Permulaan 2018, DEMA-I Galang Kaum Muda Siap Pemilu
Reporter: Ula, Umar & Candra
lpmalmillah.com, Ponorogo Mendekati masa pesta demokrasi, DEMA (Dewan
Eksekutif Mahasiswa) Institut Republik Mahasiswa IAIN Ponorogo menyelenggarakan
seminar untuk umum pada Sabtu (13/01/18). “Pendidikan politik untuk pemilih pemula”
merupakan tema yang diusung dalam seminar tersebut. Lebih dari seratus peserta
memenuhi kursi dalam Aula Gedung Indrakila lantai 3.
Ketua DEMA-I, Moh. Faishal Arifin mengungkapkan,
pada masa-masa pemilihan selalu ada kampanye yang digencarkan oleh setiap calon
pemimpin. Seminar tersebut bertujuan agar para pemilih muda, khususnya peserta
seminar yang berasal dari kalangan SMA
dan Mahasiswa (Generasi Milenial), mampu berpikir dan memilih pemimpin secara
cerdas. “Kampanye sekarang lewat HP, dikhawatirkan jika tidak menjadi
pengguna yang baik akan terpengaruh akan adanya banyak informasi” jelas Faisal
dalam sambutannya.
M. Syaifullah selaku perwakilan dari KPU Ponorogo menambahkan
kiat-kiat pemilih muda untuk cerdas dalam memilih pasangan calon pemimpin. Pertama
mengetahui visi-misi dan program peserta pemilu. Kedua, mengenali
riwayat hidup calon dan partai politiknya. Ketiga, memastikan memilih
mana calon yang benar. Terakhir, menghindari black champaign (kampanye
hitam), politik uang, salah memilih calon, dan ajakan golput. “Memilih calon
itu yang teliti”, jelas Syaifullah
Sementara itu pembicara kedua, Taufik Johar sebagai
konsultan politik mengatakan, isu-isu yang menyangkut SARA (Suku, Agama, Ras
dan Antargolongan), khususnya adalah agama, marak tersebar di kalangan
masyarakat. Menurutnya, faktor SARA hanyalah limbah masalah yang
dibesar-besarkan untuk menjatuhkan pesaing lain dan mendapat simpati lebih
banyak dari masyarakat demi memenangkan Pemilihan Umum. “Jangan sampai
pemilu Jawa Timur sama dengan pemilu DKI”, tutur Taufik.
Dalam hal ini, Bambang H. Irawan selaku pimpinan
redaksi Jawa Pos Radar Ponorogo, angkat bicara. Ia mengungkapkan bahwa media
turut berpartisipasi besar dalam pelaksanaan Pemilu. Hanya saja, konsentrasi
setiap media berbeda dalam memberitakannya. Kekuatan media dibutuhkan untuk
membentuk mindset (pola pikir) calon pemilih. Ia pun menilai media cetak masih
kalah pamor dengan media elektronik. Dibuktikan dengan penggunaan media massa
berupa televisi dan internet yang peminatnya cenderung meningkat.
Jawa adalah wilayah terbanyak dalam menggunakan
media massa dan paling mudah dipengaruhi oleh isu-isu yang disajikan. Ia juga
mengajak untuk menanamkan pemahaman partisipasi aktif Pemilu pada orang-orang
sekitar untuk cerdas dalam memilih. Dengan demikian, tujuan Pemilu itu sendiri
mampu dicapai dengan maksimal. “Jangan hanya jadi rakyat yang pasif, ayolah
kita tanamkan aktif pemilu agar cerdas dalam memilih”, jelas Bambang.
Seminar ini disambut baik oleh Abdul, mahasiswa jurusan
PAI semester 3 yang mengaku puas akan
diadakannya kegiatan ini. Ia pun mengunggkapkan bahwa materi acara ini bagus
khususnya untuk mempelajari bagaimana sistem demokrasi di Indonesia. “Materinya
bagus, apalagi untuk mahasiswa seperti kita”. terangnya
Namun, kiranya hal ini disanggah oleh Hani
mahasiswa Ekonomi Syari’ah yang mengungkapkan kegelisahannya. “Acaranya
terlalu bertele-tele tidak fokus pada bagaimana menjadi pemilih yang benar
lebih banyak mengulas tentang masalah politik saja. Suasananya juga kurang
kondusif, pesertanya banyak yang tertidur dan pasif”, keluh mahasiswa semester
satu itu.
UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang bergerak di
bidang seni dan budaya turut memeriahkan acara. Menyumbangkan 7 lagu sebagai
pra acara dan lagu dari chrisye kisah-kasih di sekolah sebagai penutup acaranya.
Foto: Abidin
Foto: Abidin
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.