Launching Buku Pedoman Organisasi, SEMA-I Adakan Dialog Publik
Foto: Anas (magang)
lpmalmillah.com
- Rabu (14/12/22), Senat Mahasiswa (SEMA) Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Ponorogo mengadakan acara Launching Buku Pedoman Organisasi Mahasiswa
(Ormawa) dan Dialog Publik. Acara ini dihadiri oleh Bupati Ponorogo, Sugiri
Sancoko; Wakil Ketua DPRD Ponorogo, Dwi Agus Prayitno; dan Bupati Lumajang,
Thoriqul Haq selaku pembicara. Acara yang bertempat di Graha Watoe Dhakon
tersebut dimulai pada pukul 09.20 WIB dan diikuti oleh 450 peserta yang terdiri
dari perwakilan Ormawa, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Unit Kegiatan Khusus
(UKK), serta mahasiswa dalam maupun luar kampus IAIN Ponorogo.
Acara ini diawali dengan Launching Buku Pedoman Organisasi oleh Evi Muafiah selaku Rektor IAIN Ponorogo. Dalam sambutannya, beliau mengatakan peluncuran buku pedoman ini dapat dijadikan dasar dalam berorganisasi, sebagaimana aturan baku yang berlaku di lingkungan IAIN Ponorogo. “Saya juga bangga kepada SEMA atas adanya launching Buku Pedoman Organisasi ini untuk pedoman dalam menjalankan organisasi sebagaimana mestinya,” ungkap Evi Muafiah.
Lebih lanjut, Andre
Nurul Maghribi dalam sambutannya mengatakan bahwa buku pedoman organisasi ini
tidak hanya bersifat formalitas belaka, tetapi juga sebagai dasar gerakan bagi
seluruh Ormawa. “Buku pedoman organisasi tidak semata-mata kita kerjakan
untuk hal yang bersifat formalitas saja. Buku ini diterbitkan dan dikaji selama
1 tahun dan layak menjadi landasan dasar bagi seluruh ormawa IAIN Ponorogo,” kata
ketua SEMA-I tersebut.
Selain melakukan Launching
Buku Pedoman Ormawa, SEMA-I juga menyelenggarakan diskusi publik dengan
mengusung tema ‘Review Kebijakan Publik: Telaah Rencana Tata Ruang Wilayah dan
Kajian Lingkungan Hidup.’ Berdasarkan pemaparan dari Ketua Pelaksana, tema
tersebut diusung lantaran minimnya pemahaman terkait lingkungan legislatif dan
tata ruang publik, terlebih di kalangan mahasiswa. “Secara kelembagaan, saya
dan teman-teman yang berada di lingkungan legislatif mendapat beberapa aspirasi
setelah kita melaksananakan diskusi bersama, dan banyak yang merasa masih
kurang paham dengan kebijakan publik dalam lingkup RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah)
itu,” papar Amirul Mukhlish Abidin.
Pada sesi dialog, Sugiri
menuturkan bahwa Pemerintah Daerah bersama DPRD sedang merancang perubahan RTRW pada
2021-2035. Adapun perubahan yang sedang dirancang adalah Lahan Sawah yang
Dilindungi (LSD), perluasan wilayah industri sekaligus area kota, pembangunan
monumen Reyog di Sampung, dan menjadikan Ngebel sebagai daerah nontambang. “Ngebel
akan jadi kawasan wisata alam dan hutan lindung. Maka sektor pertambangan, kami
stop. Jadi, Ngebel untuk RTRW yang akan datang ini tidak akan menjadi daerah
tambang karena konservasi air, hutan lindung, dan wisata tidak boleh
berdampingan dengan pertambangan,” tuturnya.
Setelah pemaparan dari
pembicara, agenda dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Peluang ini dimanfaatkan
oleh salah satu peserta, Syamsul Hadi. Ia mengajukan dua aspirasi pada pembicara.
“Bagaimana kita bisa berkolaborasi mempertahankan eksistensi masyarakat desa
yang hari ini terombang-ambing, sehingga jati diri masyarakat desa perlu digali
dan dikembangkan lagi. Kedua, saya ingin beraspirasi dan berdialog. Kami pemuda
desa, jangan sampai tanah kita dirampas; kami pemuda desa yang bekerja, jangan
sampai upah kami dipangkas; kami pemuda desa jangan sampai jadi pengangguran
dan tak mendapat lapangan pekerjaan,” ungkap pemuda asal Sampung tersebut.
Menanggapi hal
tersebut, Sugiri mengatakan bahwa Sampung akan menjadi wisata budaya yang tidak
merusak lingkungan, budaya, maupun menjajah kearifan lokal pemuda desa. Hal ini
justru akan menghasilkan keterlibatan pemuda dalam ekosistem wisata. “Saya
ingin keterlibatan pemuda desa yang ada di Sampung menjadi bagian dari
ekosistem wisata. Ekosistem ini tidak hanya sekadar jual kopi saja, tapi ada
guide, [penyedia jasa] jeep, jualan kuliner, dan banyak hal yang akhirnya jadi
pelengkap wisata. Saya ingin pemuda yang terlibat adalah pemuda sampung dan Mas
Syamsul sebagai motor penggerak agar budaya kearifan lokal Sampung bisa kita
jual,” katanya.
Adanya acara ini
mendapat tanggapan yang baik dari peserta. Salah satu tanggapan muncul
dari Habib Syukron Musta'ini, mahasiswa KPI semester 3. Ia mengatakan bahwa
dengan adanya acara ini, ia dapat mengetahui adanya buku pedoman yang bermuatan
tentang peraturan bagi Ormawa. “Acara ini cukup bagus dan berguna karena
melibatkan kita dari mahasiswa untuk bisa mengetahui peraturan atau launching
buku pedoman. Sisi unik dari acara ini lebih ke dialognya, karena di situ kita
bersama-sama membangun peradaban khususnya di Ponorogo ini untuk menjadi
peradaban untuk menjadi lebih baik dan maju,” terang Syukron.
Terakhir, Ahmad selaku
delegasi dari Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Institut Agama Islam Sunan Giri (Insuri) mengungkapkan
kesannya setelah mengkuti dialog publik kali ini. Dialog ini
menjadi peluang bagi masyarakat untuk bisa saling berdialog dengan legislator atau
pelaksana pemerintahan guna mencapai kemajuan di masa mendatang. “Ini adalah
suatu momen baik, dimana seorang legislator atau penjalan pemerintahan membuka
peluang kepada kita untuk dapat berinteraksi secara langsung antara pemerintah
dengan masyarakat. Ini adalah peluang yang sangat penting yang harus kita
laksanakan karena dapat memberikan pandangan yang lebih baik kepada kemajuan
yang akan datang,” pungkas Ahmad.
Reporter:
Esti, Miftah, Nira, Anas
Penulis:
Esti, Miftah, Nira
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.