Abu Nawas Ikut PBAK
Oleh: syamsul
Matahari malu-malu menampakan jati dirinya. Ayam berkokok saling
bersautan menunjukkan malam sudah sirna beralih menjadi pagi. Nawas pun
perlahan-lahan membuka matanya dan memulihkan kesadaran dari tidurnya yang
begitu lelap, ia melihat jam beker di atas nakas dengan sayu melihatnya. Nawas
pun sontak terkejut, waktu menunjukkan pukul 07.00 WIB. “Aduh mati, ini kan
hari pertama PBAK,” bicaranya dalam hati. Nawas bergegas untuk meninggalkan
tempat tidur, kemudian pergi ke kamar mandi. Ternyata kamar mandinya sudah
penuh.
“Woy siapa di kamar mandiii, cepet..!!” teriaknya sambil
menggedor-gedor pintu kamar mandi.
“Biasa aja dong, lagi mules!!“ balasnya.
“Wooo, jono” lontaran suaranya yang lantang.
Nawas mondar-mandir di depan pintu kamar mandi yang sedang penuh
dengan perasaan yang sangat bingung. Di tengah kebingungannya Nawas melihat
botol dipojokan dekat rak sepatu, kemudian timbul ide di otak Nawas “Ahaa, punya
ide” dalam hati Nawas berbicara. Kemudian Nawas mengambil air yang ada di dalam
botol itu lalu dipakai untuk membasuh muka “ Waaah, Seger dah,” ucap Nawas
lega.
Setelah membasuh
muka pakai air botol mineral, Nawas bergegas memakai pakaian yang ditetapkan
oleh Panitia PBAK, yaitu memakai hem putih, celana hitam, memakai caping dan
memakai ID card berkalung berbentuk hati yang terbuat dari kardus.
Setelah berpakaian Nawas bergegas keluar dari kosnya, menghampiri sahabat
terbaiknya yaitu motor CB yang telah dimodifikasinya. “Ahaaaaa, Cagur, kamu
pasti menunggu lama yaa” Nawas berbicara sendiri pada motor kesayangannya.
Nawas pun mulai menaiki motornya dan menyalakan motornya, melaju cukup kencang
dengan perasaan terburu-buru. Di tengah perjalanan Nawas hampir menyrempet
tukang odong-odong.
“Woy, hati-hati
woy,” teriak tukang odong-odong itu dengan kesal.
“Bodo amat” balas
Nawas dengan teriakan, yang tak mengurangi kecepatan motornya.
Tibalah Nawas di pintu masuk Kampus yang bertulisan Universitas
Ndal Ndul. Nawas pun memasuki kampus tersebut. Singkat cerita setelah memarkirkan
motornya, Nawas bergegas menuju lapangan untuk bergabung dengan peserta lainnya,
dengan nafas ngos-ngosan, Nawas mendapatkan teriakan Panitia PBAK. “Woy
dek, cepet” teriak wanita yang menjadi pengawas PBAK.
“Waduh, Suara atau mercon itu kok keras banget suaranya” batin
Nawas. Ia langsung bergegas berlari dengan kecepatan yang dimilikinya. “Sini
dek!!!” ujar panitia yang menangani maba yang terlambat. Maba-maba yang
terlambat itu ditempatkan di tempat yang berbeda. Maba yang terlambat termasuk
Nawas berbaris di lapangan. Ada dua orang yang menangani Maba yang tidak
disiplin, cewek yang bernama Atip dan cowok yang bernama Songep, mereka pun
tidak seperti panitia yang lainya, ia tidak beratribut, hanya memakai pakaian
biasa. “Kalian ini nggak disiplin, kalau kalian kayak gini mau jadi apa bangsa
ini?” ujar cowok yang menanganinya itu. kemudian peserta yang terlambat,
dipersilakan duduk sejenak, untuk dibagaikan Modul PBAK. Nawas pun membuka
Modul itu lalu menjumpai peraturan buat Panitia, bahwa panitia harus beratribut
lengkap dan tidak boleh menghukum secara fisik terhadap Maba. “Waaah,
pelanggaran terselubung ini,” ujar dalam hati Nawas. “Sekarang berdiri!” mentak
Panitia yang bernama Songep itu, sontak Nawaspun kaget, lalu bergegas berdiri
bersamaan dengan teman-teman yang lainya. “Sekarang kalian push up 10
kali,” semua pun push up kecuali Nawas ia masih berdiri tegak.
“Hay dek, kenapa kamu tidak push up,” bentak Atip.
“Tidak Mau” bantah Nawas dengan santainya.
“Kamu nglawan ya ? udah terlambat, gak pakai ikat pinggang,” ujarnya.
Nawaspun ternyata dari tadi tidak menyadari bahwa ternyata dirinya
lupa untuk memakai ikat pinggang, tetapi Nawas tetap dengan perasaan santai,
Nawaspun malah membalas ujaranya.
“Kalian aja lo
tidak berpakaian lengkap,” jawabnya sambil senyuman sinis.
“Khm, ingin gak
pakai sragam? Atau atribut, yaaa jadi Panitia atau pengawas dulu,” ujarnya
sambil menghampiri Nawas dan bicara di dekat telinganya dengan nada sinis.
kemudian Nawaspun mulai berfikir, akhirnya Nawas menemukan ide.
“Oke temen-temen, sekarang kalian berdiri, kalian kan sudah punya
modul, buka halaman 20 disini tertulis bahwa, panitia harus memakai atribut
lengkap dan ada satu lagi panitia dilarang menghukum maba secara fisik,” terang
Nawas.
“Waaah, dia juga melanggar ini, terus ngapain hukum kita, sedangkan
dia aja tidak disiplin,” ujar salah satu rekan nya Nawas
“Wah, Dasar kau, kancil,” Semua Maba yang hampir dihukum itu
mengata-ngatai panitia yang seenak nya sendiri itu.
“Yaudah, teman-teman kalian sudah taukan, yuk cabut ngapain kita
disini, kita gabung sama peserta lain yuk”
Kemudian mereka pun
meninggalkan dua panitia itu, Atip dan Songep sebagai panitia pun merasa
ditelanjangi, mereka tidak bisa berkata-kata, ia diam seribu bahasa. Tiba-tiba
Nawas menghampiri ke dua panitia itu lalu berkata dengan sinisnya. “Ingin hukum
kami? pakai atribut duluu!“ ujar Nawas seolah-olah membalas cacian yang tadi
dilontarkan Atip.
Kedua panitia itu kemudian merasa sangat malu, dan tidak mau
menampakkan batang hidungnya dimuka Maba yang berhadapan dengan mereka,
Nawaspun di dalam hatinya tertawa puas seolah-olah ia menang melawan ke dua
panitia yang seenaknya sendiri itu.
Selesai !!!
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.