kurang. salah satunya adalah ditiadakannya malam
inagurasi menjadikan PBAK yang telah berhari-hari dilaksanakan serasa kurang “berkesan”. Panitia mengaku
bahwasannya setiap pukul empat sore acara sudah harus diakhiri. Padahal dalam
peraturan SK Dirjen PI tersebut di atas tidak menyebutkan pembatasan waktu per
harinya. Dalam keputusan tersebut tertulis, “Waktu pelaksanaan Pengenalan
Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) selama-lamanya adalah empat hari.”
Muhammad Munir selaku ketua panitia pun memberikan tanggapannya terhadap
perhelatan selama PBAK 2017. Ia mengatakan sudah melakukan koordinasi dengan
dosen-dosen fakultas beserta mahasiswa. Panitia telah mengapresiasi agenda
tahunan tersebut, akan tetapi pasti masih ada kekurangan dalam pelaksanaannya.
Ia sebagai ketua panitia sekaligus pengamat
kinerja seluruh eksekutor, mengatakan bahwa kapasitas panitia dari kawan-kawan
fakultas maupun institut sudah bagus. Secara pribadi, sebagai ketua panitia ia mengaku puas dan terbantu secara general.
Berbagai kesan dari
semua pihak dianggap sebagai pengalaman dan pelajaran. Skedul tahunan ini
diharapkan lebih baik dan unik di tahun depan. Segala segi kepanitiaan hingga
estimasi dana yang sesuai dengan kebutuhan menjadi evaluasi yang perlu ditanggapi.
Rancangan dan persiapan lebih dibutuhkan kesiapan matang sebagai upaya untuk
menuju suksesnya acara yang lebih baik dan mengenang di benak semua pihak.
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.