Bilik Nihil, Mahasiswa: “Pencoblosan Kurang Rahasia”
www.lpmalmillah.com-
Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) melangsungkan agenda pemungutan suara
yang menjadi puncak serangkaian acara Kongres II 2018 pada Kamis lalu (26/07/2018).
PEMILWA merupakan sarana pelaksanaan reorganisasi lembaga kemahasiswaan berdasarkan
kedaulatan mahasiswa yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil.
Pemilihan Umum Mahasiswa
dilaksanakan pada 4 TPS (Tempat Pemungutan Suara). Diantaranya adalah FASYA dan
FEBI yang dilaksanakan di kampus II. Pencoblosan dihadiri oleh mahasiswa aktif
dari semester dua sampai semester di atasnya yang masih tercantum aktif dalam database
akademik. Prosedur pemungutan suara dimulai dari pengecekan Kartu Tanda
Mahasiswa, tanda tangan, verifikasi, penyerahan surat suara sekaligus
pencoblosan kandidat PEMILWA.
Untuk mahasiswa yang
akan mencoblos diharuskan memenuhi persyaratan mutlak yang telah ditentukan
yakni membawa KTM. Bagi mahasiswa yang tidak membawa KTM pada saat pencoblosan
harus memperlihatkan SIAKAD sebagai gantinya. Tetapi itu hanya dilaksanakan di
FATIK dan FASYA. Lain halnya dengan FUAD, pemilih membawa surat undangan yang
telah diberikan oleh KPUM FUAD. Apabila tidak mendapat surat undangan, maka
menggunakan KTM sebagai bukti mahasiswa aktif. Sedangkan pada pemungutan suara
FEBI tidak ada ketentuan harus membawa KTM, jadi pemilih bisa langsung
konfirmasi ke pihak absensi.
Proses pemungutan suara
FEBI yang bertempat di RUANG A201 itu dimulai pada pukul 09.07 WIB. Mahasiswa
FEBI terlihat antusias dibuktikan dengan antrean panjang dan berjubel. Ternyata
jumlah pemilih tidak mencapai setengah dari jumlah keseluruhan mahasiswa FEBI.
Jumlah mahasiswa terhitung 441 pencoblos dari total 1026 mahasiswa FEBI.
Selain itu asas PEMILU
mengenai kerahasiaan kurang diterapkan dalam pencoblosan. Bilik PEMILWA tampak nihil
di ruangan TPS FEBI. Mahasiswa mencoblos hanya beralaskan bangku kuliah yang
diberi bantalan untuk alas mencoblos, tanpa penutup atau bilik sama sekali. Sekitar
pukul 10.50 WIB ada inisiatif dari panitia yaitu menggunakan bilik dari kardus
kosong. Menjelang tengah hari, sekitar pukul 11.30 WIB bilik pemilwa baru
didatangkan. Riska Aprilya mahasiswa Ekonomi Syariah semester 2 mengungkapkan keresahannya
dalam proses pemungutan suara ketika itu. “Pencoblosannya masih semrawut dan
kurang rahasia karena bilik yang disediakan tidak ada penutupnya,” ungkap
Riska.
Irfan Setyawan selaku
Ketua KPUM FEBI menanggapi terkait hal tersebut. menurutnya kejadian tersebut adalah
kesalahan panitia yang kurang teliti dalam mempersiapkan TPS. Ia mengaku bilik
pencoblosan tertinggal di kantor SEMA-I. “Ini memang kesalahan dari kami. Kami
lupa karena yang datang saat rapat yang diselenggarakan oleh KPUM Institut
hanya 2 orang dari anggota KPUM FEBI,” ujarnya.
Hal rancu pun terjadi
ketika proses memasukkan surat suara ke kotak yang telah disediakan. Karena ada
5 lembaga yang harus dicoblos, maka harus memasukkan per surat suara ke kotak
suara yang benar-benar tempatnya. Mahasiswa mengaku kesulitan karena tidak ada
tanda untuk membedakan antar surat suara lembaga satu dengan lembaga lainnya.
Maka panitia memandu para pemilih untuk memasukkan surat suara ke kotaknya
dengan cara membuka kembali surat suara yang telah dilipatnya untuk mengetahui
kode lembaga apa yang tertera dalam surat suara. Bukankah dengan cara seperti
itu kemungkinan besar pilihan mahasiswa pemilih itu terlihat oleh panitia? Lalu
bagaimana dengan prinsip ke-rahasiaannya?
Tetapi Irfan Setyawan
menampik hal tersebut. Menurutnya kerahasiaan pemilih masih terjaga karena
panitia mengaku tidak melihat surat suara. Panitia hanya mengarahkan saja. “Kami
dari panitia tidak tahu pilihan dari mahasiswa, karena kami mengarahkan dari
arah berlawanan, jadi pilihan dari mahasiswa tidak terlihat,” terang ketua
KPUM FEBI itu.
Menanggapi dari terlaksananya
serangkaian PEMILWA dalam Kongres II 2018 saat ini, Syaifullah selaku Wakil
Rektor III mengaku tidak mengetahui sama sekali termasuk Pemilihan Umum yang
dilaksanakan pada hari Kamis tersebut. Padahal seharusnya wakil rektor III
tersebut berwenang sebagai pengawas pemilwa. “Belum, belum ada yang
mengajukan ke saya, saya belum menerima surat permohonannya,” ungkapnya.
Suara-suara mahasiswa
pun terdengar salah satunya dari Cecilia, mahasiswa jurusan Muamalah semester 2.
Ia berharap pada PEMILWA selanjutnya para kandidat lebih dari satu atau dalam
artian memiliki rival dalam kompetisi. “Agar selanjutnya kandidat yang
mencalonkan lebih dari satu, sehingga terasa jika sedang melakukan pemilihan,
dan jika kandidat hanya satu orang mau tidak mau pilihannya harus itu. Untuk
kandidat terpilih ia berharap agar lebih mengedepankan kampus dan masing-masing
fakultasnya, dan tambah dari segi kegiatannya,” terangnya.
Hal senada juga
diungkapkan oleh Layin Lia, mahasiswi jurusan Ekonomi Syariah semester 2, “Saya
berharap untuk kandidat terpilih agar bertanggung jawab terhadap tugasnya,
melaksanakan program kerjanya dengan baik.” (Dendy, dkk.magang)
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.