Rayakan Dies Natalis Ke-20, UKM Seiya Adakan Dialog Budaya
lpmalmillah.com - Kamis (11/05/2023), Unit Kegiatan
Mahasiswa Seni dan Budaya (UKM Seiya) mengadakan Dialog Budaya dengan tema
“Meneguhkan Peran Seni dalam Bingkai Keislaman, Keilmuan, dan Kebudayaan”.
Acara ini dilakukan dalam rangka memperingati Dies Natalis UKM SEIYA ke-20.
Kegiatan yang dilaksanakan di Graha Watoe Dhakon ini diisi oleh M. Yaser
Arafat, peneliti dan praktisi kebudayaan dari UIN Sunan Kalijaga. Kegiatan baru
dimulai sekitar pada pukul 14.15 WIB dengan peserta 136 orang.
Acara dimulai dengan pembukaan
dan dilanjutkan dengan sambutan-sambutan. Dalam sambutannya, Miftahul Huda,
Wakil Rektor III, menanggapi bahwa tema seminar kali ini responsif. "Mengapa
saya mengatakan responsif, karena proses kita [akan] alih status dari IAIN
menuju UIN. Salah satu core value-nya ada di tiga key word itu, dalam tema.
Dalam jejaring keilmuan, scientific networking, dalam keilmuan keislaman maupun
kebudayaan," ujar Huda.
Setelah sambutan, dialog
dilanjutkan dengan penyampaian materi. Yaser membuka dialognya dengan
memaparkan tentang seni. “Seni adalah seluruh latar belakang hakikat wujud. Semua yang kita
lakukan dalam kehidupan kita selalu berkarakter kesenian, keilmuan, dan
kebudayaan. Kita tidak dapat mengesampingkan seni dalam kehidupan karena
seluruh kehidupan terbalut dengan seni dan kita tidak dapat mengesampingkannya,”
jelas Yaser.
Seni juga termasuk dalam unsur
universal kebudayaan. “Seni dalam
kajian kebudayaan dimasukkan dalam salah satu unsur universal kebudayaan. Semua yang berkaitan dengan kebudayaan
adalah sebuah seni," ujar
Yaser.
Kemudian, Yaser juga menyampaikan bahwa ilmu seni dan kebudayaan di Jawa
dirangkum dengan istilah hasta brata.
”Orang Jawa diajari 8 pengetahuan dan 8 keterampilan
praktik maupun teoritik, yaitu sandang, pangan, papan, sastra, gending, beksan,
payundan, katuranggan,”
ungkap Yaser.
Setelah penyampaian materi, dialog
dilanjutkan sesi tanya jawab dengan peserta. Salah satu pertanyaan muncul dari salah
satu peserta dialog, Heppy Lailim. Ia bertanya tentang cara mengajak orang agar
tertarik pada budaya daerah. “Bagaimana cara mengajak pemuda Ponorogo
untuk tertarik mengenal dan mengetahui bahwa di Ponorogo mempunyai sejarah dan kebudayaan?” tanyanya.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Yaser menjelaskan bahwa terdapat tiga cara. “Pertama, memahami
kebudayaan dan jangan membatasi pada masa lalu, tetapi
pada hari ini juga. Kedua, mengenalkan
budaya dalam momen-momen seperti selametan yang dilakukan oleh ulama-ulama
terdahulu. Ketiga, hal
yang berkaitan dengan kebudayaan harus sering di posting, karena
kita sering menggunakan media sosial.”
Pelaksanaan dialog kali ini
mendapatkan berbagai tanggapan. Menurut Latif Prabowo, steering committee panitia,
antusiasme peserta kali ini sangat tinggi. “Untuk
peserta sangat antusias karena tadi ada sekitar 10 peserta yang bertanya dengan
pertanyaan yang berbobot sesuai dengan materi,” ujarnya.
Tanggapan positif juga muncul
dari peserta dialog. Menurutnya, dialog ini sesuai dengan Ponorogo yang menjadi
kota seni dan budaya. “Acara
ini selaras dengan Ponorogo yang menjadi kota seni dan budaya dengan bingkai
keislaman melalui dialog-dialog keilmuan,” ujar Andrian Wahyu Ramadan, mahasiswa jurusan
Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI).
Tanggapan lain juga muncul dari
Heppy Lailim. Ia mengungkapkan bahwa acara ini menarik untuk yang menyukai
sejarah. “Acaranya cukup menarik, terutama
buat saya pribadi yang sedang menyukai sejarah dan berkeinginan menggali
sekaligus menggetok tularkan pada kawula muda mengenai sejarah di
wilayah Ponorogo,” ujar
Heppy.
Memasuki acara terakhir, dialog ditutup pukul 17.00 WIB dengan penyerahan hadiah kepada peserta yang telah mengajukan pertanyaan pada sesi tanya jawab.
Reporter: Paradila, Robi'ah, Munir
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.