Menerawang Lajur DEMA Institut yang Tembus Pandang
Oleh Chandra
Apa yang ada dalam benak kita ketika
mendengar kata DEMA? Apakah sekelompok orang yang memiliki kepentingan di atas
para mahasiswa yang menduduki singgasana bernama Dewan Eksekutif
Mahasiswa? Atau badan yang dibentuk agar mahasiswa memiliki visi sebagai agent of change? Atau yang lainnya?
Mendengar kata dewan yang tersemat di muka kalimat, hal pertama yang terbayang
adalah, sebuah organisasi yang memiliki tujuan tertentu, memiliki fungsi
sebagai pengayom, dan sebagainya.
Namun, mendengar kata yang demikian
sakral dalam ranah mahasiswa, apakah sebagian besar mahasiswa benar-benar
mengetahui dan memahami peran DEMA Institut tersebut?
Jawabannya tidak. Tidak semua mahasiswa yang berada dalam ruang lingkup kampus
benar-benar menyadari perannya.
Cobalah bertanya pada mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang), apa
itu yang disebut
sebagai Dewan
Eksekutif Mahasiswa? Pasti mereka menjawab, “Oh, yang waktu PBAK dulu suka orasi di atas panggung
ya?”.
“Oh, yang marah-marah dipanggung jago teriak lewat mix itu ya?”. Miris kan.
Oke, jika mahasiswa paham dan tahu seluk beluknya. Tapi apa yang terjadi
apabila sebagian mahasiswa tidak tahu apalagi gagal paham tentang DEMA-I. Bisa jadi akan
muncul prespektif buruk dalam pikiran mereka saat nama itu disebut. Pemikiran
sempit mahasiswa juga akan berimbas
pada citra DEMA-I sendiri,
sehingga eksistensinya yang
timbul menjadi tenggelam dalam
lingkungan mahasiswa.
Kenapa hal itu bisa terjadi dalam
ekosistem universitas? Ada dua belah pihak yang sama-sama bertanggungjawab atas
ketidaktahuan mahasiswa tersebut. Pertama, kurangnya kepedulian mahasiswa yang
hanya mengejar nilai atau memang enggan mencari informasi tentang kegiatan DEMA-I. Sebagian dari mereka
hanya terfokus dalam bangku kelas demi mengejar huruf A sebagai nilai mereka.
Mendewakan IPK yang
tinggi dan buta bahwa sebenarnya ilmu bisa didapat dari mana saja, tidak
dibatasi dengan angka IPK. Sebagian lagi berpikir masa bodoh.
Kedua, pihak yang sama-sama bertanggung
jawab adalah DEMA itu sendiri. Terutama DEMA-I yang perannya cukup krusial.
Masalahnya terletak pada kurangnya komunikasi
yang akrab dan erat dengan berbagai lapisan mahasiswa. Bagaikan otak yang
membutuhkan bagian tubuh lain, lembaga itu
perlu mengembangkan pemahaman tentang eksistensinya kepada mahasiswa.
Segala kegiatan yang DEMA-I wacanakan seharusnya diketahui dan dipahami oleh seluruh mahasiswa. Sehingga informasi
tentang segala kinerja DEMA-I
mampu tersebar secara rata ke
seluruh kalangan mahasiswa. Bila pola komunikasi saja kurang efektif, maka tidak menutup kemungkinan seluruh
elemen mahasiswa mengalami fraktur parah. Mahasiswa tidak tahu kegiatan
dewannya, sementara DEMA
Institut gagap dalam perannya.
Beberapa hari yang lalu, DEMA-I baru
saja menyelenggarakan seminar umum bertema "Politik Untuk Pemilih Pemula" di Aula Gedung
Indrakila lantai 3. Kegiatan yang diselenggarakan DEMA-I setelah sekian lama “tidur” mendapat antusiasme
yang cukup besar, dibuktikan dengan banyaknya peserta yang hadir di dalam acara.
Hal tersebut seolah-olah membuktikan
bahwa DEMA-I masih aktif. Tetapi hal itu tidak menutup kemungkinan munculnya
tanda tanya besar. Setelah satu
semester ganjil tidak menampakkan diri semenjak PBAK IAIN Ponorogo 2017, DEMA-I kembali
membuat gebrakan baru, menunjukkan bahwa eksistensinya tidak sekabur yang
diperkirakan. Namun yang perlu dipertanyakan adalah apakah seminar tersebut hanyalah alat pengalih dari isu
pasifnya DEMA-I? Atau hanya sekedar pengisi kekosongan program kerja DEMA-I yang absurd?
Pernyataan di atas mampu dijadikan tolak
ukur untuk mengetahui seberapa jauh DEMA-I berhasil membangun kinerja mereka
dan menjalin hubungan dengan mahasiswa kebanyakan. Pentingnya hubungan
DEMA dan mahasiswa memang tak perlu dipersoalkan. Selain itu, yang perlu
dipertanyakan adalah kadar eksistensi DEMA-I
yang ada di antara mahasiswa. DEMA Institut
bukanlah
sebuah entitas “astral” yang bermain di
belakang mahasiswa, muncul di saat-saat yang tak mampu ditebak. Lebih dari itu,
DEMA-I harus mampu menggerakkan bidak-bidaknya yang merupakan para mahasiswa demi
mewujudkan misi bersama.
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.