Iklan Layanan

Cuplikan

Kontribusi Kampus Menambah Tabungan Sampah di TPA Mrican

(Foto: Cantrisah)

Esai: Mila, Paradila

IAIN Ponorogo merupakan lembaga pendidikan yang beroperasi hampir 12 jam kerja dan tentu menghasilkan sampah setiap harinya, dengan jumlah ribuan mahasiswa dan beberapa dosen yang terbilang cukup banyak. Sampah yang dihasilkan besar kemungkinan berasal dari kantin yang menyediakan beragam makanan dan minuman untuk para mahasiswa dan dosen. Meskipun kantin telah menyediakan tempat sampah khusus untuk sampah organik dan non-organik, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa sebagian warga kampus masih tetap membuang sampah sembarangan.

Bukan hanya di kantin, gedung lain seperti fakultas yang digunakan sebagai tempat belajar para mahasiswa dan dosen juga dapat menyumbangkan sampah dengan jumlah banyak. Beberapa mahasiswa memilih membawa makanannya atau merokok di lingkungan fakultas. Meskipun fakultas telah menyediakan tempat sampah untuk para mahasiswa dan dosen, sayangnya masih ada pihak yang minim kesadaran tentang pentingnya menjaga kebersihan. Sejauh ini, masih ada saja sampah-sampah yang tergeletak entah di dalam ruang kelas atau di luar kelas. Seumpama pihak kebersihan tidak memasuki ruang kelas setelah waktu pembelajaran habis, tentu serakan sampah tersebut masih menetap di tempat yang sama.

Sistem Pengolahan Sampah di IAIN Ponorogo

Beberapa fakultas memiliki sistem yang berbeda dalam menangani sampah mereka. Di titik tertentu sampah yang telah dikumpulkan akan dikelola dengan cara dibakar dan justru dengan pembakaran sampah dapat menyebabkan pencemaran udara. Di titik lain, sampah hanya akan dikumpulkan menjadi satu, kemudian kumpulan sampah akan disumbangkan langsung ke Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) yang ada di Ponorogo.

Tahun 2023 lalu, pimpinan IAIN Ponorogo telah mengadakan pembinaan pengelolaan sampah bagi civitas akademika IAIN Ponorogo. Kegiatan dilakukan di Aula Pascasarjana yang diikuti oleh Office Boy (OB), petugas taman, dan jajaran sejenis lainnya. Acara tersebut menghadirkan Budi Santoso dari CV Budi Recycle Partner. Seorang yang aktif dalam bidang pengelolaan sampah melalui pemanfaatan sampah sebagai bahan baku daur ulang. Dalam acara tersebut, Evi Muafiah selaku Rektor IAIN Ponorogo, mengatakan komitmennya dalam pengolahan sampah yang baik. 

Namun, dilihat sampai hari ini, IAIN Ponorogo masih belum bisa dikatakan baik dalam mengelola sampahnya. Cara penanganan kampus dalam mengelola sampah tidak mencerminkan sebagai lembaga pendidikan yang sepatutnya memberikan contoh kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan. 

Kampus sebagai Salah Satu Penyumbang Sampah di TPA Mrican

Idealnya, kampus sebagai lembaga pendidikan mampu memilah dan mengelola sampahnya sendiri, bahkan seharusnya bisa memanfaatkan sampah tersebut agar lebih berguna. Sayangnya, di IAIN Ponorogo hal tersebut belum terlaksana. IAIN Ponorogo dengan setiap tahunnya menambah populasi warga kampus, tentu makin banyak kegiatan yang dilakukan. Dari banyaknya kegiatan yang dilakukan itu menghasilkan semakin banyak sampah. Sampah tersebut biasanya berupa kertas-kertas yang sudah tidak terpakai, bungkus makanan dan minuman, sampah tumbuhan, sisa makanan, dan masih banyak lagi. 

Sampah biasanya dipilah dalam tiga jenis, yaitu sampah organik, sampah non-organik, dan sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Namun, berdasarkan pengamatan kami, di IAIN Ponorogo hanya beberapa titik yang melakukan pemilahan tersebut, lebih banyak hanya menggunakan satu tempat sampah yang dicampur. Sebenarnya juga, meski terdapat tempat sampah yang dipilah, sayangnya pengangkutan sampah menuju lokasi TPA tetap dicampur. Selain itu, beberapa sampah justru diolah dengan cara dibakar yang tentu makin menambah polusi udara.

Kondisi ini menunjukkan kurang tepatnya pengelolaan sampah di IAIN Ponorogo. Ketidakmampuan IAIN Ponorogo dalam mengelola sampahnya sendiri berarti berkontribusi dalam menambah beban pengelolaan sampah di TPA milik Kabupaten Ponorogo. Di setiap harinya, IAIN Ponorogo masih mengirimkan sampah ke TPA Mrican yang berlokasi di Desa Mrican, Kecamatan Jenangan. 

TPST Mrican

TPA Mrican mulai difungsikan tahun 1995 dengan luas 2,8 hektar. TPA Mrican menampung sampah yang berasal dari 21 kecamatan dan 27 TPS di Kabupaten Ponorogo. Dengan kondisi demikian, sebenarnya TPA Mrican telah overload sejak 2018 silam. Setiap harinya TPA Mrican menerima sampah sekitar 70 ton. Di TPA Mrican juga terdapat beberapa pemulung yang aktif memilah sampah setiap harinya. Kendati demikian, upaya yang dilakukan pemulung tersebut hanya mampu mengurangi sekitar 20 persen dari jumlah sampah tiap harinya.

Overload sampah di TPA Mrican kini telah menemukan salah satu penawar. Pada Sabtu (8/8/2024), Pemkab Ponorogo meresmikan Tempat Pemrosesan Sampah Terpadu (TPST) Mrican. Pengelolaan sampah akan dilakukan melalui kerja sama dengan PT Bumi Ekonomi Sirkular (BES) yang menaungi PT Resinergi dengan kontrak selama 5 tahun. PT Resinergi menawarkan pengelolaan sampah sebesar 120 ton tiap harinya. Sampah tersebut akan dipilah dengan pembagian sampah organik akan dijadikan pupuk, sedangkan sampah non-organik akan dijadikan bahan bakar dengan metode Refuse Derived Fuel (RDF).

Dampak Sampah Kampus bagi Pihak yang Terlibat

Dalam konteks sustainability, fenomena minimnya pengelolaan sampah dan kesadaran akan lingkungan hidup di kalangan mahasiswa menjadi perhatian serius. Hal ini karena Perguruan Tinggi berperan penting dalam mencetak generasi penerus yang memiliki kesadaran lingkungan. Masalah sampah dapat juga menimbulkan pencemaran yang akan merusak lingkungan kampus.

Lingkungan kampus yang rusak dapat menjadi sumber penularan penyakit, mengganggu estetika, serta menurunkan tingkat kenyamanan. Dengan kondisi tersebut, pada akhirnya pencemaran yang muncul akan mengganggu berjalannya proses belajar mengajar. Selain itu, sampah kampus yang tidak diolah dengan maksimal akan menambah beban yang tak hanya menimpa satu atau dua elemen saja, melainkan mahasiswa, dosen, dan pihak lain yang terkait.


Editor: Cantrisah

No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.