Launching Rumah Moderasi Beragama IAIN Ponorogo, Yaqut Cholil Qoumas: Cegah Gerakan Intoleran dan Ekstremisme
(Foto: Suasana Zoom Meeting)
lpmalmillah.com - Selasa (01/06/2021), IAIN Ponorogo melaksanakan launching Rumah Moderasi Beragama (RMB) yang dirangkaikan dengan webinar bincang moderasi dengan tema “PTKI Sebagai Tumpuan Penguatan Moderasi Beragama”. Acara yang dilaksanakan bertepatan dengan hari lahir Pancasila ini diikuti oleh kurang lebih 687 orang yang terdiri dari mahasiswa dan dosen IAIN Ponorogo serta peserta umum melalui Zoom Meeting. Acara dimulai pada pukul 10.45 dengan Evi Muafiah, Rektor IAIN Ponorogo, sebagai pengantar sekaligus membuka acara launching dan webinar.
Rumah Moderasi Beragama sendiri merupakan kelompok kerja penguatan moderasi beragama di lingkungan IAIN Ponorogo melalui bidang pendidikan dan pelatihan; bidang kajian, penelitian dan publikasi serta; bidang advokasi dan pendampingan masyarakat yang nantinya akan diperluas dalam unit-unit lembaga pendidikan seperti fakultas.
Evi Muafiah berharap RMB mampu mencetak generasi yang kontributif dan menerima keberagaman Indonesia. “RMB diharapkan menjadi rumah yang mencetak generasi beragama. Semoga IAIN Ponorogo dapat mencetak generasi yang kontributif dan menerima keberagaman yang ada di Indonesia,” harapnya.
Setelah pengantar dari rektor, acara dilanjutkan dengan peresmian Rumah Moderasi Beragama oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqut Cholil Qoumas. Yaqut juga mengharapkan moderasi beragama mampu melakukan langkah-langkah preventif, promotor, dan kuratif agar tidak terjebak dalam paham dan gerakan intoleran dan ekstremisme. “Moderasi beragama diharapkan mampu melakukan langkah-langkah preventif, promotor, dan kuratif baik bagi dirinya maupun masyarakat disekitarnya agar tidak terjebak ke dalam paham dan gerakan intoleran dan ekstremisme, terlebih mengatasnamakan agama,“ harap Yaqut.
Selanjutnya, acara disambung dengan webinar yang diisi oleh Alisa Qodrunnada Munawaroh Wahid, Konsultan Moderasi Beragama Kementerian Agama sekaligus Koordinator GUSDURian Indonesia, sebagai pemateri yang dimoderatori oleh Luthfi Hadi Aminuddin.
Pemateri membuka webinar dengan memberikan beberapa contoh kasus tentang ekstremisme dalam kehidupan beragama yang ada di berbagai daerah. Misalnya, pada penolakan pembangunan masjid di Minahasa Utara. Masyarakat mayoritas beralasan bahwa 95% penduduk setempat merupakan non-muslim. Mereka tidak mau terganggu kenyamanannya akibat kebisingan toa dan tidak mau terancam pidana penistaan agama karena memprotes kebisingan toa.
Berbeda lagi di Parung, Bogor, Jawa Barat. Masyarakat muslim setempat menghentikan aktivitas ibadah umat Kristen di gereja. Gereja yang sudah berdiri enam tahun itu di demo dengan alasan pendirian gereja menyalahi aturan pendirian rumah ibadah karena didirikan di rumah warga. Alisa menyebutkan hal tersebut terjadi karena yang menentukan adalah mayoritas, inilah yang menyebabkan ekstremisme beragama.
Lebih lanjut, Alisa juga menjelaskan mengenai tiga tantangan yang di hadapi dalam moderasi beragama. “Pertama, berkembangnya cara pandang, sikap, dan praktik beragama yang berlebihan (ekstrem) yang mengesampingkan martabat kemanusiaan; kedua, berkembangnya klaim kebenaran subjektif dan pemaksaan kehendak atas tafsir agama serta pengaruh kepentingan ekonomi dan politik; ketiga, berkembangnya semangat beragama yang tidak selaras dengan kecintaan berbangsa dalam bingkai NKRI,” jelasnya.
Webinar diakhiri dengan sesi tanya jawab oleh peserta melalui pesan chat di Zoom. Lalilatul Hidayati, salah satu mahasiswi IAIN Ponorogo mengajukan pertanyaan mengenai bagaimana peran mahasiswa dalam mendukung moderasi beragama kepada pemateri.
Menanggapi hal tersebut, Alisa mengungkapkan bahwa mahasiswa bisa berperan menjadi agen moderisasi beragama sebagai upaya mendukung moderasi beragama. “Mahasiswa bisa mengambil posisi sebagai agen moderisasi beragama dan menjaga teman-temannya yang tidak memiliki latar belakang beragama agar tidak mudah terjerumus ke dalam ideologi-ideologi ekstremisme,” ungkap Alisa.
Reporter: Dewi, Itsna
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.