Minimnya Informasi dan Keterbukaan Kongres VIII PEMIRA 2024
lpmalmillah.com - Menyongsong Kongres VIII Pemilihan Umum Raya (PEMIRA) 2024, Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Ponorogo kembali membuka pendaftaran bagi calon anggota Senat
Mahasiswa (SEMA) Institut dan Fakultas,
ketua dan wakil
ketua Dewan
Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Institut dan
Fakultas, serta ketua dan wakil ketua Himpunan
Mahasiswa Jurusan (HMJ). Pendaftaran berlangsung sejak 13–26 Januari 2024.
Adapun persyaratan pendaftaran sudah disampaikan melalui akun Instagram KPUM-I dan KPUM-F.
Pada tahun ini, terdapat perbedaan yang signifikan dalam
peraturan dan kebijakan antara KPUM Institut dan KPUM Fakultas jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Salah satu perubahan yang terjadi adalah
dalam persyaratan pendaftaran. Pada tahun ini, calon peserta harus menyertakan
bukti pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) sebagai salah satu persyaratan. Sedangkan
pada tahun sebelumnya, yang diperlukan hanya Kartu Rencana Studi (KRS) untuk
bukti keaktifan sebagai mahasiswa.
Menurut Muhammad Azmi Nashiruddin selaku Ketua KPUM-I, perubahan
ini dilakukan karena pada tahun sebelumnya program KRS memakan waktu yang
terlalu lama, sehingga dilakukan perubahan. “Terkait bukti untuk persyaratan
menyertakan bukti pembayaran UKT, kalau tahun kemarin ‘kan KRS, untuk tahun ini
UKT saja. Evaluasi tahun kemarin terlalu ribet, masih harus menunggu KRS-an,” jelas Azmi.
Tidak hanya itu, perbedaan lain yang mencolok ialah terkait
surat rekomendasi dari Wakil Dekan (WADEK) III yang ada di ranah KPUM-F. Jika
dilihat dari segi diksi dan dokumentasi, surat rekomendasi tersebut lebih
cenderung mengarah ke intervensi yang menunjukkan adanya dukungan yang
diberikan oleh pihak civitas akademika. Hal ini diungkapkan oleh Roihan Mahmudi
selaku Ketua KPUM FTIK,“Tahun kemarin dengan menggunakan surat rekomendasi,
tapi untuk tahun ini menggunakan surat pernyataan dari WADEK III, karena lebih
mengarah kepada intervensi. Jadi, ada dukungan dari pihak civitas akademik,”.
Dalam wawancara yang dilakukan oleh kru LPM aL-Millah, Azmi
menyampaikan bahwa informasi terkait jumlah calon pendaftar untuk anggota SEMA,
ketua dan wakil ketua DEMA, baik Institut maupun Fakultas, serta ketua dan
wakil HMJ masih dijaga kerahasiaannya. Belum ada pengungkapan yang resmi
mengenai jumlah calon pendaftar tersebut. “Kalau jumlah masih belum tahu,
masih belum dipindahkan,” ungkap Azmi.
Lebih lanjut, Ketua KPUM-I tersebut juga menyatakan
kekhawatirannya apabila mengungkapkan hasil verifikasi berkasnya sekarang,
yakni hasil penetapan calon tidak sesuai dengan hasil akhirnya. Ia juga
menambahkan pendapatnya mengenai kenaikan dan menurunan jumlah partisipan
pendaftar antara tahun ini dan tahun lalu. “Ketika kita mengungkapkan,
takutnya tidak sesuai dengan hasil akhirnya, jadi masih belum tahu. [Mengenai
kenaikan dan penurunan partisipan tahun ini dan tahun sebelumnya] itu hanya
Tuhan yang tahu,” papar Azmi.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Roihan mengenai
kerahasiaan calon pendaftar. Selain itu, keduanya juga belum memberikan
pernyataan pasti mengenai kemungkinan adanya calon tunggal yang akan muncul
dalam PEMIRA tahun ini. Untuk mengetahui hasil pengumuman itu, Ketua KPUM FTIK
tersebut mengungkapkan bahwa publikasinya bisa dilihat di akun Instagram milik
KPUM-I dan KPUM-F sendiri pada 30 Januari 2024. “Masih dirahasiakan, karena
besok akan ada penetapan calon terpilih, jadi mohon ditunggu,” ungkap
Roihan.
Namun, pendapat berbeda muncul dari KPUM FEBI, Ahmad
Sania. Ia memaparkan bahwa untuk SEMA FEBI sekarang, ada sepuluh orang
partisipan dan itu mengalami penurunan dari dua kursi di tahun sebelumnya. Teruntuk
DEMA ada satu paslon, sama dengan tahun sebelumnya. Kemudian HMJ Ekonomi
Syariah ada dua paslon, Perbankan Syariah ada dua paslon, dan Manajemen Zakat
dan Wakaf ada satu paslon. “Untuk fakultas sendiri, di SEMA itu untuk
sekarang sepuluh orang dan itu mengalami penurunan dua kursi dari tahun
sebelumnya. Untuk DEMA itu satu paslon sama dengan tahun sebelumnya. Kemudian
HMJ, HMJ Ekonomi Syariah dua paslon, Perbankan Syariah dua paslon, Manajemen
Zakat dan Wakaf satu paslon,” papar Ahmad Sania.
Di sisi lain, terdapat pemahaman yang beragam di kalangan
mahasiswa mengenai Kongres VIII PEMIRA 2024 ini. Beberapa mahasiswa memang sudah
mengetahui PEMIRA, tapi ada juga yang masih belum memahami sepenuhnya konsep
dan proses dari agenda pasti Republik Mahasiswa (RM) IAIN Ponorogo ini. Zaenuri
selaku mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) semester 4, menyatakan pendapatnya mengenai PEMIRA yang
menurutnya setiap tahun cenderung melibatkan orang dalam, sehingga tidak
terjamin objektivitasnya. “PEMIRA dari dulu menggunakan orang dalam dan yang
megang orang dalam, jadi tidak objektif,” ucap Zaenuri.
Selain itu, Yulia Heri Susanti selaku mahasiswa Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam (KPI) semester 2, memberikan tanggapan lain terkait
pengalaman temannya yang telah mendaftar sebagai calon ketua atau wakil ketua HMJ.
Menurutnya, pada H-2 penutupan pendaftaran, mereka baru dimasukkan ke dalam
sebuah grup WhatsApp. Hal ini menyebabkan mereka tidak mendapatkan informasi
yang seharusnya mereka terima dengan segera. “Bahkan cerita dari teman saya
yang mendaftar sebagai calon ketua/wakil, mengatakan kalau H-2 hari penutupan pendaftaran,
mereka baru dimasukkan dalam sebuah grup. Sehingga informasi yang seharusnya
mereka dapat, tidak segera didapatkan,” papar Yulia.
Pendapat lain datang dari Rafi Satria Priyambada,
mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) semester 4. Menurutnya,
PEMIRA ini sangatlah luar biasa, karena hampir bersamaan dengan PEMILU. Jadi,
ia merasa mahasiswa sangat bersemangat dalam menyambut PEMIRA. “PEMIRA tahun
ini sangatlah luar biasa, karena hampir bersamaan dengan PEMILU, jadi saya rasa
mahasiswa sangat bersemangat dalam menyambut PEMIRA,” ungkap Rafi.
Kumpulan tanggapan dari beberapa mahasiswa tersebut
menunjukkan beragamnya perspektif mahasiswa terkait Kongres VIII PEMIRA 2024.
Ada yang meremehkan objektivitas dalam prosesi PEMIRA, sementara yang lain
mengungkapkan kekecewaan terhadap kurangnya komunikasi dan informasi yang
efektif. Namun, ada pula yang melihat PEMIRA sebagai momen yang istimewa dan
menggembirakan, karena hampir bersamaan dengan PEMILU.
Dalam hal pencalonan diri pada PEMIRA, terdapat sebagian
mahasiswa yang tidak memiliki keinginan untuk mencalonkan diri. Alasan di balik
ketidakinginan ini di antaranya adalah keinginan untuk fokus dalam menyelesaikan perkuliahan.
Pernyataan ini disampaikan oleh Zaenuri dalam wawancara yang dilakukan oleh kru
LPM aL-Millah. “Tidak mau [ikut mendaftarkan diri], nanti kuliahku berantakan,” ujar Zaenuri.
Hal yang selaras juga disampaikan oleh Yulia, ia
mengatakan bahwa kesibukan dalam organisasi kemahasiswaan lain (UKM/UKK) yang diikuti
oleh mahasiswa juga turut andil dalam keminatan mahasiswa pada kontribusi di
Kongres VIII PEMIRA 2024. “Saya sudah disibukkan dengan UKM. UKM saya sudah
terlalu sibuk, jadi saya ingin fokus di UKM saja, tapi nanti kalau ada
kesempatan untuk menjadi anggota, insyaallah saya ambil. Gitu, Kak,” ungkap
mahasiswa anggota UKK Pramuka tersebut.
Pendapat dari kedua mahasiswa tersebut dapat disimpulkan
bahwa pencalonan dalam PEMIRA membutuhkan waktu dan energi yang cukup besar,
sehingga mereka lebih memilih untuk mengutamakan aktivitas akademik dan
komitmen mereka dalam UKM/UKK. Keputusan ini menunjukkan kesadaran mereka terhadap
pentingnya menyeimbangkan antara kegiatan akademik dan kemahasiswaan, serta
mengutamakan pengembangan diri di berbagai aspek kehidupan kampus.
Berkaitan dengan penyebaran informasi mengenai PEMIRA,
terdapat sebagian mahasiswa yang tidak mengetahui atau mendapatkan informasi
tersebut. Hal ini bisa diindikasikan bahwa mereka tidak mengikuti berita atau
informasi yang sedang beredar. Di sisi lain, ada juga mahasiswa yang merasa
bahwa suasana PEMIRA tidak terasa sama sekali. Misalnya di kampus 1, mereka
tidak terlihat adanya pamflet atau spanduk mengenai PEMIRA satupun. Sedangkan
di kampus 2, terdapat sedikit spanduk dan pamflet yang terpasang.
Pengakuan di atas diungkapkan oleh Yulia, “Dan saya
juga merasa tidak ada vibes PEMIRA sama sekali. Di kampus satu, saya tidak
melihat sama sekali umbul-umbul/pamflet PEMIRA, yang mana di kampus dua tuh
ada, tapi ya dikit. Minimal biar orang-orang tertarik untuk mengupdate timeline
PEMIRA. Bisa dilihat dari jumlah likes di Instagram saja sangat minim.”. Ia
berpendapat bahwa seharusnya terdapat timeline yang terpampang di kampus
untuk menarik minat mahasiswa agar turut berpartisipasi di PEMIRA.
Kondisi ini menunjukkan adanya perbedaan dalam penyebaran
informasi dan kesadaran akan PEMIRA di antara mahasiswa. Beberapa mahasiswa
tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai PEMIRA, sedangkan yang lain
merasakan kurangnya atmosfer dan sosialisasi yang dilakukan untuk mendorong
partisipasi mahasiswa dalam Kongres VIII PEMIRA 2024 ini. Salah satu masukan
untuk pengadaan pamflet atau spanduk yang berkaitan dengan Kongres VIII PEMIRA
2024 di area kampus sebagai alat sosialisasi, dapat dijadikan referensi dalam
upaya untuk meningkatkan minat dan partisipasi mahasiswa dalam kegiatan Kongres
VIII PEMIRA 2024.
Reporter: Wika, Putri, Yulia, Feona, Retno
Penulis: Wika, Putri
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.