KTM Belum Jadi, Mahasiswa IAIN Ponorogo Gelar Aksi Lagi
(Foto: Itsna)
lpmalmillah.com - Aksi kembali digelar oleh mahasiswa Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo pada Kamis (09/08/2022). Aksi ini dilakukan
di depan gedung rektorat IAIN Ponorogo. Aksi yang dimulai pada pukul 14.15 WIB tersebut
membawa dua tuntutan mahasiswa, yakni tentang keterlambatan pengadaan Kartu
Tanda Mahasiswa (KTM) dan juga fasilitas di kampus yang meliputi area parkir
dan jalan, baik di kampus satu maupun kampus dua.
Khabib Baidowi dalam orasinya menyampaikan tentang KTM yang hingga
kini tidak jelas keberadaannya. Padahal, pada audiensi sebelumnya, pihak
rektorat mengatakan bahwa KTM akan selesai di akhir Juli. Namun, sampai saat
ini, KTM belum diterima mahasiswa. “Kami harus melakukan apa lagi? Audiensi
[kami] ditolak, kesepakatan saat demo diingkari, [lalu] sekarang bagaimana?
Kita harus melakukan apa? Itu adalah hak yang harusnya kita terima,” ucap
mahasiswa semester lima yang kini menjabat sebagai Ketua Dewan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Syari’ah (DEMA FASYA) itu.
Lebih lanjut, ia juga menyampaikan aspirasi kedua tentang fasilitas
kampus yang menurutnya tidak memadai, mulai dari lahan parkir hingga
bangunannya. “Lahan parkir panas, jalanan kampus dua dan ma’had berdebu.
Apakah itu fasilitas yang baik untuk sebuah kampus? Kita ingin kampus yang
[fasilitasnya] memadai, entah kampus satu maupun dua,” ujar Khabib Baidowi
melalui orasinya.
Istiqomah selaku Ketua DEMA Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
juga menyampaikan keluhannya tentang keterlambatan KTM. Padahal, KTM berfungsi
selayaknya KTP yang menunjukkan legalitas seseorang sebagai mahasiswa. Secara
tidak langsung, hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan administratif kampus
belum tertata dengan baik. “Gimana mau jadi UIN? KTM saja sulit, fasilitas
bikin menjerit, katanya sini kampus elit!” ujar mahasiswa jurusan Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) semester lima tersebut dalam orasinya.
Merasa tidak mendapatkan respon dari pihak rektorat, para mahasiswa
pun terlibat aksi saling dorong dengan pihak keamanan. “Tenang kawan,
tenang. Jangan anarkis! Kita di sini menuntut atas apa yang harusnya kita
miliki, bukan untuk tindak anarkis,” ujar Khabib Baidowi melalui mic untuk
menenangkan para peserta aksi. Birokrat pun akhirnya turun dan menemui
mahasiswa yang berkumpul pada pukul 15.10 WIB untuk melakukan audiensi.
Pada mulanya, pihak rektorat mengatakan akan mencetak KTM sendiri
dengan format yang sama dengan angkatan 2019 dalam waktu dua bulan, tanpa
diintegrasikan dengan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Namun, mahasiswa menuntut
pihak rektorat untuk menyelesaikannya dalam waktu satu minggu. “Karena
fungsi dari dari KTM itu sedemikian luas, maka kita tidak bisa membuat secara
asal-asalan. Ini bukan lagi masalah apa, tetapi lebih ke masalah waktu. Apakah
bisa kita mencetak KTM sebanyak 4.200 buah selama satu minggu, belum lagi yang
920 yang harus diulang dari awal, dan juga yang 200 buah ada yang masih harus
direvisi,” ucap Ahmad Zainal Abdi, Kepala Bagian Akademik dan Kemahasiswaan,
menanggapi tuntutan mahasiswa.
Tak berselang lama, sekitar pukul 15.50 WIB, pihak BNI datang
menghampiri peserta aksi. Berkaitan dengan penggadaan KTM, pihak BNI
menjelaskan bahwa saat ini telah ada sejumlah 3.906 data yang valid dari 4.121
data. Sementara itu, sekitar 200 data lainnya akan dikembalikan ke pihak kampus
untuk direvisi. Pihak BNI pun berkomitmen untuk menyelesaikan pembuatan KTM
dalam jangka waktu tiga minggu. “Kita
berani berkomitmen dalam tiga minggu [KTM] akan selesai dan disebarluaskan
kepada seluruh mahasiswa sehingga bisa digunakan, baik di lingkungan kampus
maupun bank,” kata Eko Budi, selaku kepala Customer Services BNI
cabang Ponorogo.
Setelah proses audiensi, KTM disepakati untuk tetap dibuat oleh BNI
dan didistribusikan pada mahasiswa dengan jangka waktu 3 minggu. Di samping
itu, peserta aksi juga meminta video klarifikasi dengan tenggat waktu 1x24 jam
yang dibuat oleh rektor IAIN Ponorogo, Evi Muafiah, atas kejadian ini serta menyampaikan
komitmen dari pihak kampus tentang pengadaan KTM serta sarana dan prasarana. Mahasiswa juga meminta pelaksanaan audiensi terbuka yang dihadiri oleh
pihak rektorat dalam jangka waktu maksimal satu minggu ke depan.
Sementara itu, berkaitan dengan tuntutan kedua tentang fasilitas
kampus, Wakil Rektor II menyampaikan bahwa pengadaan area parkir di kampus dua
sulit untuk direalisasikan karena keterbatasan lahan. Sehingga, kampus
berencana untuk memindahkan kegiatan perkuliahan ke kampus dua mulai semester
depan, begitu pula dengan parkirnya. “Untuk semester depan, parkir akan
dipindahkan ke wilayah kampus dua sebanyak 2/3-nya, karena nantinya mahasiswa
kampus satu juga dipindah ke sana,” ungkap Agus Purnomo.
Tak hanya itu, Agus juga menyampaikan perihal rencana pembangunan
jalan dan parkir di area kampus dua. Menurutnya, pembangunan jalan dengan cor dan
paving dan area parkir terbuka akan diselesaikan tahun ini. Namun, ia
menekankan bahwa itu merupakan rencana, bukan janji. “Kami selesaikan
[pembangunan jalan] tahun ini. Jalanan akan kami buat dengan cor dan juga
paving. Kami juga akan membuat area parkir terbuka dengan perlindungan berupa tumbuhan
dan pohon di sekitar parkiran. Ini planning, bukan janji,” ungkapnya.
Peserta aksi akhirnya membubarkan diri sesudah kesepakatan dicapai.
Aksi pun selesai pada pukul 17.05 WIB dengan ditandatanganinya draft
kesepakatan oleh koordinator aksi, perwakilan BNI dan juga pihak rektorat.
Reporter: Miftakh
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.