Dipancing Orasi, Maba FATIK Protes Panitia
Kamis (08/08/2019) serangkaian acara Pengenalan Budaya
Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) tingkat fakultas telah selesai dilalui.
Namun, terdapat sesuatu yang berbeda pada apel penutupan PBAK FATIK pada sore
hari ini, yakni adanya orasi yang dipimpin oleh perwakilan dari SEMA FATIK dan
DEMA FATIK untuk menguji daya berfikir kritis mahasiswa.
Hal ini diawali ketika crew melihat beberapa
panitia PBAK yang sedang mencoret-coret banner dengan menggunakan spray paint yang terpasang
di atas panggung orasi pada sekitar pukul 14.14 WIB. Coretan-coretan yang
terpampang dibanner tersebut bermacam-macam, beberapa diantaranya adalah
Kritis itu HAraM, Guru bukan pekerja rodi, Mahasiswa bukan robot,
Mahasiswa agen of change and control, dan masih banyak lagi tulisan-tulisan
lainnya yang berukuran kecil.
Ibnu Hamdan Muzaki ketua DEMA FATIK mengatakan jika
apa yang dilakukan oleh panitia tersebut merupakan permainan retorika.
Tujuannya adalah untuk menguji mahasiswa itu tingkat berfikir kritisnya sejauh
mana. “Kalau dibuat simulasi ini bukan simulasi, kalau dibilang manipulasi
itu juga bukan manipulasi, kalau sungguhan ini juga bukan sungguhan. Jadi
tergantung siapa yang melihat, siapa yang mendefinisikan,” jelasnya ketika
ditanya mengenai permainan retorika yang dimaksud.
Acara permainan retorika tersebut dimulai pada pukul
15.00 WIB, Maba yang awalnya di dalam Graha Watoe Dhakon, mulai diarahkan ke
halaman Graha. Salah satu panitia mengambil microphone untuk mengarahkan
barisan para Maba. Setelah barisan tertata dengan rapi, Ibnu Nuryansah ketua
SEMA-FATIK mulai memecahkan
suasana dengan berorasi di depan para peserta dan menyapa para mahasiswa. Salam
mahasiswa!!!
Dalam orasi tersebut para orator mengarahkan
mahasiswa agar berpikir kritis dalam menanggapi segala hal. Seperti yang
dikatakan oleh Ibnu Nuryansyah,“Mahasiswa harus kritis jika ada kebijakan
yang tidak sesuai,apa yang akan kalian lakukan?” tegasnya saat berorasi. Dengan lantang para
peserta menjawab dengan kata “Lawan!”
Para orator mulai menghidupkan suasana dengan
membangkitkan ingatan tentang sejarah perjuangan pahlawan yang melawan
penjajah, dengan tugas mahasiswa yang kian hari semakin berat. Ketika orator selesai
berorasi, salah seorang mahasiswa baru menyanggah apa yang telah disampaikan
oleh salah satu orator dengan berteriak-teriak kearah panitia. Aksi yang
dilakukan oleh maba tersebut mendapat tanggapan dari panitia, bahwasanya jika
ingin berpendapat harus secara sopan. “Jika ingin menyampaikan aspirasi
silahkan pakai etika yang baik,” ujar Ibnu Nuryansah.
Di samping
itu, aksi yang dilakukan oleh Maba
tadi ternyata juga memancing reaksi yang sama pada Maba lainnya dimana
mereka merasa tidak terima dan
akhirnya maju satu persatu untuk menyanggah ucapan dari orator. Menanggapi situasi
tersebut, Khoirul Anam selaku ketua OC (Organizing Committee) PBAK FATIK menawarkan untuk pengadaan
audiensi. Pengadaan audiensi ini menjadi pilihan dari ketua PBAK FATIK agar
urusan menjadi relevan dan mendapatkan solusi. Tak lama setelah itu Ibnu Hamdan
yang dikawal oleh panitia menuju panggung. Ia memberikan kesempatan kepada satu
orang Maba untuk menyampaikan aspirasinya.
Maba mulai menunjukkan tingkat berfikir kritis
mereka dengan menanggapi orasi dari para orator yang ada di depan. Salah
satunya seperti yang dikatakan oleh Diki mahasiswa baru jurusan PAI. “Tolong
jangan beri kami seperti dibuat permainan, tapi kami ingin sebuah bukti nyata
dari apa yang kakak-kakak katakan. Maka beri kami
contoh dan cara agar kami jadi mahasiswa
yang baik. Jangan hanya marah dan membentak,”
ucapnya.
Akhirnya setelah 9 Maba yang ikut menyampaikan
aspirasinya, Ibnu Hamdan mengambil alih dan meminta maaf kepada Maba. Ia mengatakan jika
tidak ada maksud yang tersimpan dan tersirat, hanya saja untuk menguji daya berpikir kritis dari maba itu
sendiri.
“Kami menunggu mahasiswa baru untuk terus
berontak, melawan dan melawan tim orator,” jelasnya ketika crew meminta
tanggapan.Mereka mengonsep agar maba mengkritisi busana yang digunakan
oleh panitia saat acara PBAK fakultas ini, sengaja mereka memakai baju yang
menyalahi dari aturan yang ada.
Tanggapan lainnya juga diberikan oleh Ibnu
Nuryansah, SEMA FATIK. Bahwasanya acara ini untuk meningkatkan daya kritis
mahasiswa. “Memang acara itu untuk meningkatkan daya kritis, yang katanya
tidak punya daya kritis atau sudah tidak ada daya kritis. Kami mencoba
menumbuhkan kembali daya kritis tersebut.” terangnya.
Senada dengan
itu Khoirul Anam juga memberikan tanggapannya, “Acara tersebut
menumbuhkan daya kritis mahasiswa dalam hal baru, acara tersebut ingin melihat
seberapa kritis, seberapa teliti mahasiswa ketika menanggapi hal baru.”
Orasi ini mendapatkan banyak tanggapan dari Maba,
salah satunya Sani dari jurusan Tadris Bahasa Inggris. Menurutnya orasi sangat
penting bagi mahasiswa karena menambah daya kritis. “Orasi seperti ini
sangat perlu bagi mahasiswa baru karena bisa membuat mahasiswa baru lebih
kritis, dan nanti jika sudah memasuki dunia kampus agar menjadikan mahasiswa
itu lebih kritis lagi,” terangnya.
Muhammad Aziz
ketua UKM Bela Diri pun ikut menanggapi jika konsep orasi tahun ini sangat
menarik. “PBAK tahun ini
sudah bisa berjalan dengan lancar, karena konsep yang diberikan dari pihak
penyelenggara itu sangat menarik. Buktinya dengan adanya mahasiswa yang dapat
berfikir kritis, mengkritik panitia sendiri,” ujarnya.
Reporter:
Rista, Utami
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.