Potret Perjuangan Buruh Perempuan dalam Film Enola Holmes 2
(Foto: cdn.antaranews.com)
Judul Film: Enola Holmes 2
Sutradara: Harry Bradbeer
Produser: Mary Parent, Alex Garcia, Ali Mendes, Millie Bobby
Brown, Robert Brown
Diproduksi oleh: Legendary Pictures PCMA Productions
Durasi: 129 Menit
Tahun Rilis: 2022
Peresensi: Titah Gusti Prasasti
“Some of what
follows is true. The important part at least.”
Seorang gadis berlari sekuat tenaga, mencoba menghindar dari
kejaran dua orang polisi. Ia menerobos kerumunan orang, hingga hampir menabrak
kereta kuda di jalanan. Sampai akhirnya, ia berhenti pada sebuah gang buntu.
Jika dipikir-pikir, tidak akan lagi celah untuk melarikan diri. Gadis itu berhenti
dan seakan-akan berbicara langsung dengan penontonnya sembari berucap, “Perhaps,
I should explain.” Sedetik kemudian, alur bergerak mundur, mencoba meruntut
apa saja yang terjadi.
Gadis ini bernama Enola Holmes. Jika kalian cukup sering
mengikuti update film masa kini, tentu nama ini tidak terdengar asing
lagi. Enola adalah seorang detektif perempuan. Setelah berhasil menyelesaikan
kasus pertamanya pada sekuel Enola Holmes pertama, ia memutuskan untuk membuka
Agensi Detektif. Sayang, banyak orang meragukannya hanya karena ia adalah
seorang perempuan. Ditambah lagi, Enola sering diremehkan dan dianggap tak
mampu menyamai kemampuan kakaknya yang telah lebih dulu mejadi detektif,
Sherlock Holmes.
Tiap klien yang datang ke agensinya selalu tampak tidak
percaya untuk menyerahkan kasus pada Enola. Semua berakhir batal. Hingga pada
satu hari, Enola memutuskan untuk menutup agensinya. Namun, saat ia mulai
mengemasi koper-kopernya, seorang gadis kecil muncul. Gadis itu Bernama Bessie.
Dia meminta Enola untuk mencari kakaknya, Sarah Chapman, yang telah hilang selama seminggu. Dari sinilah
petualangan Enola dan kasus keduanya dimulai.
Mengutip Kisah Nyata Perjuangan Buruh Perempuan
Secara garis besar, kasus kedua Enola berkaitan dengan hilangnya
Sarah Chapman. Tak hanya dicari adiknya, namun Sarah menjadi orang yang paling
dicari pula oleh polisi dan perusahaan tempatnya bekerja. Awalnya, Enola
berpikir bahwa Sarah diculik oleh pria misterius yang diyakini sebagai
kekasihnya. Namun, seiring berjalannya penyelidikan, Enola menemukan
fakta-fakta baru perihal menghilangnya Sarah. Bahkan, kasus ini menjadi sangat
kompleks.
Sarah tidak diculik, tapi ia melarikan diri setelah
mengetahui bahwa fosfor putih yang digunakan sebagai bahan produksi korek api
di tempatnya bekerja berbahaya bagi tubuh manusia. Di film, digambarkan bahwa
tiap buruh yang hendak kerja akan diperiksa mulutnya, jika ia diindikasi
mengidap tifus, maka sang mandor akan menyuruh mereka pulang. Padahal, itu
bukanlah indikasi tifus, melainkan kanker rahang akibat fosfor putih.
Sarah yang kebetulan punya hubungan dekat dengan anak
pemilik pabrik, William Lyon, berusaha mengungkap rahasia besar tersebut. Tak
hanya berdua, ada pula teman Sarah yang Bernama Mae. Kisah ini berujung sampai
dengan terkumpulnya semua bukti yang cukup untuk diumumkan kepada publik bahwa
pabrik tersebut ‘membunuh’ orang. Sayangnya, bukti-bukti ini berhasil diambil
pemilik pabrik dan dibakar. Mirisnya lagi, dalam perjuangan ini, Mae dan
William harus meregang nyawa.
Tak berhenti sampai situ saja, Sarah kemudian masuk ke dalam
pabrik dan mengajak semua buruh untuk mogok kerja. Meski semua orang di dalam
pabrik tampak setuju untuk berhenti, tak satupun dari mereka yang benar-benar
berani menyatakan sikap dukungan pada Sarah. Sampai akhirnya Bessie menggalang
dukungan lewat hentakan kaki, dan semua buruh mengikutinya hingga keluar ke
pabrik.
Poin mogok kerja buruh perempuan oleh Sarah Chapman dan
teman-temannya inilah yang disadur dari kisah nyata. Seperti pada tulisan yang
ada di awal film, “Some of what follows is true. The important part at least.”
Sarah Chapman sendiri tercatat sebagai salah satu buruh perempuan pertama Inggris
yang melakukan aksi mogok kerja demi melawan kesewenang-wenangan pabrik, mulai
dari upah minim, over work, hingga komplikasi kesehatan akibat fosfor
putih. Aksi mogok kerja ini didukung sekitar 1400 buruh perempuan dan dikenal
dengan peristiwa Match girls’ strike.
Film dengan rating 6.8/10 versi IMDB ini wajib masuk ke
daftar tontonan. Apalagi, jika kalian suka dengan film bergenre petualangan dan
action. Millie Bobby Brown terhitung sangat sukses dalam memerankan
tokoh Enola yang berani, pintar, tegas, dan kharismatik. Enola, dalam film ini,
juga menunjukan bagaimana ketimpangan gender masih kerap dialami oleh para
perempuan di banyak aspek kehidupan sosial. Meski demikian, Enola mampu
membuktikan bahwa ia bisa menyelesaikan kasusnya sebagai dektektif perempuan
dengan baik.
Satu poin lain yang menarik dari film ini adalah cara
memberi kesan pada para penonton. Pada film ini, sesekali Enola berbicara ke
arah kamera, seakan-akan mengajak penonton untuk berbincang. Hal ini terbilang
unik, sekaligus interaktif. Sebab, kita seperti tengah berpetualang langsung
dan menjadi partner detektif Enola.
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.