Iklan Layanan

Cuplikan

Transisi IAIN Menuju UIN yang Belum Menuai Kepastian

(Foto: Feona)


lpmalmillah.com - Kamis (31/10/2024), Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) IAIN Ponorogo mengadakan Dialog Transisi Menuju UIN yang mengusung tema “Menggagas Visi Baru: Transformasi IAIN Menuju UIN dalam Era Global”. Agenda ini merupakan rangkaian kegiatan dari Festival Watoe Dhakon. Lokasi kegiatan tersebut berada di Aula Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) IAIN Ponorogo pada pukul 13.00 WIB.

Kegiatan Dialog Transisi Menuju UIN ini terbuka untuk masyarakat umum dengan menghadirkan tiga narasumber dari pihak birokrat kampus IAIN Ponorogo. Tiga narasumber tersebut adalah Mukhibat selaku Wakil Rektor I, Miftahul Huda selaku Wakil Rektor III, dan Samsi selaku Kepala Biro Administrasi Umum, Akademik, dan Kemahasiswaan. Sesuai dengan nama agendanya, kegiatan ini berwujud dialog interaktif antara birokrasi dengan mahasiswa yang mengangkat topik transformasi IAIN menuju UIN.

Latar belakang diadakannya dialog tersebut untuk mengkaji berbagai aspek yang terlibat dalam proses transisi dari IAIN menuju UIN. Aspek-aspek yang bersangkutan di antaranya menyiapkan sumber daya manusia dalam lingkup IAIN Ponorogo, persiapan anggaran, dan proses administrasi,  yang dikemas dalam bentuk dialog untuk memantik semangat mahasiswa dalam menanggapi suatu isu. Sesuai yang dijelaskan Andisya Rivadh Devara, ketua pelaksana Dialog Transisi IAIN menuju UIN, bahwa masih ada sebagian mahasiswa yang lebih abai terkait kampus. “Karena banyak mahasiswa yang acuh tak acuh dan hanya peduli dengan dirinya sendiri,” ujar Andis.

Dialog tersebut berlangsung dengan dipenuhi interaksi antara narasumber dan mahasiswa. Para mahasiswa yang hadir menyimak pemaparan dari narasumber dan turut memberikan feedback berupa pertanyaan yang beragam pada sesi tanya jawab. Terdapat enam pertanyaan dari mahasiswa, mulai dari kepastian menjadi UIN, persiapan, dan transparansi progres alih statusnya.

Dalam forum ini, terdapat beberapa pernyataan mahasiswa yang menyampaikan keresahannya terkait kesiapan IAIN menjadi UIN yang dirasa belum memadai, seperti fasilitas perpustakaan yang tidak relevan dengan kondisi mahasiswa saat ini. Sebab, sebagian mahasiswa memiliki minat baca yang kurang, kecenderungan mencari informasi melalui media digital, dan dosen yang tidak linier dengan mata kuliah yang diampu.

Menanggapi pernyataan mahasiswa terkait proses alih status IAIN menjadi UIN ini, Miftahul Huda memberikan tanggapannya. Ia menjelaskan bahwa transisi dari IAIN menuju UIN tidak serta merta alih status saja. Terdapat prosedur yang cukup panjang dalam pengajuannya. “Pihak kampus telah menyerahkan proposal ke Kementerian Agama. Menteri mendiskusikan dengan Kementerian PAN-RB (Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi),  Kementerian Keuangan, serta Kementerian Hukum HAM dan Sekneg,” papar Huda.

Muhammad Hafid, selaku ketua Senat Mahasiswa (SEMA) IAIN Ponorogo, turut menyampaikan tanggapan terkait kurangnya transparansi dalam perkembangan peralihan status ini. “Progres transisi IAIN Ponorogo ke UIN dari teman-teman mahasiswa itu tidak secara spesifik mengetahui [progresnya]. Akan tetapi, kemarin dapet info terakhir kaitannya dengan progres itu tinggal nunggu tanda tangan presiden, karena harus mendapat persetujuan,” papar Hafid.

Di akhir sesi dialog, DEMA IAIN Ponorogo menyampaikan dua tuntutan kepada narasumber. Pertama tentang keterlibatan dosen dalam penulisan artikel ilmiah. Kedua tentang pembahasan paradigma keilmuan UIN. Mukhibat dan Miftahul Huda secara bergantian memberikan tanggapannya terkait tuntutan tersebut. “Dalam penulisan skripsi yang diganti dengan artikel, dosen tidak harus menjadi penulis pertama kecuali penelitian yang dibiayai negara,” jelas Mukhibat.

Sedangkan terkait tuntutan kedua, Huda memberikan penjelasan bahwa dialog mengenai paradigma keilmuan UIN akan dilaksanakan pasca IAIN resmi beralih status menjadi UIN. Ia juga menyatakan bahwa hal tersebut menurutnya perlu dilaksanakan dengan di-hire oleh mahasiswa. Sehingga, harapannya agenda tersebut bisa menjadi ajang kolaborasi yang apik.

Dari dialog ini banyak hal yang akhirnya diketahui oleh mahasiswa terkait transisi IAIN menjadi UIN, meskipun jawaban yang diberikan narasumber atas pertanyaan-pertanyaan mahasiswa masih belum menghadirkan kepuasan bagi mereka.  Maka diperlukan dialog yang lebih banyak lagi untuk membahas alih status ini. Dengan harapan mahasiswa lebih peka terhadap isu dan progres dari kampusnya sendiri. Sehingga, transparansi terkait kondisi kampus juga makin jelas.

 

Penulis: Yulia, Laila, Putri, Aulia

Reporter: Satrio, Putri, Laila, Aulia

No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.