Pembukaan PSWD, DEMA-I Gelar Seminar Bertajuk Hasrat Oligarki di Masa Pandemi
lpmalmillah.com - Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) IAIN Ponorogo dengan menggandeng Lingkar Studi Ponorogo (LSP) menggelar grand opening dan seminar nasional pada Senin, (23/11/2020) di Gedung Olahraga Ma’had IAIN Ponorogo. Acara tersebut sebagai pembukaan dari serangkaian lomba dalam Pekan Seni Watoe Dhakon (PSWD). Tema seminar nasional ini adalah “Hasrat Oligarki di Masa Pandemi”.
Secara simbolis, acara PSWD dibuka sekitar pukul 15.30 WIB dengan memukul gong sebanyak tiga kali oleh Ahmad Zainal Abdi, yang mewakili Siti Maryam Yusuf (Rektor IAIN Ponorogo) karena tidak bisa hadir. Setelah grand opening selesai, para peserta mulai beranjak dan hanya tersisa kurang lebih setengah dari jumlah peserta.
Menginjak pada acara seminar nasional, kali ini menghadirkan dua narasumber. Narasumber pertama yaitu Andi Irfan Junaedi selaku Sekjend Federasi Kontras Indonesia, narasumber kedua Eko Prasetyo selaku Direktur Social Movement Institute Yogyakarta.
Sebagai pembicara pertama, Andi Irfan Junaedi selaku Sekjen Federal Kontras Indonesia memberikan apresiasi terhadap gerakan mahasiswa. “Gerakan mahasiswa hari-hari ini semakin masif, seperti kembali bangun dari tidurnya. Hal ini ditandai dengan masifnya gerakan mahasiswa seperti demo terhadap RUU KPK, RUU Omnibus Law dan lain-lain,” terangnya.
Selanjutnya, Andi membahas tentang oligarki, ia mengibaratkannya seperti serigala yang menguasai hutan. “Oligarki adalah sekelompok orang yang menguasai dan mengeksploitasi sebuah negara. Saya mengibaratkan oligarki itu seperti sekelompok serigala yang menguasai seluruh hutan begitu ya,” jelasnya.
Menurutnya, akar dari oligarki adalah feodalisme, dan orde baru juga merupakan salah satu manifestasi dari oligarki. “Akar dari oligarki adalah feodalisme. Sehingga melahirkan relasi kuasa atas kepemilikan apa yang diatas tanah dan di dalam tanah. KKN era Suharto adalah salah satu manifestasi dari oligarki,” ujar Andi.
Menutup pembicaraannya, Andi mengatakan bahwa produk berbahaya oligarki adalah monopoli dan saat ini kita kehabisan stok orang yang berkomitmen terhadap demokrasi. “Produk yang paling menakutkan dari oligarki adalah monopoli pengetahuan dan kebenaran. Saat ini kita mulai kehilangan stok orang-orang yang punya komitmen terhadap demokrasi yang lebih baik,” ungkapnya.
Selanjutnya, pembicara kedua, Eko Prasetyo menjelaskan alasan mengapa oligarki perlu dilawan. “Kita harus melawan oligarki, karena oligarki itu menindas orang lain. Oligarki itu seperti setan. Esensi setan adalah mengajak manusia kepada keburukan, atau menolak segala kebaikan,” jelas Eko.
Muhammad Aziz Roziqin selaku ketua panitia memaparkan latar belakang dari seminar ini. “Tujuan dari seminar ini yaitu tentang bagaimana kita bisa menanamkan kepahaman terkait demokrasi pada mahasiswa, kemudian terkait pemahaman oligarki pada mahasiswa dan bagaimana sikap dan gerakan kita terhadap oligarki dan demokrasi,” papar mahasiswa Pendidikan Agama Islam itu.
Ahmad Damar Samlani selaku ketua DEMA-I berharap setelah adanya seminar ini mahasiswa sadar dan paham mengenai oligarki saat ini. “Pentinya kita membahas oligarki hari ini. Berbicara tentang pemerintahan yang hanya diisi beberapa orang elit saja. Sistem perpolitikan Indonesia perlu kita tahu sebagai mahasiswa. Karena kita juga punya peranan penting dengan masalah itu. Harapannya ini sebagai pemantik. Kita sudah dipantik, ibarat korek apik dipantik kan nyala. Paling tidak kita paham terhadap kondisi bangsa sekarang,” ujar Damar.
Terkait seminar, Damar menjelaskan bahwa perlu adaya tindak lanjut. “Kita sepakat kemarin akan ada RTL nya. Peserta kan ada grup, kenapa ada daftar terlebih dahulu, pertama guna mobilisasi masa dalam artian pembatasan karena kita dibatasi 100 mahasiswa setiap kegiatannya dari pendaftaran. Kedua perlu ada mobilisasi masa ketika kita ada rencana tindak lanjut nanti, yaitu diskusi. Terlepas dari diskusi ini rutin atau tidak. Ya...kemungkinan tetap kita mulai terlebih dahulu terkait lokus-lokus diskusi di wilayah kampus sendiri,” jelasnya.
Seminar ini menuai respon positif dari salah satu peserta seminar, yaitu Andika Nur Akbar Pratama dari jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Menurutnya seminar ini sangat menambah wawasan khususnya mengenai oligarki. “Dari pemateri-pemateri yang sudah malang menlintang di kancahnya jadi saya bisa tau oligarki itu apa. Jujur saya tidak tahu oligarki itu apa, jadi saya mengikuti ini tujuannya itu. Menurut saya dengan adanya seminar ini dapat merangsang peran mahasiwa untuk aktif dan bisa lebih kritis,” ujar Andika.
Selain itu, Andika juga merespon positif terkait RTL yang akan dilakukan. “Ibaratnya kita membaca buku hanya satu kali itu biasanya untuk ilmu yang masuk nggak akan maksimal. Jika diulang terus-menerus masuk ilmunya akan lebih maksimal,” terangnya.
Secara simbolis, acara PSWD dibuka sekitar pukul 15.30 WIB dengan memukul gong sebanyak tiga kali oleh Ahmad Zainal Abdi, yang mewakili Siti Maryam Yusuf (Rektor IAIN Ponorogo) karena tidak bisa hadir. Setelah grand opening selesai, para peserta mulai beranjak dan hanya tersisa kurang lebih setengah dari jumlah peserta.
Menginjak pada acara seminar nasional, kali ini menghadirkan dua narasumber. Narasumber pertama yaitu Andi Irfan Junaedi selaku Sekjend Federasi Kontras Indonesia, narasumber kedua Eko Prasetyo selaku Direktur Social Movement Institute Yogyakarta.
Sebagai pembicara pertama, Andi Irfan Junaedi selaku Sekjen Federal Kontras Indonesia memberikan apresiasi terhadap gerakan mahasiswa. “Gerakan mahasiswa hari-hari ini semakin masif, seperti kembali bangun dari tidurnya. Hal ini ditandai dengan masifnya gerakan mahasiswa seperti demo terhadap RUU KPK, RUU Omnibus Law dan lain-lain,” terangnya.
Selanjutnya, Andi membahas tentang oligarki, ia mengibaratkannya seperti serigala yang menguasai hutan. “Oligarki adalah sekelompok orang yang menguasai dan mengeksploitasi sebuah negara. Saya mengibaratkan oligarki itu seperti sekelompok serigala yang menguasai seluruh hutan begitu ya,” jelasnya.
Menurutnya, akar dari oligarki adalah feodalisme, dan orde baru juga merupakan salah satu manifestasi dari oligarki. “Akar dari oligarki adalah feodalisme. Sehingga melahirkan relasi kuasa atas kepemilikan apa yang diatas tanah dan di dalam tanah. KKN era Suharto adalah salah satu manifestasi dari oligarki,” ujar Andi.
Menutup pembicaraannya, Andi mengatakan bahwa produk berbahaya oligarki adalah monopoli dan saat ini kita kehabisan stok orang yang berkomitmen terhadap demokrasi. “Produk yang paling menakutkan dari oligarki adalah monopoli pengetahuan dan kebenaran. Saat ini kita mulai kehilangan stok orang-orang yang punya komitmen terhadap demokrasi yang lebih baik,” ungkapnya.
Selanjutnya, pembicara kedua, Eko Prasetyo menjelaskan alasan mengapa oligarki perlu dilawan. “Kita harus melawan oligarki, karena oligarki itu menindas orang lain. Oligarki itu seperti setan. Esensi setan adalah mengajak manusia kepada keburukan, atau menolak segala kebaikan,” jelas Eko.
Muhammad Aziz Roziqin selaku ketua panitia memaparkan latar belakang dari seminar ini. “Tujuan dari seminar ini yaitu tentang bagaimana kita bisa menanamkan kepahaman terkait demokrasi pada mahasiswa, kemudian terkait pemahaman oligarki pada mahasiswa dan bagaimana sikap dan gerakan kita terhadap oligarki dan demokrasi,” papar mahasiswa Pendidikan Agama Islam itu.
Ahmad Damar Samlani selaku ketua DEMA-I berharap setelah adanya seminar ini mahasiswa sadar dan paham mengenai oligarki saat ini. “Pentinya kita membahas oligarki hari ini. Berbicara tentang pemerintahan yang hanya diisi beberapa orang elit saja. Sistem perpolitikan Indonesia perlu kita tahu sebagai mahasiswa. Karena kita juga punya peranan penting dengan masalah itu. Harapannya ini sebagai pemantik. Kita sudah dipantik, ibarat korek apik dipantik kan nyala. Paling tidak kita paham terhadap kondisi bangsa sekarang,” ujar Damar.
Terkait seminar, Damar menjelaskan bahwa perlu adaya tindak lanjut. “Kita sepakat kemarin akan ada RTL nya. Peserta kan ada grup, kenapa ada daftar terlebih dahulu, pertama guna mobilisasi masa dalam artian pembatasan karena kita dibatasi 100 mahasiswa setiap kegiatannya dari pendaftaran. Kedua perlu ada mobilisasi masa ketika kita ada rencana tindak lanjut nanti, yaitu diskusi. Terlepas dari diskusi ini rutin atau tidak. Ya...kemungkinan tetap kita mulai terlebih dahulu terkait lokus-lokus diskusi di wilayah kampus sendiri,” jelasnya.
Seminar ini menuai respon positif dari salah satu peserta seminar, yaitu Andika Nur Akbar Pratama dari jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Menurutnya seminar ini sangat menambah wawasan khususnya mengenai oligarki. “Dari pemateri-pemateri yang sudah malang menlintang di kancahnya jadi saya bisa tau oligarki itu apa. Jujur saya tidak tahu oligarki itu apa, jadi saya mengikuti ini tujuannya itu. Menurut saya dengan adanya seminar ini dapat merangsang peran mahasiwa untuk aktif dan bisa lebih kritis,” ujar Andika.
Selain itu, Andika juga merespon positif terkait RTL yang akan dilakukan. “Ibaratnya kita membaca buku hanya satu kali itu biasanya untuk ilmu yang masuk nggak akan maksimal. Jika diulang terus-menerus masuk ilmunya akan lebih maksimal,” terangnya.
Reporter: Afriana, Hanif
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.