Wujud Peringatan Hari Aksara Internasional, Pegiat Aksara Ponorogo Gelar Pameran Foto Aksara Bertajuk “Sembarang Kalir”
(Foto;Munir) |
Dalam
pameran foto aksara tersebut, ada 60 katalog aksara yang tersebar di Ponorogo.
Tidak hanya pameran foto aksara saja, dalam pameran yang bertajuk “Sembarang
Kalir” tersebut terdapat beberapa rangkaian kegiatan, yakni bedah zine, belajar
aksara, corat-coret aksara, dan menjenguk batu-batu. Dalam kegiatan ini
pengunjung juga bisa belajar aksara kawi bersama teman-teman Kulwan Wilis tanpa
dipungut biaya sama sekali.
Terlaksananya
“Sembarang Kalir” dimaksudkan sebagai bentuk upaya sejumlah pegiat sastra di
Ponorogo dalam mengejawantahkan kelestarian saksi-saksi bisu sejarah. Hal ini
disampaikan oleh Riza Ahmad selaku kurator pameran ketika diwawancarai oleh kru
LPM Al-Millah pada Rabu (4/9/2024). “Sembarang Kalir adalah upaya
bareng-bareng menyelami masa lalu, menghadirkan kembali aksara-aksara kuno yang
pernah menjadi saksi bisu perjalanan waktu. Melalui lensa kamera, kita
mendekati batu-batu pra-sejarah yang menyimpan tulisan-tulisan yang nyaris
terlupakan,” paparnya.
Riza
juga mengatakan bahwa di era modernitas saat ini, penanda aksara-aksara yang
ada merupakan wujud cerminan sejarah warisan nenek moyang yang patut dirawat
dan dikaji kembali. Sehingga tidak terkubur begitu saja oleh kemajuan zaman. “Setiap
guratan aksara di batu ini adalah penanda zaman, membuka tabir tentang
kebudayaan dan cara pikir masa lalu yang mungkin telah pudar dari ingatan. Di
tengah modernitas, aksara-aksara ini adalah pengingat akan keragaman
pengetahuan yang tak ternilai. Sebuah upaya memaknai aksara sebagai cermin
sejarah, merawat warisan moyang yang terukir dalam diam,” imbuh Riza.
Aksara
menjadi salah satu pintu untuk membaca sejarah. Dengan ditemukannya banyak
aksara di Ponorogo, bisa menjadi bukti bahwa telah ada peradaban pada abad ke-9
seperti yang tertulis di aksara Sandung. Keberagaman aksara juga merupakan
kekayaan tersendiri yang berguna untuk membaca sejarah dengan perspektif lain. Sayangnya,
banyak masyarakat yang belum sadar terhadap itu. Frengki, salah satu pegiat
aksara di Ponorogo menyatakan pendapatnya, “Tujuan dari pameran ini cuma
satu, agar cagar budaya di sini dirawat. Meskipun ini peringatan Hari Aksara,
beberapa cagar budaya yang ada di Balai Penyelamat itu tetap kita tunjukkan
dalam bentuk pameran foto,” jelasnya.
Frengki
menambahkan jika sebenarnya benda-benda yang termasuk saksi sejarah di Ponorogo
telah diamankan di Balai Penyelamatan. Kendati demikian, masih saja masyarakat
tidak ada yang berkunjung untuk sekadar tilik-tilik sejarah. “Minimal agar
orang-orang tahu, ternyata di situ (Balai Penyelamatan) ada benda-benda yang
kuno yang ada di Ponorogo yang perlu dirawat dan dilestarikan. Selama ini juga
tidak pernah ada yang berkunjung di Balai Penyelamatan. Mungkin karena Balai
Penyelamatan itu bekas SD Karangpatihan Kidul,” ujar Frengki, salah satu
pegiat aksara di Ponorogo.
Mendekati
sesi akhir obrolan, Riza menegaskan kembali bahwa–di luar peringatan Hari
Aksara–pelestarian terhadap aksara dan saksi sejarah lainnya merupakan hal yang
perlu. Melalui pameran ini, Riza mengupayakan hidupnya perasaan memiliki atas
cagar budaya yang ada. “Setiap aksara adalah jejak dari perjalanan peradaban
yang perlu kita ingat, pelajari, dan apresiasi. Melalui pameran ini, kita
diajak untuk kembali memaknai aksara sebagai penanda zaman, menyelami makna
yang terkandung di dalamnya, dan merawat pengetahuan yang terkubur dalam
diamnya batu-batu tua,” pungkas Riza.
Pameran
yang berlangsung pada 3–10 September 2024 ini bisa dimanfaatkan masyarakat
Ponorogo untuk mengenal lebih dalam mengenai benda-benda bersejarah dan juga
cagar budaya yang dimiliki Kota Reyog. Puncak dari rangkaian acara pameran foto
aksara ini adalah kegiatan mengunjungi benda-benda peninggalan sejarah yang ada
di Balai Penyelamatan pada Minggu, 8 September 2024 mendatang.
Penulis:
Munir
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.