Sosok Yang Terlupakan
Penulis
: Umar
Repro : kamismanies.files.wordpress.com |
Kehidupan manusia tak
bisa lepas dari orang lain. Karena hakekat
manusia sendiri sebagai makhluk sosial yang dapat diartikan bahwa ia tak
bisa lepas dari orang lain dalam gerak langkahnya. Langkahnya selalu diiringi oleh
sesosok insan yang selalu membayangi dan
enggan sirna. Kini dia menjadi sosok yang
terlupakan, mengapa? Pun
siapa sosok insan yang terlupakan ini?
Sebagian besar
manusia hidup senantiasa tak dapat lepas dari mengejar materi yang dianggap hal
paling inti dalam hidupnya. Hingga manusia di waktu ini banyak yang menjadi
manusia materialis, selalu mengedepankan materi hingga manusia kini tak ayal melupakan
siapa dia sebenarnya dan darimana berasal, karena siapa dia ada dan siapa di
balik kehidupan yang ia jalani. Manusia terlalu sibuk dengan dunianya yang fana,
yang telah membiusnya menjadi budaknya. Mengejar
dunia demi hal yang tak berharga,
“materi”. Hal yang telah membuatnya lupa kepada sosok insan yang membuatnya berada pada posisi sekarang.
“Ibu”, inilah sosok insan yang
sering terlupakan,
terpalingkan oleh kesibukannya mengejar dunia yang fana. Dia
sangatlah
berharga bagi kita, tak selayaknya ada manusia melupakan ibunya. Ibu yang telah rela
mengandung kita selama sembilan bulan. Tak pernah lelah bahkan mengeluh dengan
keadaanya hinggga lahir pun ia rela mempertaruhkan nyawa demi sang buah hati. Ibu
pun selalu merawat kita, memberi asi,
selalu ada di sisi kita, tak pernah beranjak kapanpun.
Kedudukan seorang ibu begitu
tinggi dalam Islam. Dari abu Hurairah r.a,
Rasullullah SAW bersabda, seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Wahai
Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali? Beliau menjawab,
‘ibumu!’. Dan
orang tersebut kembali bertanya; ’kemudian siapa lagi?,’Nabi SAW menjawab; ’ibumu.’ Orang tersebut
bertanya kembali,’ beliau menjawab ,’ibumu.’ Orang itu kembali bertanya
kemudian siapa lagi?.’ Nabi SAW menjawab ,’kemudian
ayahmu.’’ ( HR Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548 ).
Dari
hadis di atas dapat di petik pelajaran bahwa penghormatan, cinta dan kasih
sayang dari dan kepada seorang ibu itu tiga kali lebih besar daripada ayah. Karena
Rasulullah SAW menyebut kata ibu tiga kali dan menyebutkan kata ayah hanya
sekali. Realitas lain dapat menguatkan pengertian itu, yaitu karena ibu
mengalami kesulitan dalam melalui masa hamil, melahirkan dan menyusui juga
merawat anak. Ketiga bentuk penghormatan
itu hanya dimiliki seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya.
Sebegitu pentingnya
seorang ibu hingga Rasulullah SAW pun sampai tiga kali
menyebut kata ibu. Manusia
yang selalu
ada untuk kita kapanpun kita butuh, bahkan ketika tak ada orang lain untuk kita. Ibu yang selalu mendo’akan yang terbaik untuk
anaknya bagaimanapun polah tingkah sang
anak kepadanya.
Dengan alasan itulah
kita harus menghormati ibu dan ayah, mendo’akan serta merawat keduanya khususnya
ketika berumur senja seperti mereka merawat kita di waktu kecil. Dia lah yang
seharusnya menjadi alasan dan tujuan kita dimanapun dan kemanapun kita
melangkah. Jangan sampai seperti malin kundang yang durhaka terhadap ibunya,
hingga dikutuk menjadi batu. Atau seperti Alqomah’yang melupakan ibunya hingga
tak mampu melafalkan “laa ilaaha illallah” pada saat naza’ hingga
ibunya datang memberikan maafnya pada Alqomah. Lantas pada tanggal 22 Desember
2017 yang diperingati sebagai
hari ibu, sudahkah kita melakukan hal
yang bernilai untuk ibu?
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.