Banyak Sinyal, Tapi Sayang Tak Banyak Teman yang ku Kenal
Sumber gambar : lpmdinamika.co
Cerpen Oleh : Dian
Pandemi covid-19 masih menjadi permasalahan utama dalam menjalani berbagai aktivitas. Aktivitas yang harusnya dilaksanakan dengan bertatap muka kini harus dilaksanakan dengan online. Salah satunya adalah kegiatan ospek (pengenalan kampus).
Seperti kampus-kampus lainnya, Universitas Batu Apung yang berada di kota tempat tinggal Fania juga menetapkan kalau ospek dilakukan secara daring. Fania yang mengetahui hal itu kesal bukan main. Ingin menentang, tapi mana mungkin bisa.
Fania menatap datar layar laptopnya yang memperlihatkan sebuah live Youtube. Hari ini, tepat tanggal 12 September 2020 ia menjalani ospeknya. Tapi sungguh, ia sama sekali tak fokus. Berkali-kali ia mengumpat di dalam hati karena ospek kampus di mana ia akan menimba ilmu itu dilaksanakan secara daring.
Bukan karena sinyal yang tak bagus atau kurangnya kuota internet yang dimilikinya melainkan karena sirnanya bayangan mengenai asyiknya ospek yang ditunggu-tunggunya ini. Untuk akses jaringan dalam melaksanakan ospek ini Fania sama sekali tidak ada kendala, di rumahnya pun sudah terpasang wifi. Karena memang ia berasal dari orang yang bisa dikatakan bercukupan. Nyatanya, tak semua mahasiswa baru memiliki kendala
yang sama.
”Assalamu’alaikum.” Sebuah suara berhasil mengalihkan perhatian Fania. Ia menoleh ke arah sumber suara, dilihatnya Runa yang merupakan temannnya saat ia duduk di sekolah menengah atas.
”Wa’alaikumussalam,” jawab Fania dengan suara sangat pelan, lalu ia kembali menyimak suara bergambar di layar laptopnya itu.
“Kenapa, Fan?” tanya Runa saat menyadari raut malas di wajah Fania. Tanpa menunggu Fania mempersilahkannya duduk, ia sudah duduk bersila di samping Fnia. Seperti biasa, ia kesulitan sinyal makanya ia ke rumah Fania untuk nebeng wifi.
“Tau ah, males! Udah lulus sekolah jalur corona, eh ospek online pula. Kan gak ada seru-serunya,” sergah Fania malas. Pandangannya tak lagi fokus ke layar laptop, melainkan fokus ke camilan yang berada di tangannya.
“Enak dong, kan nggak harus rame-ramean. Lagipula kan kita jadi nggak usah ngerasain bawa barang aneh-aneh.” Runa menjawab Fania dengan santai. Tangannya pun ikut mencomot camilan milik Fania.
“Kalau menurutku enak ospek langsung lah. Seru tau! Kan keren kalau ada kegiatan terbangin balon, membuat formasi Flash mob, apalagi yang bimbing kakak tingkat.”
Bayangan betapa asyiknya ospek kembali menyeruak masuk ke dalam pikiran Fania. Jauh sebelum pelaksanaan ospeknya ini, ia memang sudah menyaksikan ospek tahun-tahun sebelumnya di Universitas Batu Apung ini.
“Lagipula kalau online gini kan kita gak punya temen baru. Padahal harusnya ini masa-masa kita berkenalan dengan orang-orang baru.”
“Kan bisa kenalan lewat grup WhatsApp, Fan. Gimana sih?!” Runa yang semula menanggapi perkataan Fania dengan santai, kini mulai gemas.
Runa yang mendengar perkataan Fania hanya berdecak sebal. Fania dan Runa memang meiliki kepribadian yang berbeda. Jika Runa tidak begitu suka keramaian dan hanya memiliki beberapa teman akrab, berbeda dengan Fania. Bisa dikatakan kalau Fania memiliki kepribadian ekstrovert. Ia sangat senang berada di tengah-tengah banyak orang dan berinteraksi langsung dengan mereka. Itulah mengapa ia terkenal sebagai orang yang loyal meskipun dengan orang yang baru dikenalnya.
“Ya gak enak lho! Enak kalau langsung ketemu. Jadi, kita tahu mana orang yang emang ramah sama yang nggak.”
Bukannya Fania tak mau berkenalan lewat pesan WhatsApp, tapi memang ia lebih suka berinteraksi secara langsung. Menurutnya sutu hubungan akan terjalin dengan baik dan saling memahami jika langsung bertatap muka, bukan lewat pesan belaka. Ia sempat berkenalan dengan teman satu kelompoknya, namun hanya dua orang saja. Karena lagi-lagi ia berpikir kalau media sosial tak akan seperti kehidupan sosial yang sebenarnya.
Fania yakin, sebenarnya banyak sekali mahasiswa seperti dirinya yang sangat tidak senang dengan dilaksanakannya ospek dengan daring ini. Entah karena sinyal, atau alasan lainnya. Tapi mau bagaimana lagi? Dampak Covid-19 memang benar-benar nyata adanya.
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.