Kongres Online: Transparansi Masih Diragukan
Situasi pandemi Covid-19 yang kian hari kian merebak menyebabkan beberapa kegiatan harus dialihkan secara online supaya tetap bisa berjalan sesuai semestinya. Hal ini pula yang dilakukan oleh SEMA IAIN Ponorogo dalam menggelar kongres IV.
Kongres merupakan agenda rutinan yang diadakan setiap tahun oleh Senat Mahasiswa Institut (SEMA-I). Dalam persiapannya, Kongres IV mengalami beberapa kendala sehingga baru akan dilaksanakan bulan Juni. Namun tepatnya kapan belum dapat diketahui secara pasti.
Kongres online merupakan sesuatu yang baru di lingkup IAIN Ponorogo. Yang membedakan kongres online dengan kongres yang pada umumnya (offline) adalah sistem pelaksanaannya hingga biaya yang dikeluarkan.
Sistem pelaksanaannya, jika kongres offline dilaksanakan di tempat yang sudah ditentukan, kongres online bisa dilakukan dimana saja. Jika kongres offline menggunakan kertas pemungutan suara, kongres online ini menggunakan website untuk pemilihannya. Dari segi biaya, kongres online lebih menekan biaya, karenamungkin penyelenggara hanya menyediakan aplikasi atau media yang akan digunakan untuk pemilihan, sedangkan mahasiswa (pemilih) harus menyediakan kuota internet pribadi.
Menurut Iqbal, ketua SEMA-I, nantinya transparansi terkait kongres akan disampaikan.Benarkah demikian? “Transparansi akan kita sampaikan kepada publik, aplikasi e-voting via website. Terkait website masih dalam uji coba kelayakan, keamanan, serta kenyamanan,” tutur Iqbal.
Kongres dilaksanakan secara online, dari situ timbul pertanyaan, apakah dengan diadakannya kongres online benar-benar mampu menjamin transparansi? Hal ini benar-benar menjadi enigma. Bagaimanapun juga keterbukaan terkait kongres, mahasiswa perlu mengetahuinya tanpa sekat. Gunanya adalah mengantisipasi adanya kecurangan dari beberapa pihak, serta menghindari kesalahan komunikasi dan perbedaan persepsi antar mahasiswa.
Dengan hadirnya kongres online tidak menutup kemungkinan terkait keamanan, bisa saja terjadi manipulasi data. Apalagi yang digunakan adalah perangkat lunak, yang mana orang yang ahli dalam bidang IT bisa dengan mudah melakukan rekayasa data di perangkat lunak.
Selaras dengan hal ini salah satu mahasiswa IAIN Ponorogo yang berinisial N juga mengatakan bahwa transparansi dalam kongres perlu dilakukan untuk mencegah adanya kecurangan. “Kongres perlu dipaparkan semuanya dengan jelas, karena kongres merupakan kepentingan bersama, dan transparansi perlu dilakukan untuk mencegah adanya kecurangan dalam kongres nantinya,” jelasnya.
Oleh karena itu, perihal transparansi tidak boleh dianggap remeh dalam penyelenggaraan kongres. Di samping untuk memaparkan kejelasan penyelenggaran kongres, juga untuk meminimalisir adanya kecurangan. Jika transparansi tidak diperhatikan, ini akan menjadi enigma mahasiswa dan kongres online yang ideal belum tercapai. Karena masih ada sekat antara mahasiswa dengan penyelenggara.
Jika menilik dari kongres offline-pun dari segi keamanan sama-sama memiliki kekurangan seperti proses pemungutan dan perhitungan suara yang sangat rawan terjadi kecurangan. Namun kongres offline lebih mudah dalam pengawasannya, karena memang bisa dilihat secara langsung oleh mata. Berbeda dengan online yang tidak bisa disaksikan secara langsung.
Iqbal mengungkapkan jika nanti akan menggunakan media sosial agar mahasiswa umum bisa memantau jalannya kongres. “Kami nanti juga akan menggunakan media sosial seperti Youtube maupun Instagram. Kami juga berencana akan mengadakan live dan juga update pengumuman-pengumuman agar mahasiswa umum juga bisa memantau jalannya kongres,” ungkapnya.
Apakah itu benar-benar akan direalisasikan? Apakah ada jaminan jika kongres akan terlaksana dengan transparan?Entahlahh….Semoga saja pihak penyelenggara bisa dipercaya omongannya.
Kongres merupakan agenda rutinan yang diadakan setiap tahun oleh Senat Mahasiswa Institut (SEMA-I). Dalam persiapannya, Kongres IV mengalami beberapa kendala sehingga baru akan dilaksanakan bulan Juni. Namun tepatnya kapan belum dapat diketahui secara pasti.
Kongres online merupakan sesuatu yang baru di lingkup IAIN Ponorogo. Yang membedakan kongres online dengan kongres yang pada umumnya (offline) adalah sistem pelaksanaannya hingga biaya yang dikeluarkan.
Sistem pelaksanaannya, jika kongres offline dilaksanakan di tempat yang sudah ditentukan, kongres online bisa dilakukan dimana saja. Jika kongres offline menggunakan kertas pemungutan suara, kongres online ini menggunakan website untuk pemilihannya. Dari segi biaya, kongres online lebih menekan biaya, karena
Menurut Iqbal, ketua SEMA-I, nantinya transparansi terkait kongres akan disampaikan.
Kongres dilaksanakan secara online, dari situ timbul pertanyaan, apakah dengan diadakannya kongres online benar-benar mampu menjamin transparansi? Hal ini benar-benar menjadi enigma. Bagaimanapun juga keterbukaan terkait kongres, mahasiswa perlu mengetahuinya tanpa sekat. Gunanya adalah mengantisipasi adanya kecurangan dari beberapa pihak, serta menghindari kesalahan komunikasi dan perbedaan persepsi antar mahasiswa.
Dengan hadirnya kongres online tidak menutup kemungkinan terkait keamanan, bisa saja terjadi manipulasi data. Apalagi yang digunakan adalah perangkat lunak, yang mana orang yang ahli dalam bidang IT bisa dengan mudah melakukan rekayasa data di perangkat lunak.
Selaras dengan hal ini salah satu mahasiswa IAIN Ponorogo yang berinisial N juga mengatakan bahwa transparansi dalam kongres perlu dilakukan untuk mencegah adanya kecurangan. “Kongres perlu dipaparkan semuanya dengan jelas, karena kongres merupakan kepentingan bersama, dan transparansi perlu dilakukan untuk mencegah adanya kecurangan dalam kongres nantinya,” jelasnya.
Oleh karena itu, perihal transparansi tidak boleh dianggap remeh dalam penyelenggaraan kongres. Di samping untuk memaparkan kejelasan penyelenggaran kongres, juga untuk meminimalisir adanya kecurangan. Jika transparansi tidak diperhatikan, ini akan menjadi enigma mahasiswa dan kongres online yang ideal belum tercapai. Karena masih ada sekat antara mahasiswa dengan penyelenggara.
Jika menilik dari kongres offline-pun dari segi keamanan sama-sama memiliki kekurangan seperti proses pemungutan dan perhitungan suara yang sangat rawan terjadi kecurangan. Namun kongres offline lebih mudah dalam pengawasannya, karena memang bisa dilihat secara langsung oleh mata. Berbeda dengan online yang tidak bisa disaksikan secara langsung.
Iqbal mengungkapkan jika nanti akan menggunakan media sosial agar mahasiswa umum bisa memantau jalannya kongres. “Kami nanti juga akan menggunakan media sosial seperti Youtube maupun Instagram. Kami juga berencana akan mengadakan live dan juga update pengumuman-pengumuman agar mahasiswa umum juga bisa memantau jalannya kongres,” ungkapnya.
Apakah itu benar-benar akan direalisasikan? Apakah ada jaminan jika kongres akan terlaksana dengan transparan?
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.