Madu Jurang Sempu : Prospek Tinggi tanpa Distribusi
Reporter:
Aji, Avin, Dinda
Ogal
Agil merupakan salah satu wilayah yang terletak di lereng Gunung Gajah,
tepatnya di Dusun Jurang Sempu Desa Dayakan Kecamatan Badegan Kabupaten
Ponorogo. Jalan yang curam berkelok dan belum beraspal menjadikan daerah ini
cukup sulit untuk dijangkau kendaraan bermotor. Tanah di Jurang Sempu bukan
termasuk tanah subur, melainkan tergolong tanah padas. Tanah keras yang sulit
diolah menyebabkan masyarakat di dusun ini tidak mengandalkan ladang sebagai
mata pencaharian utama.
Rata-rata
mata pencaharian utama masyarakat Jurang Sempu adalah buruh tani. Buruh tani mendapatkan
upah sekitar 50–60 ribu per harinya. Seperti yang diungkapkan oleh
Bejan, ketua RT 06, “Biasanya
masyarakat sini kerjanya buruh tani kalau tidak di Bungkal ya di Sumoroto,
untuk seharinya 50 ribu, itu sudah termasuk makannya mas kalau lepas ya 80 ribu
itu pun hanya jika masuk musim tanam dan panen mas,” ujarnya.
Selain
buruh tani yang menjadi pekerjaan utama, masyarakat Ogal Agil memiliki
pekerjaan sampingan. Tuntutan kebutuhan hidup yang semakin beragam menjadi
alasan masyarakat Ogal Agil membuat usaha sampingan untuk menambah penghasilan.
“Kalau mengandalkan hasil buruh tani ya nggak cukup mas harus ada penghasilan
tambahan untuk memenuhi kebutuhannya,” ungkap Wagimun selaku kepala
dusun setempat. Usaha yang dijalankan juga beragam sesuai dengan keahlian,
kemampuan, dan keadaan musim. Seperti berladang, berdagang dan beternak lebah.
Dari
sekian banyak usaha sampingan yang ada di Ogal Agil, peternakan lebah memiliki
prospek yang cukup bagus apabila dikembangkan. Selain karena pemeliharaannya
yang tidak terlalu ribet hasilnya pun juga menjanjikan. Wagimun
menerangkan, “masyarakat disini itu agak sulit kalau disuruh membuat suatu
produk mas, makanya kalau mau melakukan pemberdayaan harus yang tidak ribet,
murah dan ada pendampingan terlebih dahulu.”
Orang
yang pertama kali beternak lebah adalah Tugiman. Tugiman merintis usaha ini
sejak kurang lebih 30 tahun yang lalu. Kemudian ditularkan kepada Bejan, selaku
Ketua RT 06 lingkungan Ogal Agil. Setelah itu Bejan melakukan pembinaan kepada
warga RT. 06 yang berminat terhadap usaha ternak lebah. Hingga saat ini, dari
18 KK yang ada, sekitar 10 KK yang telah menerapkan usaha tersebut
Menurut
Bejan usaha ternak lebah ini memiliki proses panjang. Pertama membuat rumah lebah
dari kayu (dapat berupa kayu glugu, pinus, jati, sengon, atau mahoni). Kayu
yang dipakai berasal dari limbah kayu yang tak terpakai atau dari kayu pohon.
Kayu tersebut diolah dengan cara dibelah
menjadi dua bagian. Selanjutnya tinggal memberi rongga untuk tempat lebah
bersarang. Dua belahan kayu yang telah dibelah, diikat menjadi satu dengan tali
tambang. Setelah itu Bejan membawa glodokan (rumah lebah) ke ladang untuk
mencari ratu lebah. Jika kandang sudah dimasuki ratu lebah, gerombolan lebah
secara otomatis mengikuti sang ratu. Butuh waktu minimal satu minggu dan
maksimal satu bulan untuk mendapatkan kandang yang terisi lebah.
Kegiatan
memancing lebah ini hanya dapat dilakukan saat musim penghujan. Karena pada
musim ini, bunga bermekaran. Sehingga lebah berbondong-bondong mencari makan
dengan menghisap sari bunga di sekitar hutan. Panen madu dilakukan sekitar
15-30 hari tergantung musim. Pada saat musim penghujan, peternak lebah dapat memanen dua kali dalam sebulan.
Sedangkan pada musim kemarau, hanya sekali dalam sebulan.
Selain
itu, madu yang dihasilkan setiap glodokan juga berbeda-beda tergantung
ukuran. Satu glodokan besar dapat menghasilkan 2-3 botol dalam musim
penghujan dan sebotol untuk musim kemarau. Satu glodokan kecil dapat
menghasilkan sebotol dalam musim penghujan, dan memerlukan 2-3 glodokan kecil
untuk menghasilkan 1 botol dalam musim kemarau.
Jenis
bunga yang dihisap lebahpun berpengaruh pada kualitas madu. Lebah yang
menghisap bunga Alba
akan menghasilkan madu dengan bau wangi. Bunga Serpo akan menghasilkan madu dengan rasa
manis tanpa pahit. Sedangkan
bunga Kuning menghasilkan madu
dengan rasa manis kepahit-pahitan.
Madu
dipanen secara manual dengan memeras
sarang menggunakan kain tipis sebagai lapisan tangan. Selanjutnya dilakukan pernyaringan
dengan alat saring agar
madu bisa terpisah
seutuhnya dari sarangnya.
Proses terakhir adalah pengemasan madu pada botol-botol yang dibeli peternak
dari pengepul barang bekas yang sebelumnya sudah dicuci bersih. Peran plastik
dan karet gelang digunakan untuk menutup kemasan madu.
Perawatan
lebah hanya perlu dengan menjaga suhu agar tetap stabil dan mengganti kandang
kayu setiap 2 tahun sekali. Namun, peternak juga harus sering mengecek glodokan.
Barangkali sarang
didatangi kupu-kupu atau semut. Untuk menanggulangi datangnya semut, peternak
biasa menggunakan oli yang diletakkan di bawah rumah lebah. Peternak juga harus sigap agar cepat menghilangkan kupu-kupu
sebelum lebah-lebah
kabur dari glodokan.
Selain itu, lebah juga akan berpindah sarang ke tempat lain jika hawa
disekitarnya sudah tidak sesuai. Karena pada
dasarnya lebah dapat bertahan hidup pada hawa dingin.
Hambatan dalam
pengembangan madu di Desa Jurang Sempu adalah tidak adanya pengepul madu tetap.
Ada juga faktor kekhawatiran konsumen akan keaslian madu. Padahal menurut
pengakuan Umar, salah satu peternak lebah, dia tidak pernah sedikitpun
mempunyai inisiatif melakukan kecurangan tersebut. “Madu disini itu asli
mbak. Tidak pernah saya nyampur-nyampur madu sama gula. Gula ya gula, tiap hari
keluarga juga butuh gula,” ujar Umar dengan lantang.
Di
Jurang Sempu, madu dibandrol seharga 200 ribu per botol. Harga tersebut
termasuk murah jika melihat kualitas madu yang asli dan khasiat madu yang
banyak. Seperti untuk menyembuhkan penyakit ringan (diare, pusing, flu) dan
untuk menjaga kekebalan tubuh serta penambah stamina.
Permasalahan
utama dari para peternak lebah adalah pemasaran dan kurang ketrampilan
dalam mengelola usaha. Warga masih melakukan pengelolaan secara manual. “Semoga
pemerintah membantu mengelola madu ini, Mas, mulai dari pembibitan hingga
pemasaran. Mungkin bisa dalam bentuk pelatihan dan pendampingan, pemberian
modal, dan pengadaan pengepul madu,” pungkas Bejan ketika crew temui
di rumahnya. (PJTD/Depth/Ekonomi)
bagus tetap semangat yang buat. terus berkarya dan kembangkan kemampuan.😀😀
ReplyDeleteTerus berkarya..
ReplyDelete