Upaya Peningkatan Kualitas, IAIN Ponorogo Keluarkan Program Baru pada KPM
lpmalmilah.com - Setiap tahunnya, Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo
mengadakan program Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM). Tahun ini, KPM IAIN Ponorogo mengusung
tema “Literasi, Mengabdi dengan Spirit Moderasi Beragama dalam Mengembangkan
Potensi dan Aset Masyarakat Desa”.
Program KPM ditujukan kepada mahasiswa semester 7
dengan bobot 4 Satuan Kredit Semester (SKS). Kegiatan ini wajib diikuti oleh mahasiswa
sebagai syarat kelulusan dari sebuah perguruan tinggi. Pelaksanaan KPM tahun
ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini, terdapat beberapa
program baru dari pelaksanaan KPM. Hal tersebut terletak pada jenis KPM dan
tugas akhirnya.
Fery Diantoro selaku Ketua KPM menyampaikan bahwa terdapat
pengembangan jenis KPM pada tahun ini. “Tahun
ini, KPM kita kembangkan lagi. Ada KPM dalam bentuk Tematik Inisiatif Mandiri
Terprogram, Responsif Terprogram, KPM Internasional, dan KPM Kolaborasi Moderasi
Beragama Nusantara,” ungkapnya.
Tujuan dari
adanya pengembangan di atas adalah untuk mewadahi
respons dari mahasiswa yang memiliki inisiatif dalam program KPM. “Kita mewadahi
beberapa respons dari keinginan yang ada. Misal dari program Tematik
Inisiatif Mandiri, kita ingin melihat program KPM itu tidak hanya berangkat
dari atas ke bawah, tidak hanya dari LPPM ke mahasiswa. Ternyata banyak yang
inisiatif dan tertarik untuk ikut. Jadi, kita merespons kebutuhan yang ada,” tutur
Fery.
Setiap jenis
KPM yang baru memiliki karakteristiknya masing-masing. Misalnya seperti KPM
Tematik Inisiatif Mandiri Terprogram. Jenis KPM ini merupakan bentuk
pengembangan dari jenis KPM Mono dan Multi Disiplin. KPM ini dirancang atas
inisiatif peserta dengan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL). Tema, anggota, dan
lokasi KPM ditentukan secara bersama-sama antara mahasiswa dengan DPL-nya.
Kemudian, ada lagi yang namanya KPM Responsif Terprogram. KPM dengan jenis ini
diperuntukkan bagi mahasiswa yang memiliki halangan tertentu karena faktor
disabilitas, sakit komorbid, hamil, atau menyusui.
Kemudian
terdapat pula jenis KPM Kolaboratif Moderasi Beragama yang dimaksudkan untuk
melatih mahasiswa dalam memahami masalah yang berkembang di masyarakat,
khususnya yang berkaitan dengan moderasi beragama. Ada lagi jenis KPM yang
pelaksanannya di negara lain, yaitu KPM International Community Service
Program. KPM ini bekerja sama dengan
mitra penyelenggara KPM internasional. Hal tersebut dilakukan guna mengembangkan keterlibatan IAIN Ponorogo secara global.
Bagi
mahasiswa yang hendak mengikuti jenis KPM baru tersebut harus melewati beberapa
tahapan seleksi, seperti seleksi administrasi dan interview. “Seleksi administrasi berupa terpenuhinya SKS
dan masih menjadi mahasiswa aktif. Sedangkan interview berupa [kemampuan]
bahasa Inggris. Untuk KPM Internasional melibatkan international office yang
menyeleksi, baik wawasan internasionalnya ataupun kemampuan bahasa,” ujar
Fery.
Adanya jenis
KPM baru ini mendapat tanggapan baik dari mahasiswa. Salah satunya adalah
Ihsanul Hudiya Arliansyah, mahasiswa KPM Internasional. “Karena program KPM Internasional ini baru
diadakan pertama kalinya di IAIN Ponorogo, tentunya saya sangat antusias dalam
mengikuti program ini,” tuturnya.
Tanggapan lain muncul dari Riska Devi Tamara, seorang peserta KPM
Responsif. Adanya KPM Responsif ini bisa sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
“[Dengan adanya] KPM baru tersebut
sangatlah bermanfaat bagi mahasiswa. Dengan ini, kita bisa memilih KPM yang
sesuai dengan kemampuan kita,” jelasnya.
Kemudian, pada KPM tahun ini juga terdapat output atau tugas akhir yang dibebankan kepada seluruh peserta KPM,
baik selama kegiatan berlangsung maupun saat menyelesaikan kegiatannya. Berbeda
dengan tahun sebelumnya, pada tahun ini terdapat beberapa tugas akhir baru.
Menurut Buku Pedoman KPM 2023, tugas akhir yang harus diselesaikan adalah esai atau artikel individu, Executive Summary (artikel jurnal) tugas
kelompok, video publikasi, dan laporan kegiatan. Sedangkan pada tahun
sebelumnya, tugas akhir hanya terdiri dari esai atau artikel tugas individu, dan
laporan kegiatan kelompok KPM.
Adanya tugas
akhir baru tersebut bukanlah tanpa sebab. Dengan adanya hal tersebut, Fery
berharap bisa membantu dan mendukung kebutuhan kualitas dari institut. Sehingga, dari hal tersebut bisa memunculkan bahwa kampus kita memang kampus yang
berkualitas dan bisa menjadikan fasilitas kegiatan kepada mahasiswa. Selain
itu, terkait dengan tugas akhir atau output
ini menurut Fery sudah menjadi hal yang harus diselesaikan mahasiswa peserta
KPM, yang mana tugas ini sudah menjadi tanggung jawab mereka.
Seperti
halnya Fery, Ubaidillah,
salah satu peserta KPM Tematik juga mengungkapkan bahwa tugas akhir merupakan
tanggung jawab mahasiswa itu sendiri. “Itu
sudah menjadi tanggung jawab kita lah, kita kan niatnya belajar. Selain itu,
tugasnya terkait literasi juga, kan itu juga gak jauh dari ranahnya mahasiswa.
Jadi, menurut saya nggak memberatkan,” ungkapnya.
Adanya tugas
ini juga mendapat tanggapan yang positif dari Muhammad Salis, salah satu
peserta KPM Tematik. Menurutnya dengan tugas ini bisa mendongkrak mahasiswa
untuk melaksanakan program yang proaktif. “Tentu
saja itu menguras tenaga kami. Waktu yang seharusnya digunakan untuk
menjalankan proker bisa tersita untuk mengejar eksistensi. Namun tidak
dipungkiri bahwa tugas-tugas itu juga bisa menjadi titik pendongkrak untuk
lebih membuat mahasiswa termotivasi melaksanakan program yang proaktif,”
jelasnya.
Hal yang
berbeda disampaikan oleh Haifa Laila, peserta KPM Mono Disiplin dari HES
(Hukum Ekonomi Syariah). Ia menyampaikan keresahannya atas tugas yang
dibebankan saat KPM. “Kalau dari
teman-teman tentunya merasa keberatan. Apalagi dengan adanya 7 artikel itu
setiap kelompoknya. Dan yang paling teman-teman rasakan itu terkait tidak
adanya dana dari LPPM untuk kegiatan KPM,” ujarnya.
Selain itu, Haifa berharap tugasnya dikurangi menjadi
per kelompok 2 artikel saja, yang dirasa sudah cukup menurutnya. Ia juga berharap
akan adanya dana dari LPPM untuk program kerja setiap KPM selama masa
pengabdiannya agar program kerja dapat dibuat secara maksimal tanpa memberatkan
dana. Dan untuk ke depannya, ia berharap semoga LPPM juga mengoreksi,
menindaklanjuti program kerja kelompok dengan saksama.
Adanya KPM ini diharapkan bisa memiliki manfaat bagi
mahasiswa dan masyarakat itu sendiri. “Kita berharap KPM ini bisa bermanfaat [bagi] mahasiswa. Mahasiswa bisa mendapatkan pengalaman dengan pengetahuannya selama
kuliah. Mahasiswa juga bisa belajar dari masyarakat. Selain itu, hadirnya
teman-teman juga bisa membantu masyarakat,” harap Fery.
Begitu pula dengan Riska. Dengan adanya KPM ini bisa
menjadi pengalaman berharga bagi mahasiswa. “Harapan
saya dengan program baru ini dapat menjadikan pengalaman yang berharga bagi
mahasiswa yang memilih program tersebut dan memberikan kita inspirasi untuk
ke depannya ketika kita sudah kembali ke masyarakat,” ungkapnya.
Reporter: Ilham, Retno, dan Robiah
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.