Iklan Layanan

Cuplikan

Wujud Peringatan Hari Aksara Internasional, Pegiat Aksara Ponorogo Gelar Pameran Foto Aksara Bertajuk “Sembarang Kalir”

 

(Foto;Munir)

lpmalmillah.com - Salah satu hasil kebudayaan lokal adalah ditemukannya aksara. Dalam peringatan Hari Aksara Internasional yang diperingati setiap tanggal 8 September, sejumlah pegiat aksara di Ponorogo mengadakan pameran foto aksara di Rusamenjana Books yang berlokasi di Jalan Sumatra, Banyudono, Ponorogo. Pameran ini hasil kolaborasi dari Rusamenjana Books, Dinamit Kopi, Kulwan Wilis, Reog Coffe, Ponorogo.Id, Info Ponorogo, dan Aksamala. Pameran ini juga bisa dinikmati oleh masyarakat umum mulai 3–10 September 2024.

Dalam pameran foto aksara tersebut, ada 60 katalog aksara yang tersebar di Ponorogo. Tidak hanya pameran foto aksara saja, dalam pameran yang bertajuk “Sembarang Kalir” tersebut terdapat beberapa rangkaian kegiatan, yakni bedah zine, belajar aksara, corat-coret aksara, dan menjenguk batu-batu. Dalam kegiatan ini pengunjung juga bisa belajar aksara kawi bersama teman-teman Kulwan Wilis tanpa dipungut biaya sama sekali.

Terlaksananya “Sembarang Kalir” dimaksudkan sebagai bentuk upaya sejumlah pegiat sastra di Ponorogo dalam mengejawantahkan kelestarian saksi-saksi bisu sejarah. Hal ini disampaikan oleh Riza Ahmad selaku kurator pameran ketika diwawancarai oleh kru LPM Al-Millah pada Rabu (4/9/2024). “Sembarang Kalir adalah upaya bareng-bareng menyelami masa lalu, menghadirkan kembali aksara-aksara kuno yang pernah menjadi saksi bisu perjalanan waktu. Melalui lensa kamera, kita mendekati batu-batu pra-sejarah yang menyimpan tulisan-tulisan yang nyaris terlupakan,” paparnya.

Riza juga mengatakan bahwa di era modernitas saat ini, penanda aksara-aksara yang ada merupakan wujud cerminan sejarah warisan nenek moyang yang patut dirawat dan dikaji kembali. Sehingga tidak terkubur begitu saja oleh kemajuan zaman. “Setiap guratan aksara di batu ini adalah penanda zaman, membuka tabir tentang kebudayaan dan cara pikir masa lalu yang mungkin telah pudar dari ingatan. Di tengah modernitas, aksara-aksara ini adalah pengingat akan keragaman pengetahuan yang tak ternilai. Sebuah upaya memaknai aksara sebagai cermin sejarah, merawat warisan moyang yang terukir dalam diam,” imbuh Riza.

Aksara menjadi salah satu pintu untuk membaca sejarah. Dengan ditemukannya banyak aksara di Ponorogo, bisa menjadi bukti bahwa telah ada peradaban pada abad ke-9 seperti yang tertulis di aksara Sandung. Keberagaman aksara juga merupakan kekayaan tersendiri yang berguna untuk membaca sejarah dengan perspektif lain. Sayangnya, banyak masyarakat yang belum sadar terhadap itu. Frengki, salah satu pegiat aksara di Ponorogo menyatakan pendapatnya, “Tujuan dari pameran ini cuma satu, agar cagar budaya di sini dirawat. Meskipun ini peringatan Hari Aksara, beberapa cagar budaya yang ada di Balai Penyelamat itu tetap kita tunjukkan dalam bentuk pameran foto,” jelasnya.

Frengki menambahkan jika sebenarnya benda-benda yang termasuk saksi sejarah di Ponorogo telah diamankan di Balai Penyelamatan. Kendati demikian, masih saja masyarakat tidak ada yang berkunjung untuk sekadar tilik-tilik sejarah. “Minimal agar orang-orang tahu, ternyata di situ (Balai Penyelamatan) ada benda-benda yang kuno yang ada di Ponorogo yang perlu dirawat dan dilestarikan. Selama ini juga tidak pernah ada yang berkunjung di Balai Penyelamatan. Mungkin karena Balai Penyelamatan itu bekas SD Karangpatihan Kidul,” ujar Frengki, salah satu pegiat aksara di Ponorogo.

Mendekati sesi akhir obrolan, Riza menegaskan kembali bahwa–di luar peringatan Hari Aksara–pelestarian terhadap aksara dan saksi sejarah lainnya merupakan hal yang perlu. Melalui pameran ini, Riza mengupayakan hidupnya perasaan memiliki atas cagar budaya yang ada. “Setiap aksara adalah jejak dari perjalanan peradaban yang perlu kita ingat, pelajari, dan apresiasi. Melalui pameran ini, kita diajak untuk kembali memaknai aksara sebagai penanda zaman, menyelami makna yang terkandung di dalamnya, dan merawat pengetahuan yang terkubur dalam diamnya batu-batu tua,” pungkas Riza.

Pameran yang berlangsung pada 3–10 September 2024 ini bisa dimanfaatkan masyarakat Ponorogo untuk mengenal lebih dalam mengenai benda-benda bersejarah dan juga cagar budaya yang dimiliki Kota Reyog. Puncak dari rangkaian acara pameran foto aksara ini adalah kegiatan mengunjungi benda-benda peninggalan sejarah yang ada di Balai Penyelamatan pada Minggu, 8 September 2024 mendatang.

 

Penulis: Munir


No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.