Menulis itu Asyik dan Menyenangkan
Oleh:
Fitria Nur Aini
(Aya)
Setujukah kita jika menulis itu asyik dan menyenangkan? Coba bayangkan,
menulis itu pekerjaan yang mudah, bagaimana tidak? Setiap orang mampu
melakukannya. Terkadang kita tidak menyadari bahwa sejak di taman kanak-kanak
kita sudah diajarkan untuk menulis. Tapi masih banyak orang yang berpendapat
bahwa menulis itu susah dan hanya diperuntukkan bagi mereka yang memiliki
kepandaian dalam tata bahasa, keindahan diksi, dan masih banyak lagi
alasan-alasan yang menghalangi mimpi kita untuk menjadi seorang penulis.
Padahal di zaman digital seperti sekarang ini, banyak yang suka menulis, yang
biasa kita sebut curhat di media sosialnya. Nah, sudah sadar bisa menulis, kan?
Lalu, mengapa tidak kita manfaatkan kesempatan itu agar
kemampuan kita semakin terasah dan berkembang? Terkadang kita hanya fokus pada
kalimat dalam Al-Quran yaitu “iqro’” bacalah, seharusnya kita
fokus juga pada kalimat “uktub” atau tulislah. Ada pepatah yang
mengatakan, ”Membaca adalah membuka jendela dunia”, maka “Menulis adalah membuat jendela dunia”
logikanya seperti itu.
Masih males-malesan untuk menulis?
Inilah 3 langkah jitu supaya semangat menulis:
1. Menulis berarti menebar
benih kebaikan
Sebagian dari kita
tidak menyadari bahwa menulis merupakan salah satu langkah kita untuk beramal.
Beramal tidak hanya dengan harta, melalui tulisan kita juga bisa beramal. Maka tulislah tulisan yang bermanfaat bagi pembaca.
Terkadang kita menyelipkan kalimat “Self Reminder” untuk diri kita
sendiri, secara tidak langsung ada orang lain yang tergerak hatinya untuk berubah,
maka bertambah pula kebaikan kita di sisi Allah dan di situlah kebaikan kita
akan mengalir. Maka, jadikan
tulisan sebagai ladang dakwahmu.
2. Menulis berarti melepas
resah dan gelisah
Seorang penulis itu
jarang stress karena menuangkan semuanya dalam tulisan. Percaya atau
tidak, yang penting cobalah. Setiap hari bahkan setiap jam permasalahan selalu saja menghampiri kita yang membuat resah dan semakin gelisah. “Pengennya sih cerita ke
temen, tapi takutnya nanti malah bikin masalah semakin menggunung,” pernah kan? takut
cerita ke orang lain? Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Cobalah tuangkan semua permasalahan dalam tulisan,
curahkan semua yang ada, kali aja bisa dijadiin buku, eh. Intinya,
jadikan pena dan kertas sebagai tempat melepas lelah dan gelisah dan sebagai
media untuk mengasah kemapuan kita dalam menulis. “If you wait for inspiration to write, you are not writer, you are waiter”.
3. Menulis berarti
menyentuh dunia
Pernah mendengar
kalimat singkat namun sangat terkesan dari salah satu penulis best seller
yang sudah tidak asing lagi di telinga kita yaitu Ahmad Fuadi ”Satu peluru
mampu menembus 1 kepala, namun satu tulisan mampu menembus banyak kepala”. Dengan
tulisan kita menyentuh dunia, jika kita menulis karya fiksi maka kita
mengikat hati dan perasaan orang lain, terkadang ada rasa dan rindu yang tak
sempat terucap namun dengan menulis semua akan tercurahkan.
Jika kita menulis karya non
fiksi, maka kita akan mengikat pemikiran pembaca untuk berpikir satu
langkah lebih baik. “Penulis tidak akan lenyap dari dunia, tapi dunia akan
lenyap dengan penulis”.
Jadilah perintis perubahan dengan menulis. Keep writing…
Ilustrasi: https://contentwriters.com/blog/5-ways-learn-grow-content-writer/
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.