Puluhan Pemeluk Agama dan Kepercayaan Hadiri Deklarasi Presidium Lintas Iman dan Budaya
Reporter: Khusna, Abidin
Ponorogo - Presidium
Lintas Iman dan Budaya lakukan deklarasi di Pendopo kecamatan Kota Ponorogo
pada Sabtu (27/01/18). Acara yang dihadiri oleh puluhan orang dari perwakilan
berbagai pemeluk agama dan penghayat kepercayaan (Sapto Darmo, Sapto Pandhito, Tri tunggal dll.) di Ponorogo ini sekaligus memperingati haul
Gus Dur ke-8. Acara yang dikemas dalam balutan Jagongan Budaya dengan iringan grup musik KIU (Kiai Iket Udheng) itu juga
dihadiri oleh perwakilan dari Dinas Pariwisata, Bakesbangpol, Kodim, Polres, Kemenag,
pengurus kecamatan Kota Ponorogo, dan beberapa mahasiswa.
Ahmad
Sauji salah satu pelopor acara sekaligus anggota dari Presidium Lintas Iman dan
Budaya mengatakan bahwa dengan adanya acara tersebut jiwa nasionalisme para
peserta bisa semakin tertanam mendalam. Ia juga berharap, melalui Presidium
Lintas Iman dan Budaya, kerukunan antar umat beragama dan penghayat kepercayaan
bisa terjalin.
“Dengan adanya sinergitas ini, semoga jiwa
nasionalisme kita akan semakin tertanam. Dengan begitu nantinya antar sesama
penghayat, sesama agama, dan sesama budaya bisa rukun menjadi satu untuk
kesatuan Indonesia yang utuh”, ucap laki-laki yang akrab dipanggil Mbah Jinggo
tersebut.
Berkenaan
dengan haul Gus Dur, Romo Bowo mengungkapkan bahwa saat ini telah banyak gerakan
radikalisme yang muncul akibat kurangnya pemahaman terhadap konstitusi dan
empat pilar kebangsaan. “Saya pikir tanpa
orang-orang seperti Gus Dur negara kita ini bisa repot. Sungguh. Karena untuk
memahami konstitusi, empat pilar kebangsaan, kita memang telah dibingkai dalam
satu kata Bhinneka Tunggal Ika. Lha kalau sampai kita keluar dari ring
tersebut, maka muncullah gerakan-gerakan radikalisme yang meresahkan”,
ungkap tokoh agama Katolik itu dalam sambutannya.
Muhariyadi
dari Dinas Pariwisata Ponorogo mengaku rutin dalam menghadiri acara Jagong Budaya
yang diselenggarakan setiap Sabtu Kliwon tersebut. Ia juga menyatakan bahwa acara
semacam deklarasi Presidium Lintas Iman dan Budaya ini baru kali pertama di
Jawa. “Saya ikut jagongan budaya lintas
iman ini sudah hampir satu tahun, dan insyaallah acara deklarasi ini baru
pertama kalinya saya lihat di Jawa, serta haul Gus Dur yang ke-8”, ujarnya.
Abdul
Muis dari pegiat Lesbumi yang dinobatkan sebagai ketua presidium lintas iman bersama
Choirul Fatha dari penghayat Tri Tunggal melakukan potong tumpeng sebagai
penanda resminya forum tersebut. Dilanjutkan dengan pembacaan teks deklarasi (sebagaimana
pada gambar berikut) oleh Romo Bowo didampingi Bakesbangpol.
Sepanjang jalannya acara, grup musik KIU menghadirkan hiburan dan penampilan memukau berupa iringan musik serta lantunan tembang-tembang tradisional dan religi khas Jamaah Maiyah Kiai Kanjeng. Mulai lagu Gundul Pacul, Shalawat, ditutup dengan Rampak Osing.
Para hadirin nampak menikmati suguhan alunan musik KIU. Terbukti dengan banyaknya peserta yang merekam permainan musik KIU menggunakan telepon pintar masing-masing. Yogik, salah satu peserta menyampaikan apresiasinya terhadap acara jagongan budaya ini. "Saya sangat mengapresiasi ada acara semacam ini. Karena di samping sedang nge-hits-nya musik-musik dangdut dan barat, masih dipertahankan kebudayaan semacam ini," terangnya.
Jinggo menambahkan pada akhir acara, bahwa keberadaan Presidium Lintas Iman dan Budaya berbeda dengan FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama). “FKUB itu hanya menaungi enam agama yang resmi menurut pemerintah; Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu dan Konghucu. Sedangkan Presidium Lintas Iman dan Budaya tidak hanya mencakup seluruh agama, melainkan juga aliran kepercayaan dan budaya”, pungkasnya.
Para hadirin nampak menikmati suguhan alunan musik KIU. Terbukti dengan banyaknya peserta yang merekam permainan musik KIU menggunakan telepon pintar masing-masing. Yogik, salah satu peserta menyampaikan apresiasinya terhadap acara jagongan budaya ini. "Saya sangat mengapresiasi ada acara semacam ini. Karena di samping sedang nge-hits-nya musik-musik dangdut dan barat, masih dipertahankan kebudayaan semacam ini," terangnya.
Jinggo menambahkan pada akhir acara, bahwa keberadaan Presidium Lintas Iman dan Budaya berbeda dengan FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama). “FKUB itu hanya menaungi enam agama yang resmi menurut pemerintah; Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu dan Konghucu. Sedangkan Presidium Lintas Iman dan Budaya tidak hanya mencakup seluruh agama, melainkan juga aliran kepercayaan dan budaya”, pungkasnya.
Foto: Abidin
Kenapa harus iman, ujung ujungnya politik nii mahh
ReplyDeleteAdakah masalah dengan kata 'iman'?
ReplyDelete