PBAK IAIN Ponorogo: Sedikit Apresiasi Panitia Atas Antusias Maba
(Foto: Arifin)
Opini oleh: Paradila
Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) merupakan kegiatan tahunan yang diadakan oleh kampus IAIN Ponorogo. PBAK dilakukan agar mahasiswa baru (maba) bisa mengenal lebih dekat dunia kampus, bukan hanya sekadar bangunan kampusnya saja, tapi juga kelembagaan dan keorganisasian yang ada di dalamnya.
Antusiasme maba dalam PBAK harus diacungi jempol. Mereka mampu menyiapkan berbagai atribut yang diperlukan PBAK secara baik. Bahkan ketika mereka disuruh untuk tiba di lokasi pukul 05.00 WIB pun juga ada yang melaksanakannya. Sungguh waktu yang pagi sekali, bukan? Sayangnya, ketika mereka sudah berangkat dan berkumpul lebih awal, acara tidak kunjung dimulai.
Semangat para maba berbanding terbalik dengan pelaksanaannya. Hal ini bisa ditandai saat waktu semakin siang, semangat para maba ikut menurun. Bagaimana tidak, sudah berjam-jam peserta duduk dan diam saja mendengarkan penyampaian materi. Kebutuhan energi dalam tubuh pun menurun dan butuh asupan untuk membangkitkannya. Untuk itu, panitia menyediakan makan siang. Ya, meskipun ada yang telat datangnya.
Sebelumnya, peserta sebenarnya juga diperintahkan oleh panitia untuk mengisi Google Form riwayat penyakit mereka. Lantas, untuk apa Google Form itu kalau jadwal makan mereka saja molor sebegitu lamanya. Atau mungkin mereka para peserta tidak terikat dengan riwayat penyakit yang serius, karena itu aman-aman saja kalau jadwal makan belakangkan.
Di samping itu, sebagai kampus dengan title Institut Agama Islam, tentu sesibuk apapun kegiatan yang kita jalani, kita tidak boleh melupakan kewajiban untuk beribadah. Ibadah itu sendiri tidak hanya membutuhkan tubuh dan akal yang sehat saja, tetapi tempat yang bisa menunjang kenyamanan dan kekhusyukan dalam melaksanakannya. Penulis kira semua orang cukup paham dengan hal tersebut. Namun nyatanya masih ada seorang peserta PBAK berkata dengan nada sedikit tinggi, “Kak, fasilitasnya kurang memadai.”
Kalimat di atas yang kemudian membuat penulis bertanya-tanya terkait apa yang terjadi. Ternyata, hal ini berkaitan dengan tempat sholat putra yang dirasa kurang memadai. Untuk maba putra hanya disediakan satu tempat saja, sedangkan untuk putri bebas mendapatkan tiga tempat. Apakah karena jumlah putra lebih sedikit? Jika memang begitu kenapa tidak ditempatkan di satu lokasi yang luas?
Atau jika memang ada kendala lain, setidaknya pastikan terlebih dahulu bagaimana fasilitas di dalamnya. Sebab, salah satu maba putra mengatakan bahwa keran untuk wudu tidak mengalir sehingga membuat mereka terpaksa menggunakan tempat yang seharusnya dipakai oleh maba putri. Hal inilah yang membuat para maba harus melakukannya dengan cepat-cepat.
Melihat berbagai masalah itu, sepertinya sudah bukan menjadi hal yang baru. PBAK yang sudah menjadi kegiatan tahunan kelihatannya tidak ada perubahan signifikan dari segi fasilitas. Padahal masalah ini sering dikeluhkan pada berbagai kegiatan. Lantas, apakah panitia tidak melihat evaluasi dari tahun sebelumnya? Sepertinya tidak mungkin. Mengingat ini acara yang tidak kecil, tentu panitia pasti sudah berusaha menyiapkan segalanya secara maksimal.
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.