Debat Terbuka, Kehadiran Mahasiswa Umum Minim
(Foto: kru aL-Millah)
lpmalmillah.com - Rangkaian Kongres VII telah memasuki masa kampanye. Masa kampanye ini dikuti oleh rangkaian debat peserta Pemilihan Umum Raya (Pemira) yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM). Di tingkat fakultas, debat dilaksanakan serentak pada (2/3/2023). Sementara di tataran institut, dilakukan pada (3/3/2023). Debat digelar secara terbuka dan disiarkan secara langsung melalui Instagram masing-masing KPUM.
Debat kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Kali ini, debat dilaksanakan terbuka untuk seluruh mahasiswa umum IAIN Ponorogo. Sedangkan pada tahun lalu, debat pada Kongres VI masih dilakukan secara terbatas. Meskipun begitu, antusias mahasiswa untuk menghadiri debat kongres tahun ini masih minim. Hal ini tampak dari banyaknya kursi kosong pada ruang debat.
(kiri: suasana debat FTIK; kanan: suasana debat FEBI)
Debat
kandidat Fakultas Ushuludin, Adab, dan Dakwah (FUAD) dimulai
dengan penyampaian visi misi dan program kerja dari calon Ketua Himpunan
Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA), lalu dilanjutkan dengan pertanyaan dari panelis
dan penonton. Sedangkan untuk calon Senat Mahasiswa Fakultas (SEMA-F),
hanya dilakukan penyampaian visi dan misi, lalu dilanjutkan pertanyaan dari penonton.
Dalam penyampaiannya, masing-masing kandidat diberikan estimasi waktu 5 menit.
Dalam pelaksanaannya, Ahsin mengaku
mengalami kendala, yakni kemoloran waktu. “Ada kendala keterlambatan acara
dikarenakan dari saya sendiri ada kepentingan yang tidak bisa ditinggal.
Sehingga, acara debat yang harusnya dilaksanakan pukul 08.00 WIB jadi dimulai
jam 09.00 WIB,” jelas ketua
KPUM
FUAD, Muhammad Ahsin Zulfa Karim.
Berbeda dengan FUAD, Fakultas Syariah (FASYA) memulai
debat sesuai dengan jadwal, yakni pukul 09.00 WIB. Meskipun begitu, panitia
mengalami miskomunikasi dengan pihak fakultas mengenai ruangan yang akan
digunakan untuk pelaksanaan debat Kongres VII hingga mengalami dua kali
perubahan.
“Sebenarnya acara kami diselenggarakan di aula FASYA.
Tetapi, kemarin sangat mendadak dikabari kalau aula dipakai untuk ujian
proposal dan kita dialihkan ke ruang rapat. Ketika kita sudah mau menata di sana,
ternyata miskomunikasi lagi, ternyata di sana juga dipakai untuk ujian skripsi.
Maka, kita dialihkan ke ruang B201,” jelas Ahmad Arsadi Hakim selaku Ketua
KPUM FASYA.
Sedangkan debat kandidat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) diawali dengan penyampaian tata tertib. Selanjutnya,
para peserta diminta untuk menyampaikan masing-masing visi dan misinya dalam
waktu 5 menit yang kemudian dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan dari
panelis serta penonton. Adapun waktu yang diberikan untuk menjawab adalah 3 menit.
Menanggapi hal tersebut, Bayu Rizal Affandi selaku calon
ketua DEMA FEBI cukup puas dengan pelaksanaan debat. Menurutnya, teknis penyelenggaraannya
pun sudah bagus. “Untuk jalannya
debat secara teknis saya rasa cukup bagus, mulai dari ada live streaming, keterbukaan, dan juga share link [debat]
pada mahasiswa,” ujarnya.
Selanjutnya, debat di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FTIK) dimulai pukul 09.20 WIB di gedung Indrakila. Berbeda dengan ketiga
fakultas lainnya, penyampaian visi dan misi para peserta dimulai dari calon
DEMA FTIK terlebih dahulu, lalu dilanjutkan oleh semua HMJ di FTIK.
Lebih lanjut, debat SEMA FTIK dilaksanakan
di lain hari. Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah HMJ di FTIK sehingga
tidak memungkinkan untuk menggabungkan seluruh tingkatan dalam
satu hari. “Untuk SEMA sendiri disusulkan hari Sabtu, karena
kami menimbang [jumlah] HMJ. Dari segi kuantitas HMJ dan DEMA, [waktunya] tidak
mencukupi [bila] digabungkan dengan SEMA [dalam] 1 hari.” jelas Ahmad
Musonif Rifai selaku ketua KPUM FTIK tersebut.
Terakhir, pelaksanaan debat institut pada (03/03/2023) juga mengalami keterlambatan waktu. Adapun penyampaian visi dan misi diberi waktu 5 menit, sementara kesempatan untuk menjawab pertanyaan 3 menit.
Meski KPUM-I mengaku telah menyebarkan informasi lewat
berbagai media, namun antusiasme mahasiswa dalam mengikuti debat masih minim.
Hal ini dibuktikan dengan catatan presensi yang hanya berisi 39 mahasiswa. “Mahasiswa
antusiasnya kurang, padahal kita sudah sebar pamflet dan undangan dimana-mana. Tapi
memang, antusiasme mahasiswa kurang,” ujar Luqman Azhar Baihaqi, Ketua KPUM
Institut.
Menanggapi minimnya antusiasme mahasiswa yang
menghadiri acara, Rahman Dwi Prasetya selaku calon wakil Ketua DEMA-I berharap pelaksanaan
Pemira bisa lebih baik lagi. Di sisi lain, mahasiswa pun diharapkan
berkontribusi aktif dalam kegiatan tersebut. "Harapannya, pelaksanaan
Pemira ke depannya bisa terkomunikasi lebih baik lagi. Mahasiswa IAIN Ponorogo
bisa berekspresi lebih dalam kegiatan tersebut dan mahasiswa bisa mempunyai
rasa untuk berkontribusi di kampus tercinta,” harapnya.
Di sisi lain, selaku calon anggota SEMA-I, Imam
Mustajab Zainal Fawaid juga berharap supaya mahasiswa ikut berpartisipasi dalam
pemilihan nanti. “Saya harap mahasiswa nantinya ikut memilih berpartisipasi,
entah itu memilih paslon satu, dua atau tiga,” pungkasnya.
Reporter: Anas, Alifah, Retno, Rohid, Naufal, Awal (Magang)
Penulis : Awal, Anas, Retno, Alifah (Magang)
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.