Iklan Layanan

Cuplikan

Penolakan Konsep PBAK 2024 Berujung Seruan Aksi

(Foto: Feona)
 

Sabtu (19/8/24), Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo menyelenggarakan Malam Inagurasi sebagai pertanda berakhirnya PBAK. Kegiatan ini diisi oleh salah satu penyanyi dangdut yang cukup terkenal yakni, Damara De. Tidak semua dapat memasuki area ini, kecuali para mahasiswa baru 2024, panitia PBAK Institut maupun Fakultas, hingga pengurus UKM/UKK yang dapat memasuki area panggung utama.

Sebelum acara Malam Inagurasi dimulai, terdapat penampilan dari UKM SEIYA untuk memeriahkan acara sekaligus menyambung pengenalan UKM/UKK sebagai UKM yang terakhir melakukan penampilan. Acara berlanjut pada Grand Closing yang berisi penutupan secara resmi dari Evi Muafiah, selaku Rektor IAIN Ponorogo, dengan pemukulan gong sebagai simbol berakhirnya acara PBAK 2024. Penutupan dipermanis dengan dibawakannya satu lagu dari Rektor IAIN Ponorogo tersebut, sebelum menginjak acara inti, yakni Malam Inagurasi yang berisi konser Damara De.

Namun, saat peralihan acara dari Grand Closing ke Malam Inagurasi, ada salah satu mahasiswa yang menaiki panggung utama dan melakukan seruan aksi. Keadaan cukup tidak terkendali oleh panitia, karena para maba ternyata turut membentangkan kain mori yang berisi tulisan keresahan-keresahan. Pun ketika hendak mengambil dokumentasi, para kru mendapat peringatan dari panitia dan salah satu kru mendapat injakan kaki. Mahasiswa pemimpin orasi tersebut akhirnya diminta turun oleh pihak panitia dan Ormawa. Setelah ditelisik oleh kru LPM aL-Milah yang sedang bertugas meliput acara penutupan tersebut, mahasiswa yang mengambil alih panggung dikenali dengan nama Nizhar. Mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga Islam (HKI)–juga salah satu anggota HMJ HKI dan termasuk dalam kepanitiaan PBAK Fakultas.

(Foto: Arfian)

Dalam sesi wawancara, Nizhar mengungkapkan bahwa seruan aksi yang ia pimpin merupakan wujud penyampaian keresahan terkait dana konsumsi PBAK 2024 yang dialihkan ke acara Malam Inagurasi. Ia mengaku tidak ingin membuat kericuhan dan hanya saja ingin mendengar klarifikasi langsung dari pihak rektorat yang memang masih di lokasi penutupan PBAK 2024.  Niat awal saya tidak ingin membuat kerusuhan atau kericuhan, tapi untuk menarik dari rektorat [agar memberikan] klarifikasi apa urgensi dan orientasi dari inagurasi ini,” jelas Nizhar.

Tidak hanya itu, awal muncul isu adanya inagurasi, Nizhar mengira bahwa acara ini diisi oleh teman-teman maba layaknya panggung ekspresi. Namun, ternyata inagurasi yang dimaksud oleh para panitia berbeda dengan yang diperkirakan Nizhar. “Awal-awal muncul isu inagurasi itu, saya masih khusnudzon, [berisi] inagurasi maba dapat menyalurkan minat dan bakatnya, minimal panggung ekspresi, ternyata malah konser. Kalau konsepnya konser, berarti sifatnya euforia, dan [menurut saya] kurang relevan pada momen PBAK,” papar Nizhar.

Menanggapi adanya insiden ini, Bayu Rizal Affandi sebagai ketua pelaksana menyatakan bahwa mahasiswa, misalnya seperti Nizhar, hampir sama dengannya dulu. Namun tidak sefrontal itu, apalagi di depan maba. Sebab menurutnya, maba juga sangat mudah terpengaruh. Bayu mengaku suka terhadap semangat teman-teman, tapi tidak pas untuk waktunya. “Seharusnya [orasi dilakukan] pasca masuk. Lalu mahasiswa baru angkatan 2024 digodhok terlebih dahulu, dibuat demo. Lha, itu saya lebih suka,” ungkapnya.

Nada persetujuan atas isi orasi yang disampaikan Nizhar terkait ketidak relevenan konser dengan agenda PBAK dikemukakan oleh Mohammad Bayla Zidni, mahasiswa baru yang turut melihat pertunjukan orasi Nizhar dan telah mengikuti penuh agenda PBAK 2024 selama empat hari. “Setuju dengan masnya [Nizhar], bener total. Yang penting [harus] imbang dan mencerminkan yang bagus. Ini IAIN, kok [isi lagu yang dinyanyikan] sekop-sekop,” tutur Bayla.

Nizhar mengaku, bahwa setelah turun dari panggung ia berbincang dengan Rektor IAIN Ponorogo untuk menjelaskan apa yang sedang dirasakannya. Dari perbincangan yang dilakukan tersebut, Nizhar mendapat respons yang sesuai dengan keinginannya. “Untungnya Bu Rektor memutuskan dengan rasional. Beliau memutuskan untuk bertemu, entah di hari Senin atau Selasa nanti,” pungkasnya.


Penulis: Feona

Reporter: Feona, Arfian, Zhalma, Zahra, Mala, Ika

No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.