Penantian Berujung Kekecewaan
Cerpen Oleh: Mia
Tahun ini merupakan tahun yang membahagiakan bagiku. Tak terbayangkan aku sudah sampai pada titik ini; menjadi seorang mahasiswa. Apalagi ada temanku sedari kecil yang juga lolos di kampus yang sama denganku. Aku sangat bersyukur karena dapat menjalani kehidupan mahasiswa bersama.
Kali ini kuliah akan dilakukan secara online karena masih pandemi, begitupun dengan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaannya. Hal ini sama sekali tak menyurutkan semangat kita, justru kita malah semakin antusias mengingat ini merupakan gerbang awal kita untuk menjadi seorang mahasiswa.
Sore ini, kami menghabiskan waktu di taman kota untuk merayakan keberhasilan kita karena sudah lolos ke kampus impian.
“Eh, Nin. Gak sabar banget ya buat ngerasain gimana jadi seorang mahasiswa, hehe,” ucapku dengan sangat antusias sembari berjalan mengelilingi taman kota.
“Iya nih, Han. Aku kaya masih ga percaya bentar lagi kita jadi mahasiswa. Masih ingat zaman kita kecil dulu, wkwkwk” balas Nina dengan tawa renyahnya.
“Wah pasti seru banget, nih. Tapi, Nin, kok belum ada pengumuman apa-apa terkait PBAK, ya?” tanyaku sambil menggaruk-garuk kepala.
“Benar juga. Coba deh kita lihat-lihat di IG kampus atau di webnya aja. Eh, di desa kita kan susah sinyal nih, nanti gimana PBAK-nya? Kan kita online,” balas Nina dengan muka bingung.
“Nah, mumpung di kota, kita buka website atau IGnya sekarang,”
Kita pun mencari-cari informasi di website, IG, dan media sosial kampus lainnya. Namun, belum ada pengumuman apapun terkait PBAK. Kita pun memutuskan untuk kembali ke rumah sebelum matahari mulai menenggelamkan dirinya.
***
Malam pun mulai menyelimuti. Pikiranku terus berkutat dengan bagaimana kegiatan PBAK yang katanya acara besar untuk menyambut sekaligus memperkenalan kampus kepada para mahasiswa baru. Semangatku semakin mambara, tak sabar merasakan euforia acara tersebut. Meskipun acaranya online dan membutuhkan effort lebih untuk mencari jaringan internet yang lancar, tapi aku tak merasa keberatan sekali dengan itu semua.
Hari demi hari kulalui dengan tak sedikitpun lupa untuk membuka sosial media kampus, saking antusiasnya diriku. Sampai tiba akhirnya, ada pengumuman yang menyatakan jadwal PBAK. Melihat hal itu, aku dan Nina sangat senang sekali. Hari-hari yang kita tunggu akhirnya akan segera datang. Kami terus memantau media sosial kampus untuk informasi lebih lanjut. Namun, hingga mendekati tanggal pelaksanaan, tak ada informasi lebih lanjut terkait teknis PBAK.
“Nin, ini kok belum ada info lagi ya terkait bagaimana teknis PBAK nanti?” tanyaku setelah tak mendapatkan informasi apapun di media sosial.
“Mungkin emang belum ada aja, Han. Tunggu aja dulu, sabar… Saking semangatnya sih, jadi begini kan, haha,” balas Nina dengan penuh tawa.
“Haha, iyaa, Nin. Emang belum mungkin ya? Lagian masih tiga hari lagi sampai tanggal pelaksanaannya. Kayanya aku emang enggak sabaran,” balasku sambil tersenyum malu-malu karena terlalu bersemangat.
Akhirnya, hari yang kita tunggu-tunggu pun datang juga. Hari pertama PBAK kampus pun dimulai. Aku sudah bangun pagi-pagi sekali dan berpakaian rapi. Langsung saja aku pergi menuju tempat janjian dengan Nina. Kita sengaja janjian di gazebo yang ada di depan SMA kita dulu. Karena di sana ada fasilitas WiFi yang bisa menunjang pelaksanaan PBAK online nanti. Aku dan Nina tidak ingin jaringan kita tiba-tiba nge-lag saat PBAK.
Pagi yang cerah menambah semangat kita. Dengan cepat, kita membuka media sosial kampus dan mulai mencari-cari informasi. Namun, lagi-lagi kita tidak mendapatkan informasi apapun mengenai PBAK. Padahal, hari ini jelas hari pertama pelaksanaannya sesuai pengumuman terakhir yang kami dapatkan.
“Nin, ini gimana ya? Hari ini kan tanggal PBAK-nya di jadwal. Tapi kok belum ada apa-apa, ya?” Tanyaku dengan wajah kebingungan dan khawatir.
“Aduh, gimana ini Han, aku juga bingung. Jangan-jangan kita ketinggalan info?” balas Nina yang masih sibuk dengan HP-nya, sama bingungnya.
“Gimana dong? Kok nggak ada apa-apa ini dari tadi? mana waktu terus berlalu,” ucapku. Waktu semakin berlalu dan kita masih kebingungan.
“Oh iya, Han. Coba kita hubungi saja pihak kampus,” ucap Nina.
Setuju dengan usulan Nina, aku pun segera meng-scroll kesana kemari sampai akhirnya menemukan nomor HP kakak tingkat (kating) yang terdapat di ucapan “Selamat PBAK”. Dengan cepat, aku segera menghubunginya lewat aplikasi Whatsapp.
“Gimana Nin? Udah dijawab dari pihak kampus? Ini aku juga coba chat kating,” ucapku.
“Belum, nih, Han. Belum ada jawaban,” ucap Nina dengan suara pasrah.
“Padahal kita udah semangat banget mempersiapkan ini dari jauh-jauh hari. Eh, Nin, ini udah dijawab sama katingnya. Katanya, PBAK-nya udah mulai dari tadi pagi,” ucapku membacakan balasan Whatsapp.
“Haa? Kok bisa? Kita kok gatau info apa-apa?” Tanya Nina dengan nada terkejut.
“Iyaa, Nin. Katanya, ini karena ternyata kita nggak masuk grup maba,” balasku.
Seketika kami merasa sedih sekali. Padahal awalnya kita sangat antusias untuk mengikuti PBAK ini. Pihak panitia malah menyuruh kita untuk mengikuti PBAK di tahun depan karena hari ini sudah sore dan acaranya akan segera selesai. Padahal, syarat lulus dan mendapatkan sertifikat PBAK harus mengikuti rangkaian acara dari awal sampai akhir.
“Bisa-bisanya kita nggak masuk grup, Nin?” tanyaku heran.
“Iya juga ya, di mana sih pengumumannya? Padahal kita selalu cari informasi, tapi nggak dapat informasi itu,” Nina balik tanya.
Kita sama-sama bingung dan merasa kecewa. Padahal ini baru permulaan. Kita juga sudah berusaha update, namun memang pas dicari tidak ada. Ternyata, bukan hanya aku dan Nina saja yang tidak tahu menahu soal informasi PBAK. Ada beberapa maba juga yang sama dengan kita. Lantas, siapakah seharusnya yang bertanggung jawab atas kejadian seperti ini? Hmm.. Ya, sudahlah. Terpaksa kita harus mengikuti PBAK di tahun depan.
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.