Kurangi Limbah dengan Biogas, Sudah Maksimalkah?
(Gambar: freepik.com)
Opini oleh: Miftah
Desa Pudak Kulon terkenal sebagai sentra susu sapi perah. Tidak
hanya Desa Pudak Kulon saja, namun juga hampir satu Kecamatan Pudak. Hal ini
menjadi suatu kebanggaan masyarakat dari desa setempat. Namun, susu yang
melimpah berbanding lurus dengan jumlah kotoran sapi yang melimpah pula. Hal
ini memunculkan pertanyaan di benak saya, bagaimana dengan limbah yang
dihasilkannya? Adanya limbah yang dihasilkan dari kotoran sapi itu tentu
membawa “keresahan” bagi masyarakat sekitar. Karena secara tidak
langsung, hal ini cukup membuat masyarakat sekitar merasa “tidak nyaman.”
Limbah kotoran sapi yang tidak dimanfaatkan dengan benar akan
menyebabkan polusi yang dirasakan oleh warga setempat dan bahkan warga yang ada
di tempat “bawah,” mengingat letak Desa Pudak Kulon yang berada
di “atas.” Meskipun demikian, limbah tersebut juga membawa banyak
manfaat untuk penduduk setempat. Di mana limbah kotoran sapi dapat dimanfaatkan
untuk membuat energi alternatif. Seperti halnya warga Pudak Kulon yang
memanfaatkan limbah kotoran sapi menjadi biogas.
Biogas merupakan energi yang dihasilkan dari limbah organik
(kotoran ternak) atau limbah dapur (limbah sayuran) yang sudah selesai digunakan
(www.pertagas.pertamina.com). Menurut penggunanya, biogas dianggap sebagai energi yang ramah
lingkungan. Umumnya, pemanfaatan biogas hanya sekadar digunakan untuk memasak.
Tapi, sebenarnya biogas juga dapat dimanfaatkan untuk membuat listrik. Tentu, ini sangat menguntungkan penggunanya. Namun, tak dapat dipungkiri, pengolahan
limbah dari kotoran sapi menjadi biogas memerlukan biaya yang tidak sedikit,
utamanya di awal. Adapun biaya yang dikeluarkan berkisar pada 15 juta rupiah.
Sebenarnya, dana tersebut sudah diperoleh dari Kantor Lingkungan
Hidup (KLH) Ponorogo yang disalurkan dalam bentuk alat pembuatan biogas. Adanya
tindakan dari KLH Ponorogo yang memfasilitasi sarana pembuatan biogas memang patut
diapresiasi. Namun, ternyata bantuan dari KLH Ponorogo belum terdistribusi
secara merata pada masyarakat Desa Pudak Kulon. Sebab, bantuan dari KLH hanya
bisa digunakan untuk membangun enam tempat pengolahan biogas saja setiap
tahunnya. Selain itu, bantuan tersebut tidak hanya disalurkan ke Desa Pudak
Kulon saja, tetapi juga disalurkan ke seluruh wilayah yang ada di Kabupaten
Ponorogo.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa bantuan dari KLH tersebut
diberikan agar bisa digunakan oleh seluruh Desa Pudak Kulon yang memiliki
peternakan sapi perah. Jadi, bukan hanya untuk orang yang kebetulan menjadi
tempat atau titik pengolahan biogas saja. Namun, dalam praktiknya, pemanfaatan
olahan biogas baru bisa dirasakan beberapa orang yang kebetulan lahannya
menjadi tempat pengolahan biogas.
Kini, pengolahan biogas di Desa Pudak Kulon baru mencapai 30-40%
dari seluruh penduduk. Hal ini tentunya juga masih perlu penanganan khusus dari
pemerintah, utamanya pemerintah Desa Pudak Kulon. Harusnya, seluruh warga bisa
memanfaatkannya demi kemaslahatan bersama. Mengingat jika seluruh penduduk
memiliki pengolah biogas, maka limbah yang ada akan dimanfaatkan dengan lebih
maksimal sehingga masalah tentang pencemaran akan teratasi. Jika itu sudah
teratasi, maka kehidupan masyarakat sekitar akan semakin nyaman dan bebas dari
polusi.
Di samping masih tidak meratanya pengolahan biogas, sebenarnya
sosialisasi sudah gencar dilakukan oleh dinas terkait. Tapi, apa gunanya
sosialisasi, jika tidak dibantu secara materi? Hal ini akan membuat sesuatu
yang percuma saja karena hampir semua penduduk sudah menyadari akan pentingnya
pengolahan biogas dan juga dampak dari limbah ini. Namun, biaya yang besar
masih menjadi kendala bagi warga untuk membuat pengolahan biogas.
Lalu, apakah pihak pemerintah setempat telah menyadari akan adanya
hal ini? Dengan adanya kesadaran dari masyarakat dan ditambah bantuan dari
dinas terkait, tentu pengolahan menjadi lebih maksimal dan sesuai dengan yang
dibayangkan. Karena jika dikelola dengan baik, timbullah efisiensi ekonomi
maupun energi yang ada di desa itu. Akhirnya, pengelolaan biogas pun akan
menghemat penggunaan gas LPG yang keberadaannya kian hari, kian menghilang
ibarat ditelan bumi dan pencemaran limbah kotoran hewan bisa lebih diminimalkan.
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.