Katimun Si Pejuang Pelosok Jurang Sempu Dayakan
Penulis: Umi, Ahmanda
Terjalnya jalan dan curamnya jurang tak menyurutkan semangat para generasi
dusun Jurang Sempu dalam menimba ilmu. Justru tawa kebahagiaan mengiringi
perjalanan mereka menuju sebuah bangunan sederhana yang menjadi saksi bisu
antusiasme mereka mengemban ilmu keagamaan. Sekitar 25 santri yang setiap
sorenya menuntut ilmu di tempat sederhana ini. Rata rata para santri masih
belajar jilid 1-4. Pukul 8-10 pagi mereka bersekolah di SDN 1 Dayakan selanjutnya
pukul 1-5 sore mereka menuntut ilmu di TPQ Al-Mawaddah. Bersama teman-teman
seperjuangan, mereka menghabiskan waktu di halaman masjid berhias wajah riang
gembira. Dibalik semangatnya anak-anak menuntut ilmu, ada sosok mulia yang
merintis TPQ tersebut. Ia bernama Katimun.
Pak Katimun, begitulah sapaan akrabnya, mengawali langkah untuk
merintis TPQ dengan semangat yang membara. Semangat tersebut tercipta oleh
ketukan hati, melihat rendahnya pendidikan agama di Jurang Sempu, serta rasa
takut akan hilangnya peradaban Islam di Jurang Sempu. Selain itu dorongan dari
pihak pemerintah desa pun membuatnya memantapkan diri untuk mendirikan TPQ di
Jurang Sempu.
TPQ yang didirikan tersebut dinamai TPQ Al-Mawaddah, berdiri tahun
2004 bertempat di sebuah masjid terpencil di dukuh Jurang Sempu RT. 3 RW. 1
Desa Dayakan Kecamatan Badegan. Perjalanan merintis TPQ tersebut tidak semudah
membalikkan telapak tangan. Mengingat letak geografis dukuh Jurang Sempu yang
jauh dari jangkauan dan medan yang sulit dilewati. Perlu adanya perjuangan
materi maupun tenaga untuk mendirikan TPQ di daerah pelosok tersebut. Dengan
segala tekad dan upayanya, lelaki kelahiran Ponorogo 6 Mei 1962 tersebut
berusaha memberikan surat pengajuan izin operasional dari daerah untuk mendanai
TPQ tersebut. Semua surat persyaratan pengajuan dana sudah lama ia penuhi dan ajukan namun sayangnya sampai
sekarang belum ada sepeser pun dana yang cair dari pemerintah untuk TPQ
tersebut.
TPQ yang Katimun rintis, berulang kali mati suri. Pernah, ada KKN
yang membantu pengajaran TPQ tersebut.
Namun saat mereka pulang ke asalnya, TPQ tersebut kembali mati. Kondisi
tersebut tak lain dan tak bukan disebabkan oleh tidak adanya kepedulian
masyarakat yang mau mengajar di Jurang Sempu.
Rasa ketakutan Katimun mengenai pendidikan agama yang kurang bagi
anak anak di Jurang Sempu, menggugah hati nuraninya. Ia berusaha kembali
menghidupkan TPQ walaupun dengan kualitas dan kuantitas yang minim. Belum
adanya pelatihan khusus tentang agama di Desa Dayakan dan belum adanya pengajar
yang benar-benar faham tentang agama dari pihak luar mengakibatkan, ilmu yang
didapatkan anak-anak masih kurang.
Sosok bertubuh kurus ini pernah mengikuti kejar paket B dan paket C. Ia juga mengikuti
pelatihan baca Al-Qur,an di Ngebel selama 3 hari. Namun hal tersebut dinilai
kurang untuk menyalurkan pengajaran di Al- Mawaddah. “ Saya pernah mengikuti
kegiatan pelatihan agama namun itu tidak cukup untuk pengajaran di sini,“ ucapnya dengan nafas yang gusar.
Terbersit rasa bangga, pada diri Pak Katimun karena dapat
menyampaikan ilmu dan pengalamannya. Walaupun yang ia dapat belum seberapa.
Hati beliau juga merasakan kebahagiaan ketika melihat semangat langkah kecil
santriwan-santriwati menuju masjid. Meskipun jarak yang mereka tempuh terbilang jauh dan sulit.
Apalagi saat mengetahui pihak orangtua amat mendukung kegiatan TPQ ini.
Tak lepas dari rasa bangganya beliau juga merasakan kepiluan
ketika jumlah santriwan-santriwati harus berkurang drastis saat musim
penghujan. Namun, apa daya mengingat sulitnya medan yang harus ditempuh untuk
menuju ke tempat TPQ, beliaupun hanya dapat memakluminya. Selain itu, lagi-lagi
masalah pendanaan yang membuat pembelajaran TPQ terhambat. Banyak
santriwan-santriwati yang tidak tepat waktu dalam pembayaran bulanan TPQ. Juga
bantuan dari pihak Kemenag yang tak kunjung turun, membuat hatinya gundah.
Karena tanpa pendanaan yang cukup, santriwan santriwati pun tak dapat
mendapatkan fasilitas yang maksimal.
Diusianya yang tak lagi muda Pak Katimun masih semangat untuk terus
berjuang menghidupkan TPQ. Warga sekitar juga mengakui kebaikan sosok Pak
Katimun. Beliau merupakan sosok yang hangat. Seperti yang diungkapkan oleh Bu
Siti. Ia merasa sosialisasi yang dilakukan Pak Katimun cukup bagus. Hal senada
juga disetujui oleh Pak Sabtu. Menurutnya Pak Katimun adalah sosok
pengajar yang baik dan memiliki kepedulian yang besar untuk desa Dayakan.
Pria yang juga menjabat sebagai jogoboyo di Dusun Jurang Sempu ini mengharapkan adanya pelatihan
keagamaan, untuk peningkatan kualitas pendidikan agama di Desa Dayakan. Dengan
adanya TPQ ini, diharapkan dapat memperbaiki pemahaman masyarakat tentang
pentingnya pendidikan keagamaan. Pemahaman tersebut tentu akan lebih efektif
jika dimulai dari usia dini. Beliau juga menginginkan dengan adanya TPQ, dapat
menghidupkan kegiatan masjid di Dusun Jurang Sempu, khususnya di RT 3. Juga
kesadaran pemerintah untuk segera mendanai TPQ tersebut segera terealisasikan.
Pendidikan keagamaan yang ideal menjadi cita-cita masyarakat Dusun Jurang Sempu
agar daerah terpencil yang jauh dari kebisingan kota tersebut dapat terus belajar ilmu agama, belajar mengaji al-Qur'an
dan mewariskan kepada keturunanannya. (features/PJTD)
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.