Mahasiswa Cap Apa ?
Oleh Siti Umi
Alex terus melangkahkan kakinya menaiki tangga gedung kelas dengan kecepatan marathon. Nafasnya ngos-ngosan saat sampai di depan pintu. Pagi ini jadwalnya presentasi, foto copy-an makalahnya sudah di tangan. Ia yakin, bahwa dosen galaknya sudah berkacak pinggang menunggu dirinya. Tanggung jawab yang membebaninya membuat ia memberanikan diri untuk membuka pintu kelasnya. Tetapi, “Lah, kok sepi?” Ucapnya sambil melihat jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan angka 7:15. Sepasang matanya menyapu seluruh ruangan. Kursi-kursi masih banyak yang belum terisi, meja tunggal disamping papan tulis apalagi, tak berpenghuni.
Ia melangkah menuju bangku disamping Ucup, teman kelasnya yang sedang serius menatap layar pipihnya. Alex mengerutkan dahinya, layar yang digenggam Ucup begitu berisik. “Savage, First Blood, Double kill, Triple kill.”
Alex memutar bola matanya malas, “Cup, yang lain mana? Dosennya nggak masuk?”
Ucup hanya menjawab dengan enteng. “Pada sibuk organisasinya lah!” Pandangannya masih tak lepas dari ponsel pintar yang di genggamnya.
“Semua?” Tanya Alex memastikan.
Alex menggoyangkan bahu Ucup namun nihil, pertanyaannya tidak digubris. Matanya menyipit, dahinya mengernyit.
Tiba-tiba Ucup berdiri menggebrak meja didepannya, lalu berteriak sambil meremas rambut keritingnya. “Arggh! Bangsat! dikit lagi victory! wifi nya malah mati! Anjiiirr!”
“Allahhuakbar, Astagfirullah, tobat Cup!” Alex berdzikir di samping Ucup sambil mengusap usap dadanya. Ucup hanya bisa pasrah, ia menenggelamkan kepala dan meratapi nasib ‘Hero-nya’.
“Sabar cup!” Alex mencoba menenangkan Ucup. Sedikit berbisik Alex mencoba membuka suara, pasalnya ia begitu ingin tahu mengapa sampai sekarang kelas masih saja sepi.
“Cup, anak-anak kemana sih?”
Mendengar itu, Ucup mengangkat kepalanya, ia menghembuskan nafasnya dan akhirnya meladeni Alex yang sedari tadi mengganggunya. “Jadi gini, Mila sama Dila jadi panitia donor darah. Dono sama Rehan lagi mendaki semeru. Roy sama Jihan ada pelatihan bela diri. Soni sama Fitri ngurus kemah. Rani sama Maemunah ngeliput demo di gedung DPR. Banyak lagi lah!” Meskipun dalam keadaan pilu, Ucup masih bisa menjelaskan dengan lancar.
“Kok lo hapal sih?” Tanya Alex heran`
“Di grup ada, semua pada izin-izin gitu, lo gak buka wa? Tadi sih gue juga mau izin tapi bingung alasannya apa, gue kan gak ikut apa-apa. Pengangguran tanpa tanda jasa!”
Alex menghembuskan nafasnya gusar. Alisnya menyatu kayak kamu dan aku. Bisa-bisanya Maemunah tidak masuk, padahal hari ini ia presentasi dengan Alex.
---
Di kelas sekarang hanya ada sekitar sepuluh orang. Ada yang bergerombol menonton satu hp di di pojokan. Ada yang lagi selfie di tempat duduknya, dan ada pula makhluk yang menjaga colokan listrik beserta kabel yang bertaut dengan ponsel pintarnya. Sembari mengangkat benda itu saat aplikasi joget-joget yang ia tonton tersendat, “Kampret!”
Makhluk-makhluk ini bisa dibilang mahasiswa kupu-kupu, setelah kuliah kalau nggak pulang ya memburu wifi, tidak ada niatan ikut organisasi tetek bengek apapun yang menurutnya menyusahkan. “Gak ah, ganggu kuliah.” “Gak ah, gue kerja.” “Gak ah, kucing gue gak ada yang nemenin.”
Alex berdiri membagikan foto-copyan makalah nya kepada sepuluh ekor temannya dengan acuh. “Nih, dibaca!”
“Hmm.” begitu jawabnya. Kalau saja pagi ini Alex belum sarapan bisa saja Alex menelan mereka mentah-mentah. Merasa muak, Alex menggebrak kursi di depannya. “Woy baca!” Teman-temannya langsung saja berhambur ke kursi masing masingnya. Akhirnya, teman-teman tunduk padanya. “Nah, gitu dong!” ucapnya bangga.
Saat ingin berbalik ke tempat duduknya, Alex terbelalak melihat sosok tinggi besar berkumis menatapnya tajam. Nyali Alex ciut. “Eh bapak, selamat pagi pak!” ucap Alex kikuk. Ia menyerahkan makalahnya lalu mulai mempresentasikan makalah tersebut dengan terbata-bata.
“ini pekerjaan siapa?” Tanya bapak berkumis tersebut pada sela-sela presentasi.
“Saya pak. Sama Maemunah.
“Pasti ini Maemunah kan yang mengerjakan. Kamu hanya bagian foto copy.”
“Tapi pak, Maemunah kan gak ada sekarang, saya presentasi sendiri pak.”
“Dia sudah izin ke saya. Kalau ini memang pekerjaan kamu, tidak mungkin kamu terlihat bingung seperti ini, saya sudah hafal mahasiswa model begini.”
Alex hanya diam menyebikkan bibirnya. Kemarin memang ia malas untuk mengerjakan tugasnya padahal ia pengangguran, sedangkan Maemunah yang sibuk saja masih sempat mengerjakan, dan dengan gampangnya Alex hanya menerima soft file melalui pesan online.
Sebenarnya Maemunah sudah gemas dengan sikap Alex yang gak peka alias bodo amat. Tapi, makalah ini menyangkut reputasinya.
Bapak berkumis itu menyudahi pertemuan hari ini.
“Oke hari ini cukup, besok tugas untuk kalian adalah menulis Esai tentang Organisasi atau UKM yang kalian ikuti. Bagi yang tidak ikut organisasi atau UKM, ya ngarang aja.” Ucapnya sambil berdiri.
“Emang boleh pak, kalau mengarang?” Tanya Udin berseri.
“Boleh, tapi nilai kalian E-.”
“Yaaahhh..” Makhluk-makhluk yang tadinya berseri sontak memerosotkan pundaknya.
GAMBAR : stock.adobe.com
GAMBAR : stock.adobe.com
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.