SEMINAR NASIONAL FATIK: Kiat Menjawab Tantangan Literasi di Era Digital
lpmalmillah.com - Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FATIK) adakan Seminar Nasional
bertema “Strategi Membangun Budaya Literasi di Era Digital” Kamis (19/40/2018)
di Graha Watoe Dhakon. Acara ini menghadirkan Moh. Khusnuridlo (Guru Besar
Manajemen Pendidikan IAIN Jember) dan Ahmad Hidayatulah Zarkasyi (Dekan
Fakultas Humaniora UNIDA Gontor) sebagai pembicara. Sementara Harjali (Dosen FATIK
IAIN Ponorogo) bertindak sebagai moderator acara.
Siti Maryam Yusuf, rektor IAIN Ponorogo dalam sambutannya
mengungkapkan alasan diadakannya seminar, khususnya bagi mahasiswa FATIK. “Seminar
ini supaya direspon, dicerna dengan sebaik-baiknya, supaya menjadi mahasiswa
yang intelek, berkeilmuan, dan memperoleh manfaat dengan baik,” tegas
orang nomor satu di ‘Kampus Hijau’ tersebut.
Harjali yang juga sebagai Dekan Fatik berharap melalui seminar
tersebut dapat tumbuh kepekaan terhadap literasi bagi semua kalangan terutama
mahasiswa Fatik. “Budaya literasi adalah bentuk kepekaan. Sudahkah
bangsa kita ini punya budaya kepekaan literasi atau membaca?”, tanya
Harjali dalam sambutannya.
Khusnuridlo menuturkan adanya 6 basik literasi; yakni literasi membaca
dan menulis, literasi numerasi, literasi teknologi informasi dan komunikasi,
literasi finansial, literasi sains, dan literasi budaya kemasyarakatan. “Jangan
pernah buat hari-harimu tidak bermanfaat, literasi tidak hanya membaca, tapi
transportasi nilai-nilai agar hidup secara survive,” tutur Khusnuridlo.
Khusnuridlo juga mengatakan sebuah proses pembelajaran tidak lepas
dari digitalisasi, “Teknologi pembelajaran literasi digital antara lain
laptop, converter, software, mobilephone, dan tak kalah penting adalah inovasi. Inovasi tersebut, yang harus disongsong untuk kompetensi dosen,” ujarnya.
Selain itu, ia menambahkan bahwa fasilitas-fasilitas digital
diharapkan lebih baik agar menciptakan kenyamanan bagi penggunanya. “Bentuk
pembelajaran di era digital ini antara lain literasi media global, opini
personal, global knowledge networks, belajar melalui online publishing dan
melalui daya virtual simulation,” tambahnya.
Penyampaian materi disambung oleh Ahmad Hidayatulah Zarkasyi. Ia memaparkan
tentang bentuk literasi yang ada di pesantren. “Literasi di pesantren mengajarkan
keilmuan, apa ada literasi di pesantern? Ada, yaitu dasar dasar-dasar ilmu
agama,” tukas Zarkasyi.
Dia juga menyarankan untuk mengembangkan budaya literasi dengan cara
membaca apa saja, seperti buku, berita, isu-isu, melalui digital maupun konvensional,
tentunya dengan bimbingan dan pengawasan. Kemudian mendiskusikan apa saja dalam
jalur kehidupan berdasarkan buku-buku dan informasi yang memnuhi standar. Serta
menulis di berbagai media seperti mading, buletin, jurnal, majalah, skripsi,
tesis dan kolom republika untuk mahasiswa Gontor.
Selanjutnya, pengasuh Pondok Putri Gontor 1 itu juga menambahkan
tentang penelitian yang diadakan di UNIDA Gontor, yakni dengan dibentuknya
Fakultas Komunikasi. Di fakultas tersebut ada beberapa kegiatan seperti mewajibkan
khutbah sholat jumat di masjid, mengajar TPA dan pramuka di wilayah binaan
UNIDA, KKN di daerah yang menghajatkan, workshop keislaman di berbagai daerah di
Indonesia, pusdiklat bahasa Arab untuk siswa dalam dan luar negeri.
Rodiah, mahasiswa jurusan PAI semester 2 menyampaikan pesan dan kesannya
mengenai acara. Menurutnya literasi sangatlah penting, manfaat yang bisa didapat
juga banyak. “Alhamdulillah, memotivasi mahasiswa untuk memberikan penekanan
bahwasannya literasi itu penting di era digital seperti ini. budaya literasi
ini bisa menjadi kebiasaan untuk berliterasi,” kata Rodiah.
Reporter: Ririn
& Lia
Izin shere... terus menulis..
ReplyDeleteDan iain po sering" ngadakan seminar..
Salam..@alihsan
Terimakasih atas sarannya.
Delete