Bawa Tuntutan Minyak Hingga Reyog, Aliansi Mahasiswa Ponorogo Kembali Gelar Aksi
lpmalmillah.com - Aliansi Mahasiswa Ponorogo
kembali menggelar aksi pada Selasa (12/04/2022). Aksi tersebut dilaksanakan di
depan Gedung DPRD Ponorogo mulai pukul 10.00 WIB. Aksi ini diikuti oleh kurang
lebih 250 mahasiswa dengan membawa tuntutan terkait kelangkaan dan kenaikan
minyak goreng, bahan bakar minyak (BBM), dan pengawalan budaya Reyog Ponorogo.
Menurut Aldila Mayang selaku
Koordinator Umum, tuntutan aksi ini mengacu pada isu-isu nasional maupun isu lokal yang
menjadi perbincangan nasional, yakni Reyog Ponorogo. “Kita mengacu pada isu-isu nasional yang saat ini booming
serta isu lokal, yakni Reyog Ponorogo,” jelasnya.
Aldila juga menerangkan tentang
kelalaian pemerintah dalam menangani berbagai persoalan yang timbul di Ponorogo
saat ini, termasuk pengawalan budaya Reyog Ponorogo yang sejak empat tahun lalu belum selesai. “Para seniman Reyog kecewa terhadap pemerintah yang tak kunjung
menuntaskan berkas pendaftaran agar Reyog
segera diakui sebagai warisan budaya,”
jelas Aldila.
Perihal masalah Reyog Ponorogo yang tidak kunjung
didaftarkan sebagai warisan budaya, Sunarto selaku Ketua DPRD Ponorogo mengaku turut prihatin. Selain itu,
memang ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk mendaftarkannya menjadi warisan budaya. “Ada beberapa faktor yang harus dipenuhi (untuk
mendaftar) seperti melakukan pertunjukan minimal di sepuluh negara,” jelas
Sunarto.
Arya Saputra selaku peserta demo pun mempertanyakan
konsistensi pemerintah dalam pengawalan Reyog Ponorogo. Apalagi, di tengah isu
klaim negara lain saat ini. “Saya juga
orang asli Ponorogo, karenanya Reyog juga fokus utama saya. Karena itu,
bagaimana konsistensi dari pemerintah dalam mengawal Reyog Ponorogo jika
diklaim oleh negara lain?” ungkap Arya.
Selain itu, terdapat pula beberapa tuntutan lain yang
diajukan oleh peserta aksi sebagai berikut:
1.
Menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) Pertamax
yang menyengsarakan rakyat.
2.
Menuntut kesanggupan pemerintah dalam penyediaan stok
Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertalite.
3.
Mendesak dan menuntut kesanggupan pemerintah untuk
menjaga stabilitas harga bahan pokok.
4. Mendesak DPR dan pemerintah untuk mengesahkan RUU Tindak
Pindak Kekerasan Seksual (TPKS).
5.
Tolak pencabutan peraturan Menteri Perdagangan nomor 22
tahun 2021.
6.
Usut tuntas dan adili mafia minyak goreng.
7.
Mendukung penuh pelestarian budaya Reyog Ponorogo dan
meminta konsistensi pemerintah dalam mengawal pengajuan Reyog Ponorogo ke
UNESCO.
Mendengar berbagai tuntutan yang
diajukan, Sunarto menanggapi bahwa DPRD bersama dengan kepolisian siap mengusut
berbagai tindakan yang tidak dibenarkan, seperti mafia minyak. Sementara itu,
masalah terkait harga bahan bakar merupakan kewenangan dari pemerintahan pusat. “Jadi
masalah BBM bukan ranah kita, ini ranah pemerintah pusat.” ungkap Sunarto.
Terkait pelaksanaan aksi, Artur Kridayantoro Pratama, salah satu peserta demo, menganggap bahwa sikap mahasiswa sudah benar
dalam menyampaikan aspirasi ke pemangku kebijakan. “Yang dilakukan mahasiswa ini sudah benar karena menurut saya rakyat
tidak bisa bersuara karena tidak ada gerakan untuk menyalurkan aspirasi ke atas,”
tuturnya saat diwawancarai setelah aksi.
Dengan tuntutan yang telah diajukan, Aldila
menyatakan bahwa DPRD siap mengawal agar tuntutan tersebut sampai kepada DPRD Pusat.
“Dewan memfasilitasi kita dengan mengawal pengiriman tuntutan ini ke DPRD pusat dalam dua bentuk. Pertama, di wilayah elektronik dengan email. Kedua, menggunakan kantor pos." Pungkas koordinator umum Aliansi Mahasiswa Ponorogo tersebut.
Reporter: Cantrisah, Iza
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.