Pemerintah Bungkam, Rakyat Ponorogo Turun ke Jalan
dok. Riza |
lpmalmillah.com, Ponorogo - Rabu (11/4/18), area Alun-Alun Ponorogo kembali
dipenuhi massa aksi unjuk rasa. Massa terdiri dari Perpek 5 (perkumpulan pedagang kaki 5), Serikat buruh gunung
gamping
Sampung, para pekerja bentor
(becak motor), pedagang
pasar stasiun, dan penambang pasir yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat
Ponorogo Tertindas.
Pukul 09.15, para
demonstran berjalan dari Masjid Agung Ponorogo
menuju depan gedung DPRD. Sebagai pembuka, mereka menyanyikan lagu Indonesia Raya. Beberapa menit kemudian
perwakilan dari mereka yakni Sutris, ketua Perpek 5 mencoba masuk ruang DPRD untuk memastikan keberadaan perwakilan dari anggota dewan. Namun kenyataannya tidak sesuai harapan, anggota DPRD tidak dijumpai dan menyebabkan
peserta aksi kecewa. “Ini bukan panggung dagelan, mau jadi Ponorogo yang
seperti apa?. Tutur Sutris.
Setelah dirasa tidak mendapat respon para demonstran
melanjutkan aksinya di gedung Bupati Ponorogo. Mereka menuntut bertemu dengan bupati.
“Selagi kami tidak ditemui oleh pengambil kebijakan, kami
tetap bungkam tidak mau bicara, karena kami hanya ingin bertemu pak bupati,”
ucap Didik Haryanto selaku korlap (koordinator lapangan).
Awalnya pihak pemerintah kabupaten Ponorogo menolak untuk
melakukan pertemuan dengan para demonstran. Namun korlap dan perwakilan massa mendesak untuk masuk. Setelah berunding, peserta aksi dipersilahkan masuk ke ruang pertemuan di kantor Bupati.
Syaifurrahman salah satu staf Bupati mengutarakan bahwa bupati sedang pergi ke Palangkaraya. Meski
demikian, peserta aksi bersikukuh tidak
mau mengungkapkan maksud dan tujuan diadakannya aksi.
“Kami belum pernah dikabulkan bertemu bupati, mau bupati
temui kami atau turun?”
ucap Ratih salah satu demonstran.
Selanjutnya
para demonstran melakukan aksi
teatrikal reka ulang penggusuran pedagang kaki lima yang
dilakukan oleh Satpol PP di Jl. Sultan Agung pada (3/4/2018) malam. Aksi
teatrikal berujung pada pembakaran gerobak pedagang kaki lima, yang dilanjut
dengan pembacaan puisi-puisi perlawanan oleh Anto dan Rian Pratama sebagai
simbol kecewanya masyarakat Ponorogo.
dok. Riza |
Adapun
demonstrasi ini didorong oleh kebijakan-kebijakan pemerintah kabupaten yang dinilai
menyengsarakan masyarakat. Tak hanya itu para demonstran juga menagih janji bupati yang tak kunjung
ditepati. “Aksi ini dilatarbelakangi oleh kejengkelan masyarakat Ponorogo
yang sudah tidak dihiraukan lagi oleh Bupati”, terang Didik saat
diwawancarai.
Demo ini diakhiri dengan janji para demonstran untuk
melanjutkan aksinya kembali pada hari Senin (16/04/18). “Tunggu kami pada hari Senin, akan ada massa yang lebih banyak dari ini.
lanjut didik.
Reporter : Ardyanto & Ula
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.