Iklan Layanan

Cuplikan

Tilik-Tilik Fasilitas Kampus yang Ngebut Alih Status

(Ilustrasi: Robiah)

Opini: Alifah

Fasilitas merupakan penunjang penting di dunia pendidikan baik dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Selama 5 semester saya merasakan menjadi mahasiswa di IAIN Ponorogo, tak jarang saya mendengar keluh kesah teman-teman saya di berbagai fakultas perihal fasilitas kampus yang kurang memadai kebutuhan mahasiswanya. Tentu tak hanya keluhan teman-teman saja, saya-pun memiliki keresahan tersendiri terkait fasilitas yang kampus ini tawarkan.

Sampah, Sampah, Sampah

Berhubung saya merupakan mahasiswa di salah satu jurusan di Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD), sejak pertama kali saya menjadi mahasiswa di sini bekas pembakaran sampah di belakang gedung fakultas menarik perhatian saya. Saya tidak tahu apakah mahasiswa lainnya ikut tertarik atau tidak, tapi tentu ini sangat tidak nyaman untuk dilihat terlebih sekarang tempat pembakaran sampah ini kerap dilewati oleh mahasiswa dari fakultas lainnya untuk menuju ke kantin.

Bukankah ini merupakan salah satu bukti nyata bahwa kampus kurang memperhatikan pengelolaan sampah? Bahkan sampah di kampus 1, seluruhnya dialokasikan langsung ke TPA Mrican. Mulia betul sikap kampus kita tercinta ini menjadi salah satu penyumbang suka rela yang rutin memberikan sumbangan secara cuma-cuma ke TPA milik Kabupaten Ponorogo tersebut.

Perpustakaan dan Tetek Bengeknya

Sayangnya, pemandangan bekas pembakaran sampah dan tumpukan sampah yang menimbun di atasnya, bukanlah satu-satunya kondisi yang menjadi keresahan saya. Di masa-masa aktif berkuliah, seringkali beberapa dosen memberikan rekomendasi buku sebagai bahan referensi mata kuliah terkait. Tentu sebagai mahasiswa baru yang ingin memaksimalkan pembelajaran, saya berangkat menuju ruang perpustakaan dengan riang, berharap dengan pasti bahwa buku yang direkomendasikan bisa saya temukan dengan cepat. Tepat di depan pintu perpustakaan, saya melihat pelayanan perpustakaan di IAIN Ponorogo sendiri kurang maksimal.

Saya tidak akan mempermasalahkan perihal buku yang tentu saja ada kemungkinan kosong, tetapi seringkali tertangkap bahwa perpustakaan ini kerap tutup sebelum waktunya. Jika disandarkan pada peraturan PERPUSNAS RI Nomor 5 Tahun 2024 tentang Standar Nasional Perpustakaan Perguruan Tinggi tentang pelayanan perpustakaan, maka waktu pelayanan perpustakaan IAIN lebih sering kosong dibandingkan yang seharusnya, yakni paling sedikit 48 jam per minggu. Bukankah berarti perpustakaan di sini keluar jalur dari peraturan tersebut?

Baru dua keresahan dan juga ini baru dari kacamata saya saja, belum dari kacamata mahasiswa lainnya. Ini betulan yang katanya sudah 75% siap jadi UIN? Bisa dibandingkan sendiri dengan IAIN Kediri yang sama-sama mengejar peralihan status menjadi UIN, perpustakaannya bahkan punya gedung sendiri. Begitupula UIN Sayyid Ali Rahmatullah, Tulungagung, yang belum lama beralih status menjadi UIN. Fasilitas seperti ini kalau menurut bahasa Gen-Z disebut bareminimum...

Tiga Karyawan vs Satu Kampus

Agaknya peralihan status ini menjadi pressure, ya, bagi IAIN Ponorogo yang fasilitasnya masih sedikit sukar ini. Bagaimana bisa kampus yang seringkali membawa-bawa peralihan status ini hanya memiliki tiga karyawan untuk penanganan medis? Ya, di ruang klinik itu, dokter hanya ada satu orang dan sisanya perawat. Kampus saja ada dua lokasi dengan empat fakultas, ribuan mahasiswa, dan civitas akademik lainnya, tetapi hanya memiliki seorang dokter dan dua perawat? Astaga, IAIN...

Saya pribadi tentu tidak mau kampus menjadi pihak yang melulu dikritik hasilnya dalam memberikan fasilitas, tanpa melihat usahanya. Namun, mahasiswa mana juga yang mau kampusnya dipandang sebelah mata. Sehingga, tulisan ini menjadi suara kecil yang bisa menjadi keterwakilan aspirasi dari mahasiswa seperti saya yang mendapat dampak lebih besar terkait fasilitas kampus.

Memang segala sesuatu akan berjalan lancar jika menjalin kerja sama yang baik. Adanya sosialisasi untuk membuang sampah sesuai jenisnya sangat diperlukan untuk pengolahan sampah di kampus kita tercinta ini. Atau setidaknya, menjadi sosok yang menginisiasi untuk tidak menggunakan bahan sekali pakai. Tentu tak hanya itu, kita perlu memanfaatkan perpustakaan dengan baik karena mengingat waktunya yang terbatas. Perihal kesehatan-pun kita harus lebih memperhatikan diri sendiri, karena saat ini tiga orang penghuni klinik akan sangat keteteran jika mendadak satu kampus sakit.

Kampus kita memang masih serba belum siap jika ingin ngebut menjadi UIN. Masih ada beberapa aspek yang perlu diperbaiki. Namun, tidak ada salahnya bukan untuk saling bekerja sama agar semua bisa berjalan sesuai keinginan? Ya, semoga saja tulisan ini bisa sampai kepada yang berkepentingan dan diterima dengan lapang dada. Begitu juga terkait peralihan status menjadi UIN, harapan-harapan prosesnya berjalan lancar dengan diimbangi standar UIN yang layak, tentu juga tetap disemogakan.


Editor: Cantrisah

No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.