STUDIUM GENERALE FATIK: Pendidikan Karakter Bangsa Jadi PR Calon Pendidik
lpmalmillah.com, Ponorogo - Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (Fatik) gandeng Ali Mudlofir (Guru
Besar FTK Uinsa Surabaya) sebagai pembicara dalam Studium Generale di
Graha Watoe Dhakon (27/03/2018). Mengusung tema “Strategi Implementasi Pendidikan
Berbasis Nilai-Nilai Karakter Bangsa”, panitia juga menghadirkan Ahmadi, Dekan
Fatik IAIN Ponorogo sebagai pembicara kedua. Sementara M. Miftakhul Ulum, dosen
Fatik IAIN Ponorogo bertindak sebagai moderator acara.
Tujuan diadakannya acara tersebut adalah untuk mengenalkan lebih
jauh kepada mahasiswa jurusan tarbiyah tentang peran dan fungsi tenaga pendidik
dalam ranah pendidikan, terutama dalam pembentukan karakter peserta didik. “Dengan
Studium Generale diadakan, kita akan merefleksi kembali fungsi dan visi yang
diemban oleh calon-calon pendidik tersebut”, ungkap Muftakhul Ulum di awal
acara.
Ali Mudlofir menyampaikan ada berbagai tantangan di dunia
pendidikan. Pertama, AFC (Asean Economic Community) mulai 2015, yakni
kawasan bebas beredarnya semua barang dan jasa di antara Negara ASEAN. Kedua,
AFTA (Asean Free Trade Area) hasil KTT DI Bali 7-8 Oktober 2003 yang
berisi antara lain pembebasan bea masuk impor untuk kawasan ASEAN. “Lalu, sudah siapkah lulusan pendidikan
kita untuk bersaing dengan tenaga-tenaga ahli, terampil, ulet, kreatif dari
Negara ASEAN?”, tanya Ali dalam perbincangannya.
Ali juga mengatakan bahwa problem dunia pendidikan yang tengah
dihadapi Indonesia adalah problem kualifikasi, kompetensi lulusan pendidikan dan
penambahan nilai-nilai karakter pada lembaga-lembaga pendidikan yang masih
rendah. “Untuk masalah kualifikasi dan kompetensi, minimal lulusan harus S1.
Sementara sudahkah lulusan S1 yang kita miliki ini berkompeten?”, tegas Ali.
Selain itu, Ali juga menilai bahwa pendidikan karakter di Indonesia
masih jauh dari yang diharapkan. Dengan melampirkan data tentang sebuah judul penelitian
“How Islamic are Islamic Countries”
yang dilakukan oleh Scheherazade S. Rehman dan Hossein Askari, membuktikan
bahwa Selandia Baru adalah negara yang paling islami di antara 208 negara yang
ditelitinya. “Tolak ukurnya pada rutinitas sehari-hari, pada penerapannya
secara sosial, tidak hanya dari segi ritual”, tambah Ali.
Penyampaian materi disambung oleh Ahmadi, ia mengajak peserta studium
untuk mewaspadai adanya turbulansi dunia pendidikan yang diakibatkan dari era new
wave technology. Pada kesempatan tersebut, Ahmadi menyampaikan visi Fatik
IAIN Ponorogo sebagai tameng dari turbulensi dunia pendidikan. Hal itu sebagai
upaya agar menghasilkan pendidik maupun peserta didik yang memiliki kepribadian
utuh. “Tenaga pendidik kepribadian utuh Fatik mempersiapkan diri dengan ilmu
yang amaliyah, amal yang ilmiah yang dilakukan dengan iman, ikhlas , dan akhlaqul
karimah sesuai dengan nilai karakter bangsa Indonesia”, tutur Ahmadi.
Dalam mengembangkan strategi Fatik IAIN Ponorogo, Ahmadi memaparkan
beberapa hal. Salah satunya adalah menangkal Islam ekstrim garis kanan
berindikasi atau beorientasi ke terorisme dan Islam ekstrim kiri yang
berorientasi liberal ke komunitas dosen dan mahasiswa. “Rata-rata
virus-virus tersebut berasal dari luar dan dibawa dengan cara halus. Jadi, kita
harus hati-hati”, tukas Ahmadi.
Di penghujung acara, Miftakhul Ulum menyimpulkan materi yang
disampaikan oleh kedua pemateri sebelumnya. Ia mengatakan bahwa guru memiliki
fungsi untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi. Ketujuh tugas guru tersebut dikerangkai dalam lima kompetensi,
antara lain kompetensi profesi, kompetensi sosial, kompetensi pedadogis,
kompetensi kepribadian, dan kompetensi spiritual. “Maka, tugas guru
sangatlah berat karena posisi guru itu strategis dalam pembentukan karakter
peserta didik”, jelas Miftakhul.
Sementara itu, Rahmah Hidayanti, peserta Studium Generale dari
Jurusan MPI semester 6 mengungkapkan rasa antusiasnya saat mengikuti acara. “Acaranya
bagus. Kita tahu seluk beluknya dari jurusan kita dan cocok banget buat kita
yang calon pendidik”, ungkap Rahmah.
Reporter: Chandra & Lia
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.