Derap Langkah Mahasiswa Tangkil untuk Masyarakat
Dusun Tangkil merupakan salah satu wilayah yang terletak
di Gunung Gede,
Kecamatan Pulung,
Kabupaten Ponorogo. Adanya mahasiswa di
Tangkil menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat. Saat crew berbincang dengan
masyarakat, dengan antusias mereka menceritakan siapa saja mahasiswa dan kampusnya.
Berdasarkan pencarian crew, ada 10 pemuda yang menjadi mahasiswa di Dusun Tangkil.
Bukan suatu yang tabu lagi mengenyam pendidikan tinggi di Tangkil.
Menurut
pemudi setempat, Mila mengakui bahwa mahasiswa di Tangkil terhitung banyak mulai
dari 2013. “Mahasiswa di dusun ini lumayan banyak ada 10 mahasiswa tetapi ada
yang pulang pergi dan juga ada yang kost,” terang mahasiswa Universitas Muhammadiyah
(UNMUH) Ponorogo semester 4 ini.
Namun,
10 mahasiswa ini masih kurang memberikan kontribusi yang berarti. Alasannya antara
lain karena belum ada kemauan untuk mengembangkan apa yang telah didapat. Seperti
yang dikatakan oleh Wahyu mahasiswa IAIN Ponorogo semester 8. Menurutnya,
jarang dari mahasiswa terlibat dalam kontribusi seperti karang taruna,
mahasiswa pun terlihat sama dengan pemuda pada umumnya. “Belum terlihat kontribusinya karena kurang berperan secara langsung di masyarakat,” ungkapnya.
Berbeda dengan Miswan, kamituwo di
Dusun Tangkil. Ia mengatakan, para mahasiswa yang
berkontribusi terhadap masyarakat itu sudah banyak. Yaitu dengan memenangkan perlombaan olah raga yang pelatihanya dibina oleh karang taruna. “Kerja keras karang taruna dusun ini yang menghasilkan para mahasiswa dan pemuda sini banyak berkarya,” terangnya.
Di samping itu, masyarakat mengakui bahwa mahasiswa Dusun Tangkil memberikan kontribusi bidang TPA (Tempat Pembelajaran
Al-Qur’an). Hal tersebut pun dilakukan bukan dari mahasiswa saja,
melainkan dibantu oleh pemuda lainnya. Sementara untuk pelatihan pembuatan produk
belum ditemukan. “Belum ada kontribusi dari mahasiswa terhadap adanya pelatihan-pelatihaan
bimbingan belajar.” Ujar Purwati salah satu masyarakat.
Sama seperti
yang dikatakan masyarakat lainnya, Sutri dan Lestari. Mereka mengakui bahwa peran
mahasiswa baru terlihat di TPA. “Ohh itu dari mahasiswa ya hanya mengajar
TPA saja, mbak,” ujar mereka.
TPA
dibentuk sebagai tempat belajar anak-anak. TPA lahir sejak tahun 2013 yang
bertujuan untuk mendekatkan anak-anak dengan masjid dan Al-Qur’an. TPA yang
bertempat di Masjid Muttaqin ini memiliki 68 murid. Mereka menimba ilmu setiap hari
Kamis, Jumat, dan Sabtu. Lestari, mahasiswa UNMUH Ponorogo semester 2 salah satu
pengajarnya. “Anak-anak di sini mulai banyak yang bisa membaca Al-Qur’an,” terangnya.
Selain Lestari,
juga ada pengajar TPA lain yang
ada di Masjid Muttaqin, yaitu Sukrisno pemuda Dusun Tangkil. Sukrisno mengatakan, anak-anak
yang belajar di TPA ini berasal dari Dusun Tangkil sendiri. “Mereka senang belajar di TPA ini karena bertemu dengan teman-teman dan juga bermain,” ungkapnya.
Mahasiswa Tangkil menjadi penggerak Karang Taruna. Agus, salah satu mahasiswa
Unmuh Ponorogo semester 10 yang menjabat sebagai ketua karang taruna Dusun Tangkil.
Mereka banyak memenangkan lomba voli bersama timnya dari karang taruna. Ia juga
mengaku voli merupakan hobinya. “Saya bisa memenangkan lomba juga karena dukungan
Pak Miswan,” ungkapnya.
Selain
voli, karang taruna menjadi panitia berbagai macam kegiatan. Antara lain diadakannya
pengajian sebagai bentuk peringatan terjadinya longsor di Desa Banaran dua tahun
yang lalu. Selain itu, perlombaan Agustus-an untuk anak-anak dan masyarakat guna memperingati Kemerdekaan Indonesia,
diadakannya latihan-latihan voli untuk mempertahankan kejuaraan lomba voli antardesa.
Mahasiswa tidak seluruhnya berkontribusi, tetapi tidak semerta mereka tidak memiliki keinginan untuk itu. Febi, salah satu mahasiswa
Unmuh Ponorogo peduli terhadap perkembangan Dusun ini. Ia memiliki niat untuk berdakwah
dan mengajarkan agama di dusun. Namun, gagasan Febi belum bisa terlaksana. Ia melanjutkan,
masih semester 2 dan sibuk mengerjakan tugas-tugasnya.
Beberapa
mahasiswa setelah mendapat pekerjaan cenderung pergi keluar Dusun Tangkil. Sebagian
lain mendapat pasangan dari luar dusun sehingga tidak lagi tinggal di Tangkil. Seperti
yang dikatakan Mila. “Mereka lebih memilih tidak tinggal menetap di Dusun Tangkil,” ungkapnya.
Lestari
berharap, kontribusi mahasiswa terhadap masyarakat bias meningkat dengan diberikannya Gedung Baru agar lebih maju. “Dengan diberikannya gedung baru menjadikan pembelajaran yang
dilakukan bisa lebih efektif,” terangnya.
Reporter: Aliffanda, Vega, Silvia, Mustofa
Penulis: Aliffanda, Silvia
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.